Chapter 8

1151 Kata
Makan malam berjalan cukup baik dan dipenuhi oleh obrolan politik antara Raja George, William Binnet, Andreas, serta Anthony yang memutuskan untuk bergabung. Elisa merasa lega karena Anthony tidak membahas apapun yang dapat merusak suasana makan malam yang hangat. Seperti tiba-tiba mengatakan bahwa mereka adalah sepasang teman bermain ketika kecil atau mereka bersahabat dengan baik saat ini. Berhubung tidak ada yang mengetahuinya pasti hal itu akan cukup mengejutkan semua pihak. Besok mereka akan melangsungkan pertunangan dan mulai malam ini Elisa harus belajar menikmati kamar barunya. Ia melangkah menuju kamar bersama Emily. Kamar gadis itu berada di seberang kamarnya. “Aku tidak percaya kau akan menjadi kakak iparku.” Elisa menoleh dan sedikit terkejut karena gadis itu mau bicara dengannya. Elisa sudah merasakan aura sinis yang Emily pancarkan semenjak mereka bertemu. Entahlah, tapi ia merasa bahwa Emily tidak menyukai hubungannya dengan Andreas. “Tapi sepertinya ibu jadi punya teman untuk berkebun.” lanjut gadis itu. “Dan kalau boleh jujur.. Aku merasa ada sesuatu antara kau dan kak Anthony.” Elisa berusaha tetap tenang. Ia yakin Anthony tidak mengatakan kepada siapapun perihal hubungan mereka. “Kak Andreas akan sangat menyeramkan saat marah apalagi marah karena cemburu. Aku tidak ingin kedua kakakku saling bunuh karena memperebutkan perempuan. Memperebutkan harta saja sudah membuat mereka menjadi pria yang menyebalkan.” Emily tidak menunggu Elisa membalas ucapannya, gadis itu melangkah dengan cepat dan segera memasuki kamarnya terlebih dahulu. Elisa menatap pintu kamar Emily yang tertutup. Dia dan Anthony hanya berteman bukan. Setidaknya Anthony cukup menghibur dan tidak semembosankan Andreas karena Anthony satu frekuensi dengannya. Ia memasuki kamarnya dan segera mengunci kamar itu. Elisa telah memperingatkan Andreas bahwa laki-laki itu tidak boleh mengunjunginya seusai makan malam. Sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya dan itu dari Anthony. ‘Jadi bagaimana dengan tawaran berkuda?’ Elisa tidak merasa keberatan bila harus menerima tawaran itu. Hanya saja ia tidak yakin akan ada jadwal yang pas. Baik Andreas atau pun Anthony memiliki tugas masing-masing selain mengurus dua daerah yang menjadi tanggung jawab mereka. Tugas itu kadang bersifat dadakan seperti Andreas yang kemarin diutus untuk pergi ke Gundemir. Selain itu setelah pertunangan, Elisa akan memiliki kesibukan mempelajari protokol istana. ‘Buka pintumu’ Sebuah pesan muncul dan Elisa membukanya tanpa menyadari bahwa itu dari Andreas. Otaknya masih berpikir bahwa itu dari Anthony dan ia cukup terkejut laki-laki itu berubah menjadi tukang memerintah. ‘Tidak!! Aku tidak punya waktu Mr.Anhaw’ Itu adalah balasan untuk kedua pesan yang dikirimkan oleh Anthony. “Buka pintunya, Elisa.” Seketika ia mendengar suara pintu yang dipukul begitu keras dan ia menoleh ke arah pintu. “Anthony benar-benar mencari masalah.” Elisa segera menghampiri pintu, memutar kuncinya kemudian membuka pintu. “Yang Mulia..” mata Elisa membulat kala yang ia temukan di depan pintu adalah Andreas. “Saya sudah bilang jika anda jangan datang kemari, Yang Mulia.” Elisa hendak menutup pintu ketika Andreas mencoba masuk namun tenaga Andreas lebih besar untuk menahan pintu yang hampir tertutup. Andreas pun berhasil memasuki kamar Elisa dengan mudah. “Silahkan tutup pintunya,” ujar Andreas setelah ia berada di dalam kamar Elisa. “Yang Mulia kita seharusnya menjadi sikap.” “Aku akan tidur disini.” Mata Elisa membulat. “Sebenarnya Elisa, protokol istana tidak melarang kita untuk tidur satu kamar sebelum menikah.” “Saya ingin kita terlihat sebagai pasangan yang sopan, Yang Mulia. Kenapa anda harus tidur disini malam ini?” “Aku ingin bercerita.” “Kita bisa melakukannya besok.” Andreas menggelengkan kepalanya. Besok siang ia akan ikut raja