Mantan Yang Berbahaya!

1802 Kata
"sialan!" Klarisa mengusap bibirnya dengan tisu beberapa kali, saat ini perempuan cantik itu sedang berada di toilet bagian staf di pabrik benang terbesar di Inonesia. Ia menatap dirinya di dalam cermin. Lipstiknya berantakan oleh laki laki sialan itu. Ethan menciumnya tanpa ampun, membuat Klasrisa kesal dan berakhir dengan menampar tadi. Setelah itu, Klarisa pun pergi meninggalkan Ethan ke toilet. Sedangkan Wen Lee sepertinya sedang melihat bagaimana proses benang itu di produksi. Selama beberapa jam mereka akan berada di sana, mungkin juga sampai malam. "Klari!" Panggilan dari Wen Lee di depan pintu toilet. "Iya pak." "Kamu ngapain lama banget di toilet?" Alasan Klarisa bertemu dan menengok Ethan di mobil adalah ke toilet. Tadinya Klarisa hanya sebentar saja menengok laki laki itu. Namun namanya juga Ethan. Dia malah membuat Klarisa sampai bermenit menit di sana karena mereka harus berdebat dan berakhir dengan sebuah cuiman panjang dan dalam, yang membuat lipstik Klarisa hancur berantakan, dan napasnya yang hampir habis. Memang mantan yang berbahaya. Klarisa harus menghindarinya. "Iya, pak. Aku agak mules. Bapak mending jangan nunggu di situ. Aku enggak enak, kalau tiba tiba bapak harus sampai ikut ikut mual." goda Klarisa. Dan alih alih Wen Lee ikut mual di balik pintu sana. Ia malah terkekeh dan menggeleng tidak habis pikir dengan ceplas ceplosnya perempuan jelita itu. "Aku tunggu di sini, Klari." ujar Wen Lee seraya tersenyum sendiri. Ia tidak tahu kenapa begitu menyayangi perempuan itu. Ia bahkan rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk membelikan nya rumah berlantai dua yang terletak tiga ratus meter dari pabriknya. Ia juga begitu menyayangi Reksa, seperti anaknya. "Klari, kamu mau ajak aku kerumah mu kapan?" Tanya Wen Lee. "Ke rumah yang mana pak?" Klarisa memakai sedikit bedak dan lipcream nya. "Ke rumah kedua orang tuamu. Apa kamu enggak mau ngenalin aku ke mereka?" "Memangnya harus ya pak?" saat ini Klarisa merapikan rambutnya yang sempat kusut karena laki laki mantannya itu. Laki laki yang dulu sempat Klarisa pikir polos. Tapi ternyata kepolosan itu hanyalah sebuah tipus muslihat saja. Ethan bahkan lebih menakutkan dari seorang koruptor di negara nya. Ah, kenapa sih harus memikirkan Ethan segala. "Ya, bagaimana ya. Kita sudah kenal hampir enam tahun, tapi kamu sama sekali enggak pernah ajak aku bertemu dengan mereka." "Pak, aku enggak akan pulang lagi ke mereka." "Kenapa?" "Ada hal yang membuat mereka tidak mau menerima saya dan anak saya di sana. Dan saya tidak mau tinggal bersama orang yang tidak menginginkan saya, meski mereka adalah keluarga saya." Klarisa selesai berias. Ia pun memasukan semua alat make up nya ke dalam tas selempangnya. Kemudian menatap dirinya sekali lagi di balik cermin itu. Di usianya yang ke 27 tahun. Klarisa masih saja terlihat cantik dan belia. Perempuan itu terkekeh sendiri menertawakan pikirannya yang gila dan terlalu percaya diri. Membuka pintu, ia bertemu dengan Wen Lee yang menatapnya tanpa berkedip. "Aku pikir, kamu adalah bidadari." puji Wen Lee. Klarisa terkekeh dan segera berjalan mendahului. Takut takut kalau laki laki itu menciumnya paksa seperti yang sudah sudah. Jadi Klarisa, Wen Lee, Yuta, dan Ethan. Saat ini berada di bagian produksi pembuatan benang. Klarisa yang berada di dekat Wen Lee, membuat laki laki itu sesekali menggandenganya penuh sayang. Dan hal itu tentu saja enggak lepas dari tatapan Ethan yang tentu saja ia lakukan secara diam diam. Yuta, si lelaki keturuna jepang itu terlihat sedang mengamati ruangan sekeliling dengan kedua mata elangnya. Hal itulah yang membuat Ethan selalu waspada ketika berada di dekat laki laki itu. Jangan sampai menuai kecurigaan darinya. Ethan masih memiliki misi yang begitu berat. Sejujurnya ia tidak menginginkan misi ini, merebut Global dari Wen Lee. Yang dia mau hanyalah meraih Klarisa putranya. Lalu pergi meninggalkan Global sejauh jauhnya. Ethan bahkan memiliki aset lima kali lipat dari Global. Namun pamannya bersikeras agar Global direbut dahulu dari Wen Lee. Lalu menyingkirkan laki laki itu secara tidak hormat, seperti yang dilakukan Papahnya Wen Lee pada Mandala. "Bagaimana menurut Pak Abraham? apakah benang ini sangat bagus untuk pabrik kita?" Wen Lee menguraii lamunan yang memenuhi isi kepalanya. Ethan menemukan tatapan sipit Yuta, yang melekat dan misterius. "Saya rasa, iya." bersikap polos di depan laki laki seperti Yuta adalah pilihan yang tepat. "Saya sangat bodoh di dunia perindrustrian. Itu lah makanya saya awalnya hanya tertarik membuka sebuah outlet saja." ungkap Ethan, meraih benang benang yang sudah jadi itu. Dalam hati kesal pada si sipit yang terus saja menatapnya seolah Ethan adalah sebuah buruan yang ranum. "Lalu kenapa Bapak tertarik dengan Global?" tanya Yuta. Ah, laki laki itu sepertinya mulai ingin mencari informasi secara langsung. "karena Global memiliki kualitas yang bagus." "Bukan kah menjadi buyer saja sudah cukup, kalau anda hanya melihat kulitas? ataukan ada hal yang lain?" Lihat! laki laki itu sedang memperlihatkan taringnya. Tidak tahu saja, kalau Ethan saat ini sedang menelusuri laki laki itu sampai ke akar akarnya. "Yang ngajak saya pak Wen Lee. Iya kan pak? saya sangat takut pada Yuta." keluh Ethan pada Wen Lee dengan kedua matanya yang dicuat sepolos mungkin. Membuat Wen Lee mendengus pelan pada Yuta. "Ayolah Yuta ... tidak semua orang bisa kamu curigai. Dia ini Abraham, buyer sekaligus rekan Global. Dia aman Yuta." ujar Wen Lee tanpa ragu. Klarisa mendengus mendengar ucapan Wen Lee. Tidak tahu saja, kalau Ethan itu singa pemangsa. Yuta bukanlah lawan seorang Ethan. Laki laki itu bahkan bisa menghancurkan Arjuna Group dalam semalam. Klarisa ngeri sebenarnya pada Ethan. Laki laki itu memiliki banyak ekpresi yang bisa membodohi mangsanya. Dahulu Klarisa adalah salah satu korbannya. Ethan terlihat begitu polos dan seakan tidak pernah mengenal seorang perempuan. Namun ternyata dibalik itu, Ethan adalah seorang lelaki yang mungkin saja sangat pengalaman pada perempuannya. Seperti kehidupan nya yang begitu misterius. Ramah bahkan bisa kalah olehnya. Ethan sungguh berbahaya. Seandainya waktu bisa diputar, maka Klarisa akan meminta untuk mengulang pertemuannya dengan Ethan, agat ia tidak terlibat apapun dengannya, termasuk putranya Reksa. "Saya tidak mau mengambil resiko. Dia tetap di bawah pengawasan saya. Termasuk perempuan cantik ini." Yuta menatap Klarisa dalam. Sehingga Klarisa mengerjap takut. Wen Lee membelalakan kedua matanya. "Klarisa bersamaku Yuta. Jangan pernah kamu melakukan apapun yang membuatnya enggak nyaman!" tegas Wen Lee pada Yuta. "Anda jangan lupa, perempuan cantik macam dia ini bisa menghancurkan anda!" Yuta berkata dengan masih menatap Klarisa tegas. "Mmm ... apa kamu bawa air lagi, yuta? saya haus sekali." keluh Ethan. Tentu saja itu ia lakukan karena untuk mengalihkan Yuta dari Klarisa. "Semua air ada di mobil, Tuan Abraham. Apakah ingin saya ambilkan?" "Tidak perlu, saya akan menahannya." Ethan mengedipkan sebelah mata, membuat Yuta mendengus tidak ramah. Wen Lee segera menggenggam tangannya Klarisa, dan membawanya menjauh dari Yuta. Sedangkan Ethan berada di belakang keduanya. "Kamu suka main catur?" tanya Ethan pada Yuta. "Saya lebih tertarik mengulik kehidupan anda dari pada main bidak." ketus Yuta. Ethan terkekeh. "Apakah saya semenarik itu, sehingga anda begitu perhatian sama saya?" goda Ethan. "Iya." "Ah, saya tersanjung sekali. "ujar Ethan terdengar begitu menyebalkan. Sehingga Yuta menggeleng jengah. "Saya sangat tau, kerjaan anda itu kadang begitu menegangkan, dan juga melelahkan. Bagaimana kalau kita menghabiskan waktu sesekali di club berdua. Aku rasa, Wen Lee akan menyetujui itu. Iyakan Pak Wen?" tanya Ethan dengan suara yang agak kuat karena jarak mereka berjarak lima langkah. "Apa? kamu mau mengajaknya ke club? boleh lah. Setelah ini, Yuta boleh pergi." ujar Wen Lee. "tuh, kamu dengar kan? Wen Lee saja mengijinkan kan?" "tidak, pak. saya tidak perlu pergi ke club. saya merasa senang dengan pekerjaan saya." Sanggah Yuta. Ethan berdecak kecal. "Ah, anda sepertinya akan cepat tua. Sayang sekali, wajah tampan anda hanya akan berakhir di usia empat puluh tahun kalau begitu." Yuta tersenyum kecil. "Aku hampir saja berusia empat puluh tahun. Dan sekarang wajahku masih saja tampan tanpa kerutan. Berarti ketika empat puluh tahun, maka aku akan tetap seperti ini." Yuta berkata. "Oh, jadi anda 49 tahun?" tanya Ethan. "Aku dua bulan lagi sempat puluh tahun." "Wah, anda memang sangat awet muda. Hanya saja kenapa nama anda hanya Yuta saja?" "Oh tentu saja namaku bukan hanya Yuta. Aku adalah Akhihiro Yuta. Sudah jelas?" "Wah nama yang sangat indah sekali." Ethan tersenyum tipis. Otaknya merekam hebat. Akhihiro Yuta berusia 39 tahun. Hanya dengan begitu saja, anak buah Ethan akan dengan sangat mudah menemukannya. "Kamu sendiri kenapa saya tidak pernah melihat namamu di sosmed?" Ethan tahu, kalau Yuta akan segera bertanya hal yang seperti ini. Ethan itu memiliki tim khusus yang menghapus segala macam dokumentasi yang ada hubungan langsung dengan Ethan. Entah itu CCTV atau pun rekaman yang lain. Bahkan lawannya ethan tidak ada yang tahu kalau Ethan adalah pemimpin Black Eagle. Yang mereka tahu pemimpin Black Eagle itu adalah Roy. Karena laki laki itulah yang selalu menghadiri pertemuan penting antar kepala geng. Ethan dan Troy atau Roy adalah satu paket yang sipapun tidak ada yang bisa memisahkannya. Roy akan melakukan apapun yang intruksikan Ethan. Meski harus membunuh seorang kepala negara sekalipun, Roy pasti akan melakukannya. Dan Ethan tidak harus takut Roy membocorkan semuanya, karena Roy dan Ethan memiliki satu ikatan yang siapapun tidak akan ada yang bisa menyangkanya. "Saya itu kurang up date. Saya agak kuper." memiliki tim khusus di bidang digital. Ethan hanya perlu mengatakan delete, maka semua photo atau rekaman yang ada di ponsel setiap orang tentang dirinya, maka itu akan hilang sekaligus. Ethan bahkan tidak tahu bagaimana timnya melakukan itu. "Wah, sebagai pengusaha, anda seharusnya memiliki akun sosmed bukan?" "Saya hanya memiliki akun atas nama Outlet saja. Selebihnya saya masih kurang up date. Boleh lah, mister Yuta membuatkannya untuk saya." Yuta terkekeh. "Kerjaan saya banyak. Saya tidak suka sosmed. Tahu lah pekerjaan saya, itu apa." "Berarti kita sama." sahut Ethan. "Kita beda, aku bahkan lebih berbahaya dari pada anda." Yuta memiliki tugas untuk melindungi Wen Lee dengan segenap jiwa dan raganya. Karena itulah Yuta harus selalu berhati hati dan menyelediki siapapun yang ada hubungannya dengan Wen Lee. Berkeliling terus, membuat kakinya Klarisa keram. Apalagi dengan memakai heel. "Sakit banget. " keluhnya. Perempuan itu saat ini berada di kantor. Sedangkan Wen Lee sedang meeting dengan pihak pabrik, bersama Yuta. Lalu Ethan si santai itu malah tidur di kursi di depannya Klarisa. "Dia santai sekali." kesal Klarisa. menatap wajah tampan itu dari jarak tiga meter. Lalu melepaskan heelnya dan memijat pelan. Berniat hanya memijat kaki, namun Klarisa merasa tertarik dengan wajah tampan yang saat ini sedang tertidur damai itu. Ia pun perlahan mendekat dan berjongkok di bagian wajahnya Ethan. Klarisa masih ingat, bagaimana ia begitu mengagumi wajah tampan itu. "Dia masih saja tampan ..." gumam Klarisa. Tidak bisa di tahan tangannya tiba tiba menggabai rahang menawan itu dengan hati hati. Seulas senyuman terpancar di wajah jelita itu. "Kenapa kamu harus mafia ... ken--" Tiba tiba tubuh Klarisa tertarik dengan sekejap mata, ketika tanga Ethan lebih cepat bergerak menarik perempuan jelita itu ke atas tubuhnya ... "Kamu juga masih cantik, sayang ..." belum sempat Klarisa kembali berontak, laki laki itu menarik tengkuknya, dan membungkam bibir manisnya. Klarisa membelalakan kedua matanya. Sial! Ethan memang mantan yang sangat berbahaya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN