Jam lima shubuh Usep sudah bangun, mandi, sholat shubuh lalu bersiap berangkat ke sekolah. Hari ini pekan pertama masa pengenalan lingkungan sekolah atau biasa kita sebut dengan MPLS
"Udah dibawa semua, Sep?" tanya emak memastikan, sambil menyendokkan nasi untuk ke piring Usep.
"Udah, Mak. Buku, alat tulis, tali rafia, spidol, gel rambut dan sisir,kispray juga udah," jawab Usep sambil memperlihatkan satu per satu barang yang berada dalam tasnya.
"Ngapain bawa gel rambut, sisir sama kispray?" tanya Bulan heran.
"Biar anak Emak ini selalu terlihat rapi, wangi dan menggoda," ucapnya dengan percaya diri.
Emak terkekeh geli.
"Siapa yang mau godain gentong kayak lu tooong?" Bulan geleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya.
"Nih makan dulu, biar lu kuat menghadapi pahitnya kenyataan MPLS. " Bulan tersenyum penuh arti, lalu menyodorkan sepiring nasi hangat dan telur ceplok kesukaan Usep.
"Waw ... hot rice with egg," gumam Usep dengan mata melotot senang menatap sarapannya pagi ini.
Emak tergelak lagi.
Usep anak yang sangat lucu dan menggemaskan meskipun sesekali tingkahnya bikin emaknya gregetan, sehingga mereka sering bertengkar padahal gara-gara hal sepele saja.
Usep dan Emak menghabiskan sarapan dengan lahap.
"Melani lu udah disiapin, Sep? " tanya emak lagi sambil merapikan dandanannya di depan cermin.
"Udah ibu suri, udah Usep gosok pake sabun ekonomi semale," jawab Usep sambil mengikat sepatu sekolahnya berwarna hitam putih.
"Bau cucian dong," timpal Bulan.
"Ngga donk, Mak. Barusan udah Usep semprot kolon Emak yang warna pink itu yang wangi mawar," jelas Usep
"Wah, pantesan kolon emak tinggal separoh, ternyata lu yang biangnya."
"Maaf, Mak. dikit doang." Usep mencium punggung tangan emaknya.
Usep memperhatikan emaknya yang sudah rapi dengan baju dress warna ungu selutut dengan rambut diikat tinggi. Emaknya Usep memiliki wajah yang sangat manis dengan lesung di pipi kanannya, banyak lelaki yang tertarik dengan emaknya, namun emak selalu menolak. Alesannya ga ada yang kayak bapak lu, kalau tidak, yang mirip Shah Rukh Khan juga ga papa, ( emak halu). Kalau tidak ada, yaa emak ga mau. Selalu seperti itu jawabannya ketika Usep bertanya kenapa emaknya selalu menolak lelaki yang datang melamar. Belasan tahun, Emak hidup menjanda.
"Emak jangan cakep-cakep dong," celetuk Usep sambil menatap wajah emaknya, yang lagi sibuk di depan cermin.
"Emak lu b***k aja cakep Sep, apalagi dandan," sahut Bulan sambil terbahak.
Usep pun ikut terbahak, ternyata anak sama emak sama setresnya.
"Emang mau ketemu siapa sih mak dandan cakep-cakep?" tanya Usep lagi.
"Ya ketemu oranglah, masa ketemu tuyul," jawab mak polos.
"Udah sono jalan, ntar kalau telat lu di hukum." Bulan selesai mengikat rambut, lalu mengantar Usep sampe di depan pintu rumah.
Cliinng....Melani udah wangi sabun ekonomi mix colon mawar, teparkir di depan kontrakan minimalis mereka.
"Omar berangkat ya Mak. Emak juga hati-hati, awas aja kalau sampe kepincut juragan empang!" pesan Omar sambil mengambil helem motor dan mendekati Melani.
"Iye, Omar!" Bulan mencebikkan bibirnya.
"Iya ganteng, sholeh emak, yang rajin belajarnya yaa, salam emak buat Pak Guru yang paling ganteng di sekolahan lu!" seru Bulan menggoda anak semata wayangnya.
"Ogaaaaahhh!" Usep lanjut memakai masker dan helem motornya,kemudian mengumpulkan kekuatan otot kaki dan pahanya saatnya untuk gowes ke sekolah.
Melani adalah sepeda BMX kesayangan Usep, kemana-mana ia selalu mengendarai Melani. Susah senang, hujan badai, senantiasa Melani menemani Usep. Yang unik dia mengendarai sepeda menggunakan helem motor berwarna hitam yang dia beli seken dari temannya. Usep yang memiliki keadaan ekonomi yang mininalis juga, harus bisa berhemat agar dia bisa nabung untuk kuliah. Usep bercita-cita ingin menjadi guru olah raga.
Tulit...tulit...tulit... Hp terkeren jaman purba itu berbunyi.
Bang Dio
Setelah melihat siapa yang menelepon, dia memasukkan lagi HP ajaib itu ke dalam kantongnya.
"Nanti saja jam istirahat aku telpon balik," gumam Usep sambil masih menggowes Melani. Jarak sekolah Usep dengan rumah kontrakannya tidak terlalu jauh, kurang lebih memakan waktu sepuluh menit dengan sepeda untuk sampai di sekolahnya.
Lagi-lagi Usep terpesona dengan gedung sekolahnya ini, padahal sudah dua kali ia kesini, namun tetap saja ia takjub. Sekolah SMA Penerus Bangsa adalah sekolah swasta dambaan semua anak seusianya, banyak orantua yang mendambakan anak-anaknya bisa bersekolah disini, selain kualitasnya bagus, fasilitas oke juga ditunjang dengan kemampuan guru-guru yang super kreatif dan pintar, namun tentu saja bayaran sekolahnya juga tinggi.
Program sekolah salah satunya adalah memberikan beasiswa bagi siswa yatim/yatim piatu yang lulus tes masuk. Iseng Usep mencobanya dan LULUS. sebenarnya Usep tidak terlalu pintar namun jika sudah jodohnya Lulus ya Alhamdulillah Lulus.
Para siswa dan siswi SMA berbisik-bisik memperhatikan Usep yang masuk ke area parkir sekolah menggunakan sepeda dan helm motor, Usep kebingungan mau di parkir di mana si Melani.
"Eh..lu yakin ga salah sekolah?" tanya ketus siswi berambut panjang dengan tatapan mengejek yang menggunakan seragam SMP sama seperti Usep.
"Kagaklah!" jawab Usep masa bodoh, lalu memarkirkan Melani di parkiran motor. Usep mengambil sisir lalu ngaca di spion sepeda dan tersenyum sok manis. Sebenarnya bukan spion sih itu kaca kecil bekas tempat bedak emaknya dengan merk WARDAH yang dikreasikan Usep menjadi spion sepeda.
Teet!
Bel sekolah berbunyi.
Seluruh siswa dan siswi SMA Penerus Bangsa berbaris sesuai kelas masing-masing, tampak kakak-kakak berseragam putih abu-abu sudah berbaris dengan rapi, sedangkan adik-adik kelas satu yang akan MPLS hari ini masih menggunakan seragam SMP. Masih diarahkan untuk mengatur barisan. Usep pun tampak berlari mengikuti barisan yang sudah diatur oleh guru.
Upacara hari senin pun dimulai. Semua tampak serius memperhatikan jalannya upacara, termasuk Usep, selain serius mengikuti jalannya upacara, Usep juga serius memperhatikan kakak kelas yang cantik jelita berambut ikal panjang disana sedang membacakan susunan upacara bendera pada hari ini.
Deg!
Dada Usep berdebar saat mendengar suaranya.
"Mungkinkah ini yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama," bisik Usep dalam hati dengan wajah bersemu merah.
Upacara selesai semua siswa dan siswi masuk ke dalam kelas masing-masing, namun tidak bagi siswa yang masih berseragam SMP mereka tetap di lapangan untuk mengikuti kegiatan MPLS.
Tahun ajaran ini SMA Penerus Bangsa hanya membuka tiga kelas untuk siswa baru, dengan jumlah tujuh puluh lima siswa, jadi masing-masing kelas terdiri dari dua puluh lima siswa dan siswi dengan seorang wali kelas.
Mereka sudah dibagi menjadi tiga kelompok yang didampingi seorang guru dan dua orang mentor yaitu kakak kelas.
Saatnya games perkenalan dimulai.
Mereka dibagikan masing-masing kertas untuk menuliskan nama lengkap kemudian nama panggilan, Kertas tersebut akan diacak saat ada aba-aba stop, maka kertas tersebut akan dibacakan oleh siswa tersebut dan nama yang muncul berdiri kemudian melakukan perintah sederhana yang disebutkan oleh siswa yang memegang kertas.
Musik diputar "Stop!" Perintah Pak Arman salah satu guru.
"Ya, kamu yang pakai kaca mata, silahkan baca kertas yang kamu pegang." Perintah Pak Anton.
Siswi manis berkaca mata membaca.
"Daren ahmad Zaelani panggilan Daren."
Siswa yang bernama Daren pun berdiri dan menyapa guru serta teman-temannya.
"Berjalan jongkok mulut dimonyongkan," lanjut Nola siswi berkaca mata tersebut memberi perintah.
Ck...Daren melaksanakan dengan wajah menunduk malu, semua tertawa.
"Rezky Aditya panggilan Eki
Perintah bersalam dengan seluruh siswa di kelompoknya."
"Xander gunadi Lubis panggilan Xander
Perintah bersalam dengan siswi saja.
Huuuuu.....semua bersorak.
Karina ade marzani panggilan Arin
Perintah Memencet hidung siswa yang dirasa paling ganteng.
"Hahahahaha." Tawa seluruh anggota kelompok pecah.
Dengan malu-malu Arin memperhatikan siswa yang ganteng, Arin bingung karena hampir ganteng semua isinya, hanya satu yang alakadarnya. Siapa lagi kalau bukan Omar alias Usep.
Usep bersiap berharap hidungnyalah yang dipencet (super halu)
"Wah, dia berjalan mendekatiku, Ya allah Mak mimpi apa aku semalem Mak? Disamperin dayangnya bidadari," gumam Usep dalam hati yang saat ini dag dig dug sambil menyugar rambut agar lebih rapi.
Usep memicingkan matanya. Bersiap menerima hukuman indah ini. Huaahhaahha...hidung Xander yang duduk di samping Useplah yang dipencet. Cowo tampan berparas kebule-bulean.
Bahunya melemah.
"Yah, belom rezeki," gerutu Usep.
Musik diputar lagi. "Stooopp!" Teriak pak Anton lagi.
Usep komarudin panggilan Omar.
Dengan gaya sok gantengnya Omar berdiri dengan penuh percaya diri lalu tersenyum.
Perintah "Nembak kakak kelas."
Omar merapikan sebak pinggir rambutnya, lalu melihat ke sekeliling tempat di mana kakak kelas berada.
Deg! Jantungnya kembali berdetak tidak normal. Omar baru sadar kalau kakak kelas petugas upacara tadi adalah salah satu mentor di kelompoknya. Dengan penuh percaya diri, Omar mendekati gadis cantik itu.
"Ehm." Omar berdehem.
Gadis yang dituju Omar masih pura-pura tidak melihat. Malu juga dikerjain ade kelas.
"Yang keras suaranya!" teriak Pak Anton sambil tersenyum menggoda ke arah Mala.
"Kakak, tau gak, kenapa donat itu bolong tengahnya?" Omar melancarkan rayuannya.
Mala cemberut. Gadis itu malas menanggapi. "Gak tahu," jawabnya asal.
"Karena yang utuh itu hanya cintaku padamu."
Suasana riuh menertawakan Omar. Mala pun ikut tergelak juga akhirnya.
"Kakak, tahu gak, bedanya infrastruktur sama kakak?" gombal Omar lagi.
"Gak tau," jawab Mala masih sama cueknya.
"Kalau infrastuktur menunjang masa depan negara, kalau kakak mengokohkan masa depan kita."
"Kaakak, mau kan jadi masa depan aku?" tanya Omar dengan wajah serius.
"Ogah!" jawab Mala ketus. Omar menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu turun meraba bibirnya yang sangat laknat hari ini.
****