George berkunjung ke istana Cleyton untuk sebuah kunjungan kerjasama. Daerah Cleyton sangatlah jauh dan Andreas belum tahu kapan akan kembali ke Marchard. “Besok siang setelah acara selesai aku akan pergi ke istana Cleyton bersama raja dan Anthony. Aku belum tahu kapan akan kembali dan selama kau mempelajari protokol istana kau harus mengetahui hal ini.” “Kenapa anda-” “Sebentar lagi posisi putra mahkota akan diumumkan. Aku tidak tahu itu kapan, yang jelas sebelum kita menikah. Raja mengatakan bahwa pernikahan kita sekaligus akan menjadi acara penobatan putra mahkota. Aku harus gencar menuruti apapun yang diperintahkan raja.” Andreas melangkah duduk menuju sofa. Elisa meyakini ini adalah gagasan yang buruk bahwa mereka akan terjaga sepanjang malam sementara besok ada acara yang harus mereka ikuti. “Saya benar-benar memohon agar kita tidur saja, Yang Mulia. Kita bisa membicarakannya via telepon.” Andreas menoleh dengan cepat dan menatap Elisa yang tetap berdiri dengan raut wajah yang hampir kesal. “Baiklah, ayo tidur.” Andreas bangkit dan melangkah menuju ranjang Elisa. “Yang Mulia.. Tidurlah di kamar anda. Istana pangeran.” “Disini saja.” Andreas telah duduk di atas ranjang, kemudian menepuk sisi sebelahnya dan meminta Elisa untuk merebahkan diri disana. “Kemarilah..” “Baiklah jika Anda ingin tidur disini, Yang Mulia. Saya pamit ke kamar yang lain.” Satu-satunya solusi yang terpikirkan oleh Elisa adalah mengalah untuk tidur di kamar lainnya. Dia bisa tidur dimana pun asal tidak satu kamar dengan Andreas. Ayah ibunya sedang ada disini dan meskipun beberapa orang di istana tidak pernah memprotes Andreas dan Elisa yang selalu berduaan di kamar, Elisa tidak ingin melakukan itu terus menerus. Tangannya dicekal ketika ia telah membuka pintu. Andreas sudah berdiri di belakangnya dan menahan gadis itu. Pergerakan yang sangat cepat. “Baiklah. Tetaplah disini.” pintanya sembari memutar tubuh Elisa. Ia memegang kedua pundak gadis itu dan menatapnya dengan intens. Tatapan yang cukup melembut kali ini tidak setajam biasanya. “Sebenarnya aku ingin menunjukkan sesuatu hanya saja kau benar-benar meminta kita untuk beristirahat.” Andreas mengusap pipi Elisa kemudian pandangannya jatuh pada bibir merekah gadis itu. Andreas menundukkan wajahnya namun Elisa menahan pundak lelaki itu dan gerakan Andreas terhenti sehingga wajahnya terdiam hanya beberapa inchi di depan wajah Elisa. “Jangan, Yang Mulia.” pinta Elisa. Andreas mengabaikannya kemudian menarik pinggang gadis itu agar merapat ke tubuhnya dan ia mendaratkan kecupan singkat di bibir Elisa. Rasa lega menyeruak karena Andreas hanya berbuat seperti itu namun detik berikutnya Elisa benar-benar membulatkan mata akibat perbuatan Andreas yang menciumnya dengan sangat menuntut. Elisa memukul dan mendorong d**a Andreas untuk menghentikan cumbuan mereka. Wajahnya mulai memeraha. Tenaga Andreas yang lebih kuat membuat ia berhasil menangkap tangan Elisa kemudian menahan kedua tangan itu agar tidak bergerak. Tangan Andreas yang satunya tetap erat memeluk pinggang gadis itu. Ketika merasakan bahwa Elisa benar-benar membutuhkan oksigen Andreas mengakhiri kegiatannya. “Ngomong-ngomong, panggilan Mr.Anhaw sangat unik. Aku lebih suka kau memanggilku Andreas. Tetapi setidak Mr.Anhaw terdengar lebih baik dibanding panggilang ‘Yang Mulia’mu itu.” Detik kemudian Andreas pamit undur diri dari kamar Elisa. Meninggalkan gadis itu dengan bibir yang membengkak akibat ulah Andreas. Juga membuat gadis itu terkejut karena Andreas mengetahui perihal Mr.Anhaw. Beberapa saat kemudian, ia baru menyadari bahwa yang mengiriminya pesan adalah Andreas. Yang memintanya membuka pintu adalah Andreas. Mr.Anhaw? nama Andreas Hawthrone juga terdengar masuk akal untuk singkatan itu. Hanya saja Elisa membuat panggilan khusus itu untuk Anthony bukan?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN