Bagian 71 - Nomos si Rekan Bia

1146 Kata
Bia dan Kokytos akhirnya bekerja sama. Tanpa diduga-duga, Hebe juga ikut membantu mereka berdua. Bia membawa Kokytos ke rumahnya di surga bagian ke dua. Mereka sedang dalam perjalanan. Bia membawa bahan-bahan yang sudah dikumpulkannya untuk membuat s*****a yang akan dia namai, Mace Blast Stick. Ia sudah mendapatkan cairan Wurtzite Boron Nitride dan juga bahan kayu yang cocok untuk gagang mace tersebut.  Hebe baru saja melewati wilayah itu bersama teman-temannya dan juga Akhlis. Ada sebuah jalan bercabang yang harus mereka lewati. Ia berkata kepada Bia di persimpangan jalan itu.  “Kita kemarin dari jalur kanan bukan? Bukan kiri!” Kata Hebe yang merasa mereka sudah salah jalan. “Tidak, kita di jalur dan daerah yang berbeda.” Kata Bia. “Benar! Jika mengikuti jalan persimpangan tadi lalu belok ke kanan, kita akan kembali ke rumah Khloris.” Kata Kokytos. “Berarti sebenarnya kau dan Khloris bertetangga. Apa kemarin kau kenal dengannya atau pura-pura tidak kenal?” Tanya Hebe. “Aku tidak mengenalnya. Setelah sampai di desa, kalian akan tahu mengapa itu bisa terjadi!” Kata Bia. “Berarti selama ini kau tidak tahu tentang Dewi-A di wilayahmu!” Kata Kokytos dengan kuat. “Ya! Itu sulit bagi kami untuk bisa berfokus pada wilayah kami!” Kata Bia. Mereka memasuki daerah yang gersang tanpa tumbuhan. Ada banyak s****h-s****h yang bertebaran di sana. Jalan untuk menuju kesana tidak dihalangi oleh rumput, melainkan cairan hitam yang meresap ke tanah dan beberapa membentuk kubangan lumpur. Saat menginjak kubangan itu, akan membuat kaki mereka lengket dan panas.  “Kalian seharusnya berfokus pada lingkungan kalian. Ini sangat jorok!” Kata Hebe yang melihat ke bawah menghindari kubangan-kubangan itu. “Itu saran yang bagus!” Kata Bia menaikkan alisnya.  “Sepertinya itu tindakan yang hanya mendengar saja, tidak untuk dilakukan.” Kata Hebe yang melihat ketidakseriusan Bia menanggapinya.  Sebuah Desa mulai terlihat. Rumah-rumah yang kokoh tapi kecil, yang terbuat dari tumpukan batu yang sangat kuat. Ada juga bangungan-bangunan rumah yang besar disebelah mereka yang mengeluarkan asap dari corong rumahnya. Susunan rumah disana nampak tidak banyak dan berhadap-hadapan. “Apa itu desanya?” Tanya Kokytos. “Ya, itu adalah tempat tinggal kami!” “Apa yang keluar dari cerobong itu?” Tanya Hebe. “Ribut!” katanya lagi yang mulai mendengar suara palu yang saling beradu, besi-besi yang diangkat, suara penduduk yang berteriak keras, dan juga api yang menyala-nyala menyatu menjadi sebuah kumpulan marching band yang sedang berlatih dengan suara yang tidak sinkron.  “Itu adalah asap dari pembakaran dalam membuat senjata.” Kata Bia. “Aromanya tidak sedap!” Kata Kokytos. “Kalian nantinya akan terbiasa.”  Mereka sampai di gerbang desa. Suara ribut dan bau yang awalnya mereka komplain makin menjadi-jadi. Hebe mengomel sendiri karena bau yang menyengat. “Aku lebih memilih mendengar suara yang keras dibandingkan bau busuk ini!” Kata Hebe.  Bia melihat Hebe dan tertawa. “Kau akan dapatkan keduanya disini!” Kata Bia.  Disana, ada banyak orang yang berada di inti desa seperti di pasar buah. Ada banyak yang berlalu lalang dan melakukan penawaran dan juga bekerja dengan tim-nya. Semua orang tampak serius, dan beberapa harus menaikkan suara nya karena kerja dari rakyat desa itu yang tak bagus.  “Beberapa menempah bahannya dari sini. Sehingga, ketika terjadi ketidakcocokan, hal itulah yang terjadi!” Kata Bia menunjuk seseorang yang sedang bertengkar karena kesalahan komunikasi. Bia seperti seorang tour guide. Ia memberitahu seluruh tempat-tempat yang ada disana, dan apa saja yang dilakukan oleh orang-orang di desanya. “Kami penduduk asli ya!” Kata Bia sambil berjalan. “Ini adalah tempat berkumpulnya pembuat s*****a dari seluruh wilayah Surga. Mereka akan membuatnya disini, lalu mengirimnya ke para juri senjata.” Jelas Bia lagi. “Tempat ini sangat memprihatinkan. Seharusnya kalian mencoba untuk membuat desa ini lebih luas, sehingga kita bisa berjalan dengan mudah. Disini sangat ramai!” Kata Hebe. “Aku setuju dengan Hebe!” Kata Kokytos.  “Aku akan lakukan itu, jika aku mendapat juara di pertandingan s*****a!” Kata Bia.  “Itu seperti menyimpulkan bahwa kau tidak akan melakukannya!” Kata Kokytos. “Aku memiliki kalian! Kenapa itu tidak mustahil?” Tanya Bia membuat mereka tersipu malu. Seorang pria tua dengan badan yang sangat gendut mendatangi Bia. Ia adalah rekan Bia yang membantunya membuat s*****a sebelumnya. Ia melihat Bia berada di tengah desa dan menghampirinya dengan senang. Ia sudah lama tidak bekerja untuknya karena Bia melakukan perjalanan mencari bahan s*****a mereka. “Aku merindukanmu!” Katanya sambil memajukan bibirnya dan tangannya memegang segelas minuman yang tinggal setengah.  “Aku tidak lama bukan?” Kata Bia bercanda. “Ini perjalanan yang paling lama. Porus, salah satu juri s*****a mengunjungi kami beberapa waktu yang lalu. Ia mengatakan bahwa seluruh pembuat s*****a harus segera mengirimkan s*****a mereka yang akan dipertandingkan. Mereka sudah bisa melakukan seleksi besar-besaran. Apakah kita bisa membuatnya sekarang?” Kata rekannya itu. Lalu ia melihat dua orang dibelakang Bia yang tidak juga pergi selama mereka berbicara. Hebe dan Kokytos melihatnya dengan tajam. “Siapa mereka?” Tanyanya. “Oh iya! Mereka juga bagian dari tim kita. Ini Kokytos, dan ini Hebe!” Kata Bia. Mereka pun saling berkenalan.  “Nomos!” Katanya memberi salam juga. “Seorang wanita?” katanya lagi. “Ya! Tentu!” “Aku tidak tahu bahwa ada wanita yang ingin menjadi pembantu s*****a!” Kata Nomos yang tidak percaya Bia merekrut seorang wanita ke tim-nya. “Kita memerlukan keahlian, bukan gender!” Kata Bia menangkis itu. “Dimana rekan-rekan mu yang lain?” Tanya Kokytos. Bia menunjuk Nomos berkali-kali. “Ini… ini… ini… ini…” “Hanya dia?” Tanya Kokytos. Bia mengangguk.  “Dia menunjuknya berkali-kali berarti memaksudkan, semua tugas yang dibutuhkan, bisa dirangkap oleh Nomos!” Kata Hebe memberi kesimpulan. “Dua orang saja sudah cukup?” Kata Kokytos yang kaget. “Cukup!” Angguk Bia. “Kau terlihat lebih santai sekarang, dibandingkan saat kita pertama bertemu!” Kata Kokytos. “Ini semua karena kalian ada!” Kata Bia lagi.  “Sepertinya dia sangat mencintai kita!” Kata Hebe tersenyum mengatakannya pada Kokytos.  Nomos pun mengajak mereka ke rumah tempat mereka membuat s*****a. Rumah Bia ada di ujung dari jajaran rumah tersebut. Ada sebuah ruangan tempat yang besar yang dibuatnya di sebelah rumahnya. Itu adalah ruang kerja mereka membuat sebuah s*****a.  Saat Bia berjalan, banyak yang menyapanya dan menanyakan kabarnya. Mereka tampak senang karena melihat Bia. Beberapa memperlihatkan s*****a mereka yang telah selesai dibuat dan yang lainnya ingin meminta saran dari rancangan s*****a mereka. “Dia memang terkenal! Maklum saja!” Kata Nomor kepada Kokytos dan Hebe yang sedang menunggu Bia. “Baiklah!” Kata Kokytos yang mengurungkan niatnya untuk terkejut.  “Dia sangat terkenal karena s*****a-s*****a buatannya!” Kata Nomos lagi. “Ya! Tentu karena dia pembuat s*****a!” Kata Kokytos lagi. Bia selesai berbicara dan melepaskan Kokytos dari komentar Nomos yang sebenarnya tidak perlu. Kokytos berjalan sambil menghela nafasnya karena akhirnya mereka kembali pergi. Ia ingin cepat-cepat sampai ke rumah dan beristirahat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN