16. Kehebohan

1194 Kata
Berita tentang terjalinnya hubungan antara bodyguard dan artisnya sudah menyebar di segala penjuru tanah air. Tak hanya di SMA Bengawan, berita itu bahkan sudah terdengar hingga pelosok Indonesia. Orang-orang yang sebelumnya tak suka bergosip pun turut membicarakan keduanya. “Astaga ... Jadi berasa artis kalau gini,” keluh Brisia karena dikerubungi oleh manusia-manusia kepo di sekolahnya. Jeno tertawa pelan. “Resiko punya temen artis, Bris.” “Mereka bener jadian?” tanya Alvero datar, seperti biasanya. “Ya iya ... Dia sendiri yang bikin statement kan?” ujar Jeno menggaruk kepalanya bingung. Tak lama orang yang diperbincangkan tiba dengan Ralph yang menyetir motor. Alvero, Jeno, serta Brisia dengan sabar menunggu. “Alin!” seru Brisia senang. Merasa terpanggil, Ralin langsung melepaskan helm nya dan berjalan menghampiri sahabatnya. “Kenapa Bris?” “Apa benar Alin jadian sama besalus?” Ketiga pemuda disana menanti jawaban apa yang akan dilontarkan Ralin. Alvero serta Jeno yang mengharapkan kata 'tidak', sementara Ralph merapalkan doa supaya Ralin mengiyakan. Dan jawaban yang dilontarkan itu cukup membuat Ralph menunduk kecewa. “Nggak lah. Masa iya gue jadian sama besalus?” kekeh Ralin mengejek. Meskipun kecewa, Ralph tetap menampilkan senyum gantengnya karena ia sadar posisi. “Jadi, lo gak beneran pacaran sama dia kan?” cetus Jeno melirik sinis Ralph. Ralin tertawa mengejek, “Lo kira gue cewek apaan, pacaran sampai harus nembak duluan?” Dan jawaban itu membuat Ralph meluapkan tekadnya. “Jadi, kalau gue yang nyatain perasaan, lo bakal terima?” Ralph bertanya seraya menatap mata Ralin. "Apa yang lo miliki sampai berani nyatain perasaan ke gue? "Prinsip. Gue mempunyai prinsip yang akan mengubah kehidupan ketika kita sudah bersama nanti." “Lo kira, artis kayak Ralin cuma butuh prinsip?” sergah Jeno mengejek. Alvero hanya menyimak perdebatan di hadapannya dengan wajah lempeng. Malas terlalu ikut campur selagi tak membuat para sahabatnya rugi. “Dengan adanya prinsip, gue bisa hidupin Ralin dengan lebih layak,” tegas Ralph. Brisia bertepuk tangan. “Brisia akuin, kalau Ralph terlalu berani.” “Kalau emang lo punya prinsip, datangi Tuan Mores dan bilang kalau lo mau miliki anaknya.” Inilah yang dimaksud dengan bunuh diri sesungguhnya. Mores tak akan tinggal diam ketika mengetahui anak semata wayangnya menjalin hubungan dengan seorang pria. Bruk! “Gue kan udah bilang, jangan ganggu cowok gue lagi!” Cindy menatap penuh amarah pada Ralin yang tersungkur. “Jangan ganggu cewek gue, Cindy!” tekan Ralph pada akhirnya. Dia tau mau jika gadisnya terluka. “Jangan bohong! Dia bahkan gak jawab pertanyaan kamu tadi,” bantah Cindy. Ralin bangkit dari tersungkurnya dan menatap Cindy tajam. “Dia emang cowok gue. Mau apa lo?” Para murid di SMA Bengawan mulai berkumpul ke tempat terjadinya keributan. Mereka masih penasaran tentang pertengkaran yang terjadi antara kelompok geng high class dan cewek ganjen seperti Cindy. “Gak! Lo gak boleh ngerebut Ralph! Dia cowok gue!” jerit Cindy mendorong Ralin hingga mundur beberapa langkah. Untungnya di belakang, ada Ralph menjadi tameng. Jeno bersidekap d**a. Dia yakin sahabatnya tak akan diam saja. “Heh! Dasar cewek cabe! Suka banget ngaku-ngaku,” tukas Brisia nimbrung. “Gak usah ikut campur lo!” “Nyenyenye.” Brisia mencibir geli tingkah sok berani gadis ganjen tersebut. Pandangan Cindy kembali beralih pada dua sejoli yang 'katanya' sudah jadian tersebut. Matanya menyorot penuh kebencian karena merasa jika posisi itu adalah miliknya. Tangannya terangkat karena ingin memukul gadis tersebut. “NGAPAIN KUMPUL-KUMPUL DISINI? KALIAN TIDAK MENDENGAR SUARA BEL SUDAH BERBUNYI?” Teriakan menggelegar itu membuat para murid berhamburan kecuali Rab'J dan yang terlibat tadi. Karena tak ingin ketahuan BK centil itu, Cindy langsung melipir melarikan diri sebelum terkena skorsing. Zigo yang memang melapor pada Bu Menik langsung tersenyum kecil melihat wajah bahagia sahabatnya. Langkahnya mendekati Ralph sebelum sebuah suara membuatnya mendengus. “Mau ngapain lo? Mau nonjok Ralin lagi?” cerca Jeno emosi. Tingkahnya melupakan jika Cindy sudah tak berada disana “Gue mau ketemu sahabat gue!” tukas Zigo tak takut. Alvero segera menahan Jeno yang terlihat akan menghajar Zigo. Sejujurnya, Alvero juga dongkol melihat wajah menyebalkan seseorang yang pernah membogem sahabatnya. Namun ia masih bisa menahan karena tak ingin merusak suasana bahagia tersebut. “Zig? Gue berhasil,” kata Ralph memberitahu. “Gue ikut seneng, Ralph. Jaga baik-baik tuh cewek sombong,” cetus Zigo melirik Ralin. Untuk sekedar menyebut nama saja dia malas. Mata Ralin mendelik karena ucapan Zigo. Ingin sekali Ralin mencakar wajah yang sok banget tersebut. Ting! Ponselnya yang berbunyi membuat perhatian Ralin beralih. Ia beralih mengambil benda persegi itu karena penasaran. Bro Andro   Hari ini ada shooting. Kamu bisa, kan? Tentu saja Helaan nafas Ralin keluarkan setelah membalas pesan sutradara yang menaungi sinetron nya. Pasti Ralin akan dimanfaatkan olehnya karena berita mengenai dirinya yang berpacaran dengan Ralph sudah tersebar luas. “Kenapa?” tanya Ralph mengetahui raut malas gadisnya. Gadisnya? Hehe. “Ada shooting entar. Lo harus ikut ke tempat gue,” kata Ralin memberitahu. “Kita juga ikut, ya?” sahut Brisia penuh harap dan diangguki enteng oleh Ralin. “Sure.” Brisia bersorak senang karena pada akhirnya bisa bermain dengan Ralin kembali. “Iya, Class. Gue pasti bakal ikut lo kemanapun.” *** “Gue gak mau tau. Rencana ini harus berhasil karena gue gak mau lihat dia seliweran di deket gue,” tegas seorang gadis kepada lawan bicaranya. “Kenapa gak lo aja sih yang muncul? Lo mau tumbalin gue?” heran gadis satunya. Gadis tadi menggeleng lalu tersenyum miring. “Belum waktunya. Bahkan gue belum muncul secara resmi di hadapan dia.” “Ya kapan lo bakal muncul? Gue kesannya disini ngebet banget anjir!” “Sabar dong!” Gadis itu menyentak karena temannya terlalu banyak bicara. Tanpa mereka sadari, ada dua pasang mata yang tak terlihat oleh siapapun sedang memperhatikan keduanya. Seulas senyum mengerikan terpatri dari bibir salah satunya. “Apa dia sedang bermain-main dengan milikku?” tanya si bos. “Sepertinya mereka belum pernah merasakan taring mu sehingga berani berkata seperti itu,” sahut sahabatnya. Si bos tadi mengangguk. “Aku akan menunggu sampai mereka benar-benar mengeluarkan segala rencana busuknya.” “Saya akan selalu berpihak padamu, bos,” jawab sang sahabat sekaligus orang kepercayaannya. Wish “Apaan tuh?” kaget salah satu gadis yang sedang mengobrol. “Masa iya angin? Tapi kok ...” Ctak “Awwssshhh ...” Gadis lainnya meringis karena sesuatu menghantam keningnya. “Sialan! Berani-beraninya ada yang menguping pembicaraan kita,” desis si gadis yang suka memerintah. “Cabut!” *** Sesuai dengan yang diucapkan saat di sekolah tadi, kini Rab'J formasi lengkap akhirnya ikut ke lokask shooting Ralin yang berada di salah satu taman. Brisia sedari tadi tak henti ber swafoto karena memang lokasi disana sangatlah cantik. Ralph dengan setia mengawasi gadisnya yang sedang memainkan akting nya karena penasaran sekaligus tugasnya sebagai seorang bodyguard. “Apa lo gak pengen pergi dari sini? Daritadi lihatin Ralin gitu banget,” jengah Jeno karena menurutnya Ralph sangatlah berlebihan. “Udah tugas gue jaga Ralin,” jawab Ralph. Bibir Jeno mencebik karena jawaban tersebut sangat berisi unsur modus. Bisa banget nih kecebong kalau modus. Batin Jeno sarkas. Dari kejauhan, Ralin sudah terlihat akan mengakhiri kegiatannya karena waktunya sudah berakhir. “CLASS AWAS!!!!” teriak Ralph spontan. Pyar ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN