Bagian 73 - Berkeliling di Desa

1094 Kata
Mereka pun harus menunggu hingga besi tersebut menyatu dengan sempurna. Sambil menunggu, Bia mengajak Kokytos mengitari desa. Ada banyak yang bisa diperlihatkan Bia di desa. Ia pun mengatur agar dia dan Kokytos melihat s*****a apa saja yang dibuat oleh orang-orang di desa mereka.  “Apakah semua pembuat s*****a disini?” Tanya Kokytos saat akan hendak keluar rumah. Bia berteriak kepada Hebe untuk memberitahu bahwa mereka akan keluar dulu. Lalu Bia menjawab, “Tidak semua. Kebanyakan dari mereka membutuhkan saran saat membuat s*****a seperti, alat penempa, lalu tekniknya, dan jenis-jenis referensi juga. Disini juga ada tempat untuk melatih mereka cara membuat s*****a.  Bia menunjuk rumah besar di kanan mereka. “Ini adalah rumah tempat mereka belajar. Seperti penguji s*****a yang harus berlatih agar bisa menjadi penguji elit, anak-anak dari penghuni surga juga berlatih keras agar s*****a mereka dipajang di gunung surga kedelapan.” Kata Bia lalu mengajaknya masuk. “Apakah ada tingkatan juga?” “Ada! Beberapa tingkatan dasar juga memakai juri penguji. Semua diatur oleh juri penguji tentang standar kelulusan mereka! Setelah merasa s*****a mereka sudah layak untuk digunakan, maka juri penguji yang akan menilai dan memasukkan mereka ke tahap selanjutnya.” Kata Bia lagi.  Mereka pun masuk ke dalam rumah tersebut. Ada banyak anak-anak di sana. Mereka mulai dengan membuat pedang panjang. Ada juga s*****a peluru dari yang kecil hingga besar. Kokytos berhenti dan melihat seorang anak kecil sedang menguji senjatanya. Di tangannya terlihat seperti bola sebesar kepalan tangannya. Ia ingin melempar bola tersebut, tapi meledak sebelum dilempar. Kokytos tertawa terbahak-bahak. Rambutnya gosong dan seluruh tubuhnya menghitam karena ledakan. Ia pun mulai membuka mulut dan ingin menangis. Bia melihat itu dan ikut tertawa. Ia mendekati anak tersebut yang dibatasi oleh sebuah dinding tebal.  “Kau membuat bom yang terlalu sensitif saat angin bergesek ke arahnya. Saat gesekan angin menyentuhnya, maka bom itu akan aktif. Itulah makanya bom mu cepat meledak sebelum dilempar. Potasium yang kau gunakan terlalu sensitif atau terlalu banyak. Coba perhatikan seberapa banyak potasium yang harus digunakan, dan apakah butuh ditambah bahan lainnya atau tidak!” Kata Bia memberikan nasihat. Ia pun langsung ditangani oleh guru-guru disana. Karena keterangan dari Bia, anak itu pun tak jadi menangis. “Itu lucu sekali!” Kata Kokytos saat Bia kembali kepadanya. “Semua butuh proses bukan?” Kata Bia.  “Kau benar!” “Apakah kau merasa kekuatanmu sudah kembali?” Kata Bia.  Seseorang menyapanya saat mereka sedang asik bicara. “Hi!” Sapanya balik. “Sepertinya belum. Aku tidak tahu apa yang menentukan aku bisa menggunakan kekuatan ku atau tidak!” “Aku tidak mengerti maksudmu!” “Maksudnya, karena tidak pernah menggunakannya, aku jadi tidak tahu apakah aku sedang menggunakan kekuatan atau tidak.” Jelas Kokytos lagi.  “Kau akan mengerti itu! Sampai sejauh ini, kau hebat dalam memilih bahan. Aku tidak bisa bayangkan betapa hebatnya kekuatanmu ketika kau bisa membangkitkannya!” Kata Bia.  “Aku juga penasaran itu.”  Mereka keluar dari rumah pelatihan tersebut lalu pergi ke tempat lainnya. Bia membawanya ke tempat penempah s*****a lainnya. Ia melihat hal yang menarik disana. Seorang pria dengan perut buncit sedang memukul  “Kalian bekerja dengan sangat keras. Tapi, aku rasa bahan yang dipakainya tidak perlu sebanyak itu. Bahan yang dipakainya sudah cukup kuat, tapi dia menambahkan besi di lapisan atas senjatanya yang s*****a menjadi berat dan lambat saat digunakan!” Kata Kokytos kepada Bia. “Baiklah, aku rasa kita tidak punya hak untuk memberitahunya. Lebih baik kita pergi!” Kata Bia.  Mereka pun pergi dari tempat itu dan berjalan santai melihat kerumunan orang yang sedang bertanya pada seseorang tentang s*****a mereka. Mereka memamerkan s*****a buatan mereka dan mencoba mengetes siapa yang paling baik. “Jika digunakan dengan salah, s*****a mereka bisa merusak desa kalian yang indah ini!” Kata Kokytos. “Siapa yang akan membantah itu!” Kata Bia tertawa. Mendengar apa yang Bia katakan membuat Kokytos bingung. Ia menatapnya saja. “Aku hanya merasa lucu. Desa kami sudah biasa meledak, hancur luluh lantah! Kau tidak perlu khawatir.” “Maksudnya?” “Itu sudah menjadi makanan sehari-hari. Tidak ada yang bisa mengelak dari itu. Terkadang, kesalahan pada amunisi, sudah sering membuat desa ini hancur berantakan. Jadi kau tidak perlu khawatir seperti itu!” Jelas Bia. “Jadi apa yang dilakukan ketika desa ini hancur?” “Tinggal dibangung lagi. Tidak sulit bagi kami untuk membangunnya dalam waktu cepat.” “Bagaimana dengan s*****a-s*****a yang sudah dibuat? Pasti ikut hancur!” “Tidak juga, ada ruang khusus untuk s*****a yang sudah pasti akan dikirim ke juri. Dan biasanya juga, ketika sudah benar-benar sempurna, mereka memastikan s*****a tersebut langsung dikirim, atau disimpan di tempat yang aman, lalu mereka mengadakan uji coba sembarang seperti itu.” “Kalian orang-orang yang berani sekali!” Kata Kokytos.  Mereka pun kembali ke rumah dan melihat Hebe tidur. Ia tampak lelah. Kokytos ke rumah sebelah tempat mereka membuat s*****a. Ia ingin memastikan apakah besi yang dicetak tersebut masih dalam keadaan baik. Usai dari situ ia kembali ke rumah dan beristirahat.  Sudah cukup lama mereka menunggu. Sudah ratusan hari berlalu, dan akhirnya Bia dan Kokytos membuat cetakan batu tersebut. Mereka membukanya perlahan, dan kepala mace tersebut pun selesai. Kepala mace tersebut sangat besar dan berat. Mereka kelelahan sewaktu menarik cetakan batunya. Hebe datang dan melihat apa yang telah mereka lakukan. Saat ia sampai, kepala mace tersebut sudah dikeluarkan. Ia bisa melihat campuran besi dengan kilatan-kilatan dari Boron Nitride yang mengeras. “Ini indah sekali!” Kata Hebe. Kita hanya tinggal menunggu Nomos datang membawa kayu yang sudah mengeras. “Sisa dikit lagi dan tugas kita selesai!” Kata Kokytos.  “Sebenarnya belum. Meski kita selesai membuat s*****a, saat para juri menguji s*****a kita, ia juga bisa meminta kita memperbaikinya. s*****a itu akan terus diperbarui agar memaksimalkan fungsinya. Pasti akan cukup melelahkan nantinya.” Kata Bia. “Ha? Aku pikir sudah selesai.” “Tidak!” Hebe menyita perhatian mereka. Ia sedang berjuang mengangkat kepala mace yang diameternya hingga satu meter. “Kau tidak akan bisa melakukannya! Itu sangat berat!” Kata Bia berteriak. Kokytos tertawa melihat upaya Hebe untuk mengangkat atau bahkan menggulingkan kepala mace itu. Tapi, tak sedikitpun bergerak. Ia pun menyerah.  “Siapa yang bisa memakai s*****a yang seberat ini?” Tanya Hebe. “Oh iya, itu juga masalah yang harus kita selesaikan!” Kata Bia. “Kenapa?” Tanya Kokytos.  “Erebus! Dia adalah kunci keberhasilan kita! Hanya dia yang bisa memakai s*****a ini.” Kata Bia.  Mereka mengerjakan s*****a itu hingga seperempat tahun dan akhirnya siap sesuai dengan waktu terakhir pengiriman s*****a kepada juri. Mereka mengirim s*****a tersebut dan juga mencoba pergi ke tempat Erebus.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN