Bagian 11 - Empusa si Teleportasi

1406 Kata
Askalafos sedang berbicara dengan Amfiaraus saat murid-murid mereka masuk ke dalam kelas dan beberapa berlatih di luar.  “Aku tak menyangka murid mu bisa sekuat itu!” Kata Amfiaraus. “Tetap saja, yang menjadi pemenang dalam pertandingan tadi adalah muridmu!” Ucap Askalafos. Saat sedang berbicara, tiba-tiba Empusa muncul di tengah-tengah mereka. Askalafos dan Amfiaraus berteriak karena kaget. “Apa yang kau lakukan?” Ucap Amfiaraus marah. “Aku sedang mengunjungi kalian. Aku mendengar kalian sudah menemukan murid untuk dikirim kepada juri penguji s*****a!” Kata Empusa dengan suaranya yang kecil dan cempreng.   “Berita cepat terdengar! Padahal kami baru saja selesai menentukannya!” Ucap Askalafos. “Dari mana kau mendengar kabar itu?” Tanya Amfiaraus. “Aku mengetahuinya dari murid-muridku yang melihat pertandingan kalian tadi. Ia berkata cukup terkesan dengan pertarungan itu.” Kata Empusa. “Bagaimana denganmu? Sudah menemukan murid yang cocok?” Tanya Amfiaraus. Empusa membalikkan badan sambil menyilangkan tangannya. Ia tampak serius. Ia kembali berbalik dan melihat mereka untuk memberikan jawaban. “Belum! Itu masih sangat jauh!” Jawabnya. “Aku tidak seberuntung kalian!” Kata Empusa lagi melihat wajah mereka yang sedang berpikir.  “Tenanglah, aku tidak membutuhkan kata-kata penghiburan!” Ucap Empusa lagi. Amfiaraus berkata memperingatkannya, “Kau harus menghasilkan murid untuk menjadi penguji s*****a. Kalau tidak, posisimu sebagai penguji elit bisa tersingkirkan!”  “Tenang saja tidak semudah itu! Meski aku dijadikan bahan pertimbangan, tapi tidak langsung membuat ku tersingkirkan. Masih ada pertarungan penentuan bagi mereka yang menginginkan posisiku!” Ucap Empusa sambil membusungkan dadanya. “Baiklah, itu memang hanya sebagian dari pertimbangan penguji s*****a!” Ucap Amfiaraus. “Aku ingin mengundang kalian melihat latihan murid-muridku. Mungkin kalian bisa memberikan masukan cara mengajar murid yang benar!” Kata Empusa. Mereka berdua mau menolongnya. Mereka mengikuti Empusa ke ruangan teater lagi yang dipenuhi dengan air. Ruang latihan Empusa adalah kolam air yang lebar dan dalam. Semua pertarungan yang mereka lakukan adalah di atas air. Ia berkata kepada Amfiaraus dan Askalafos, “Selamat datang di daerah pengajaranku. Beberapa ornamen aku ganti, seperti patung di sana,” tunjuknya di sudut kanan kolam, “Lalu lukisan yang di dinding dan tempat duduk penonton. Aku menyiapkan kalian kursi yang empuk untuk menonton!”  Amfiaraus dan Askalafos duduk di tempat yang disediakan oleh Empusa. “Mereka adalah murid yang akan bertanding. Namanya, Ladon dan Nereid. Ladon biasa dijuluki ular laut!” Ucap Empusa. “Bagaimana dengan Nereid? Apa julukannya?” Tanya Askalafos.  “Aku belum pernah mendengarnya!” Kata Empusa dengan senyuman lebar. “Kalau begitu, siapa yang memberikan julukan itu?” Tanya Amfiaraus penasaran. Ia hanya bingung mengapa memberikan julukan-julukan aneh pada seorang murid. Empusa menunjuk murid-muridnya. “Mereka!” Katanya dengan sederhana. Amfiaraus menggelengkan kepala. “Itu tampak masuk akal sekarang!” Ucapnya. “Baiklah, kami sudah siap untuk melihat cara mereka bertanding!” Kata Amfiaraus tak mau berlama-lama lagi. Empusa menyuruh muridnya memulai pertandingan.  Arena bertanding mereka berbeda. Mereka akan bertarung di atas kolam air tersebut. Di atas kolam tersebut akan ada batu-batu kecil yang menjadi tempat mereka berdiri. Batu-batu itu tersebar acak di atas air, sehingga mereka yang bertarung untuk berpindah-pindah tempat hanya dapat dilakukan dengan telepati. Kecepatan juga penting dalam bertanding di arena seperti ini. Tapi, kecepatan untuk refleks dalam melakukan telepati juga hal yang utama bagi murid-murid didikan Empusa. Dua petarung sudah berdiri di masing-masing batu di kolam. Mereka menggunakan s*****a yang sama, yaitu Busur panah. Busur yang mereka gunakan tidak memerlukan dua tangan untuk menggunakannya. Setiap murid mengenakan busur panah pada tangan kanannya. Sebuah jepitan tangan dengan pisau di bagian tangan lalu memanjang tinggi sebagai jalur panah akan meluncur. Anak panah diletakkan di belakang pundak mereka yang akan mengalir otomatis ketika satu anak panah telah terlempar. Busur panah yang diberikan hanya dua puluh anak panah. Ketika itu habis mereka bisa gunakan sarung tangan pisau yang dipakai di genggaman tangannya dengan cara memutuskan pipa tempat jalur anak panah lewat. Dengan mode itu, mereka diharuskan untuk menggunakan telepati lebih banyak karena pertarungan yang dilakukan dari jarak dekat. p*********n juga tidak bisa dilakukan di tumpuan batu yang sama. Ia harus meloncat di atas lawan lalu melepaskan serangan. Saat tubuh akan terjatuh ke tanah, ia menggunakan telepati dan menginjak batu lain yang masih kosong. Ia harus melakukan hal tersebut berkali-kali hingga memenangkan pertandingan. Jika tidak ingin melakukannya, peserta harus memanfaatkan seluruh anak panahnya dengan baik. Pertandingan dimulai. Peraturannya adalah tidak boleh menyentuh air dan terjatuh. Ladon dan Nereid memulai pertandingan. Ular laut langsung menyerang dengan satu anak panahnya. Nereid berpindah menggunakan teleportasinya. Ladon menyia-nyiakan teleportasinya untuk mengukur seberapa cepat reflek dari Nereid.  “Cukup!” Ucap Ladon. Ia menggunakan telepatinya dan memulai dengan muncul di atas kepala Nereid lalu menembakkan anak panahnya. Dengan begitu, Nereid akan terkena anak panah tersebut. Ia mencobanya. Ia muncul di atas Nereid. Satu anak panah ditembakkan dengan cepat. Tapi, ternyata meleset. Nereid berhasil menghindar. Ia melihat Ladon berdiri di tempatnya yang tadi. Ia membelakangi Nereid. Nereid tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Ia langsung menembakkan senjatanya ke arah Ladon. Ladon melihat hal tersebut. Ia langsung menangkis anak panah dari Nereid. Ia kembali menyerang dengan mengarahkan panah Nereid balik kepadanya. Nereid menghindar dan pindah ke tumpuan batu yang lain. Ladon menyerang dari dekat lagi. Ia sangat berani mengambil resiko. Kali ini ia secara beruntun menembakkan anak panahnya kepada Nereid dengan cepat lalu berbalik bertumpu pada batu lain yang cukup jauh darinya agar Nereid tidak bisa melakukan serangan balasan.  Senjata Nereid terkena oleh serangan panah kedua. Nereid kesal. Ia kemudian menembakkan senjatanya hingga sepuluh kali secara beruntun. Beberapa anak panah mengenai s*****a Ladon. s*****a tersebut sedikit bengkok. Ia mencoba membalas, tapi kekeran senjatanya meleset karena batang yang bengkok. Ia menyelaraskan kekerannya dengan tingkat bengkok dari s*****a. “Cukup menyusahkan!” Ucap Ladon. Nereid menggunakan delapan busurnya lagi hingga habis. Ia sudah tidak bisa menahan amarahnya. Ia mengeker Ladon tapi tak satupun dari anak panahnya yang mengenainya. Ia telah menyia-nyiakan anak panah busur tersebut. Ladon tersenyum geli. Sekarang saatnya melakukan serangan balasan untuk Nereid. Ia menyerang Nereid dari dekat. Ia menggunakan teleportasinya lalu menendang s*****a Nereid. Ia menghindar dan melepaskan pipa anak panah. Yang tersisa adalah pisau di kepalan tangannya. Ia hanya bisa bertarung dari jarak dekat.  Nereid mulai menyerang dari jarak dekat. Saat ia menyerang, Ladon menangkis serangannya dengan pipa senjatannya. Saat Nereid berbalik, ia langsung menembakkan anak panahnya pada Nereid. Ia melakukannya dengan cepat.  Ladon terus-terusan melakukan taktik yang sama hingga Nereid kelelahan. Ia menggunakannya hingga seluruh busur panahnya habis. Nereid kelelahan dan kecepatan teleportasinya menjadi lambat. Saatnya Ladon mengadu kecepatan teleportasi. Ia melepaskan pipa senjatanya dan sekarang mereka bertarung dari jarak dekat. Ladon muncul dari atas, memukul dengan tangan kanannya. Lalu ia berbalik hingga beberapa kali. Nereid hanya bisa menahan dan tak sanggup untuk menyerang lagi. Ladon terus menerus melakukan pukulan hingga s*****a Nereid pecah. Pertandingan pun selesai. Pemenangnya adalah Ladon. Semua sorak sorai terdengar. Empusa melihat dua temannya. “Bagaimana menurut kalian?” “Aku merasa kecepatan kalian melebihi kecepatan ku!” Kata Amfiaraus.  “Tidak, itu hanya ilusi saja! Sebenarnya kami tidak secepat mu. Kami punya batas kecepatan dalam menggunakan teleportasi. Tenang saja, kecepatan masih milikmu!” Ucap Empusa. Askalafos memberikan saran. “Kalian terlalu berfokus pada teleportasinya, bukan pada seni penggunaan senjatanya. Seperti Nereid yang menghabiskan s*****a tanpa memikirkan kedepannya. Ia membuang-buang senjatanya. Sedangkan Ladon yang menggunakan kecepatan teleportasinya untuk memenangkan pertandingan. Seharusnya penguji s*****a harus percaya pada senjatanya, bahwa s*****a itu yang membuatnya menang atau kalah. Itu tugas utama penguji s*****a!” “Aku setuju dengannya!” Kata Amfiaraus. “Kau ada benarnya!” Kata Empusa sambil mengelus-elus dagunya. “Semua itu terjadi karena arena yang kau berikan juga. Arena ini memang memerlukan kecepatan teleportasi kalau tidak mereka akan jatuh ke air. Sesekali, selingi dengan arena pada pertandingan yang sebenarnya. Arena tanah datar, batu-batu tinggi dan curam, kombinasi air dan jurang, dan lain-lain!” Ucap Amfiaraus. “Aku akan pikirkan itu!” Kata Empusa. “Kau terlalu fokus pada penggunaan teleportasi mu. Padahal kekurangan kalian adalah saat menggunakan s*****a yang berat dan juga besar. Teleportasi kadang harus dikorbankan!” Kata Askalafos. “Aku akan coba untuk membuat pelatihan lain dalam penggunaan s*****a sehingga mereka bisa memaksimalkan seni bertarungnya.” Ucap Empusa.  “Aku ingin latihan menggunakan arena ini! Bagaimana jika kita bertanding besok setelah urusanku siap dengan murid-muridku?” Tanya Amfiaraus.  Aku ingin melihat perkembangan teleportasi mu yang hebat itu!” Katanya lagi. “Tentu! Aku akan senang sekali. Kau yang tentukan senjatanya!” Kata Empusa.  Mereka setuju untuk melakukan pertandingan antar penguji s*****a elit.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN