Bagian 49 - Fobos si Pandai Besi

1080 Kata
Bia harus mencari obat untuk Kokytos. Tapi, ia tidak mau pergi sendiri. Ia melihat ke arah kakek tua tersebut, Anakes, dan memintanya untuk pergi bersamanya mencari obat nyeri penyihir. Hebe tidak bisa menemani Bia, jadi harapannya hanya ada pada Anakes.  Anakes membolak-balikkan matanya. Ia ragu untuk pergi. Bia memohon berkali-kali agar menemaninya. Surga bagian ke tiga cukup jauh. Mereka akan pergi ke gunung Subur tempat tumbuh-tumbuhan dapat tumbuh dengan baik.  “Kau juga pasti lebih tahu jalan kesana, dibandingkan aku!” Kata Bia lagi yang menunggu jawaban dari Anakes. Hebe masih sibuk mengobati luka Kokytos yang sesekali menjerit kesakitan. Ia menyentuh bagian sekitar lukanya dan mencoba menahan rasa sakit karena sterilisasi yang sedang dilakukan Hebe.  “Kau tidak merasa kasihan kepadanya?” Kata Bia lagi. Anakes mencoba mencari alasan. “Bagaimana dengan rumah ini? Siapa yang menjaga?” “Kau tenang saja, itu bisa diserahkan kepada mereka!” “Bagaimana jika ada pelanggan yang datang dan ingin menempah besi?” “Tidak.. itu tidak akan terjadi. Kita tidak akan lama!” Kata Bia menyakinkan.  Anakes mencoba mengeluarkan sisi baiknya. Ia tidak bisa menolak lagi permintaan Bia. Ia pun mau pergi dengan Bia. Mereka mempersiapkan makanan dan minuman untuk diperjalanan. Anakes tidak ingin membawa tempat bekal mereka itu. Ia menyuruh Bia yang membawanya. Mereka pun pergi.  “Kami tidak akan lama!” Kata Bia memberitahu Hebe. Hebe dan Anakes melakukan perjalanan. Mereka mulai berjalan melintasi daerah surga bagian kelima, lalu terus maju menuju daerah surga keempat dan ketiga. Saat mereka sampai disana, mereka berhenti di pasar untuk menikmati buah terbaik surga bagian ke tiga. Mereka melihat banyaknya pendatang yang sengaja datang ke daerah itu. Mereka bertanya kepada salah satu penjaga pedagang buah disana, dimana mereka bisa bertemu dengan Persefon. Pedagang itu memberikan arahan dan mereka pergi ke arah gunung subur. Tak begitu sulit menemukan arah gunung itu, karena mereka bisa melihat langsung dengan mata t*******g, bahwa gunung tersebut berada di tengah-tengah daerah itu. Mereka berjalan hingga kelelahan dan menginap di sebuah tempat pandai besi lain bernama Fobos. Ia seorang pandai besi yang berasal dari surga bagian ke-3. Di daerah ini, hanya dia saja seorang pandai besi. Ia adalah teman dari Anakes. Ia dengan senang hati memberikan mereka tempat untuk beristirahat. Bia melihat hasil karya Fobos. Ia terpukau dengan bentuk-bentuk dari buatan Fobos. Beberapa s*****a pedang yang dibuatnya begitu indah. Bia melihat dinding-dinding pajangan di ruangan Fobos. Ukiran-ukirannya sangat menyentuh hatinya. Ia bisa melihat kebiasan dan juga keunggulan daerah tersebut dari ukiran besi yang dibuatnya di bagian gagang dan juga sedikit bagian badan pedang.  “Kau yang mengukir ini semua?” Tanya Bia kepada Fobos. “Tentu!” Katanya menyuguhkan teh khas buatan daerah surga ke tiga.  “Rasa lelahku hilang setelah aku melihat ukiran-ukiran pedang yang kau buat.” Kata Bia. “Aku tidak hanya membuat pedang, kau bisa melihat koleksi ku yang lain di ruangan itu!” Tunjuk Fobos ke pintu di bagian dalam rumahnya.  “Boleh aku melihatnya?” Tanya Bia. “Tentu!”  Fobos mengantarkan Bia masuk ke kamar tersebut. Ada kapak, pisau, cangkul, beberapa jenis tongkat dan juga senapan. Bentuk-bentuk dari s*****a-s*****a itu sangatlah unik. Mereka dibuat berdasarkan bentuk dari tumbuh-tumbuhan yang ada di surga bagian ke tiga. Lekukan-lekukan indah dari s*****a tersebut menceritakan sebuah kisah tersendiri. “Ini adalah,” tunjuk Fobos, “Sebuah mahakarya hebat yang menggambarkan bunga lili yang ingin merubah dirinya menjadi jeruk cakar harimau. Bukankah menarik?” Kata Fobos dengan bangga. Bia masih terpukau dengan ukiran tersebut. Ia tidak bisa berkata-kata.  “Sewaktu sukma dari tumbuhan masuk ke alam surga, ia menyatu ke tanah dan berganti menjadi pohon besar.” Kata Fobos menceritakan maha karyanya yang lain. “Aku pembuat s*****a. Bolehkah kau mendesain sesuatu yang unik seperti ini?” “Benarkah? Aku senang bekerja sama dengan pembuat s*****a. Aku tidak bisa bayangkan ukiran ku menyatu dan menjadi sebuah seni yang dipakai oleh penguji s*****a. Tentu aku mau!” Bia tersenyum lebar. Ia tidak menyangka Fobos mau melakukannya. “Aku akan berikan cerita dari ukiran yang ingin kau ceritakan di senjataku!” Kata Bia. Lalu ia ingin mengambil gambar s*****a. Ia lupa, ia meninggalkannya di rumah Anakes. “Aku lupa membawanya!” Kata Bia. “Kita bisa bicarakan itu lagi nanti. Tapi, kau harus ingat, pembuat s*****a juga merupakan seniman. Kalian membentuk dan memiliki bahan-bahan yang cocok agar terbentuklah s*****a yang hebat. Itu karya seni. Buat sebuah karya seni di dalamnya, meski itu tidak nampak.” Kata Fobos. Bia mendengar dengan baik. Ia merasakan sebuah energi besar dan lebih bersemangat untuk membuat Mace yang terbaik. Matanya bersinar karena ucapan Fobos. Bia melanjutkan melihat mahakarya Fobos dan selalu memuji dengan semua yang ia perbuat.  “Apakah kau memberikannya kepada orang lain atau ini milik orang lain yang akan diambil?” “Tidak! Ini adalah kumpulan dari mahakarya terbaik ku! Aku perlu sebuah galeri.” Kata Fobos. Bia mengangguk. Ia keluar dari kamar tersebut dan melihat Anakes yang menikmati minumannya. Ia melihat Bia. “Disini cukup nyaman, kita bisa istirahat disini!” Katanya kepada Bia. Fobos menemui mereka berdua. “Apa yang kalian cari kesini? Apakah seorang tukang pandai sepertiku juga?” Tanya Fobos lalu duduk di dekat mereka. “Kami sedang mencari Persefon. Dia sering berada di gunung Subur. Kau pernah mendengarnya?” Tanya Anakes kepada Fobos. “Aku tentu tahu. Dialah yang mengenalkan buah-buahan yang ada di hutan. Dia orang yang berjasa melakukan semua itu!” Kata Fobos. “Ya, kami sedang mencari buah obat nyeri penyihir. Kami memerlukannya untuk mengobati luka teman kami!” Kata Bia.  “Dia sangat sulit ditemui. Ia banyak menghabiskan waktunya di hutan. Tetapi, kalian bisa mencoba untuk mencarinya di Junior Alley. Itu adalah daerah di belakang gunung Subur. Tidak sulit untuk menemui tempat itu. Jika tidak ada disana, pacarnya, Tartarus mungkin ada disana. Tapi, ingat mereka bukan orang biasa! Kalian mungkin membutuhkan sedikit perdebatan nantinya.” Kata Fobos. “Kami akan mencoba melakukan apa yang kau katakan!” Kata Anakes mengangguk. “Aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu disini.” “Semenjak kau berada diperbatasan itu, kau tidak pernah lagi pergi kemana-mana. Ada apa? Kau juga jarang menerima permintaan pembuatan s*****a!”  Kata Fobos kepada Anakes. Bia mendengar itu dan merasa memang ada yang salah dengan Anakes. Ia tidak melihat ada s*****a yang dibuat Anakes untuk dirinya, seperti Fobos yang memiliki galeri s*****a.  “Aku tidak melihat ada s*****a yang kau buat juga!” Kata Bia penasaran. Anakes kebingungan. Ia menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri. Memutar-mutar bola matanya dan mereka berdua menunggu jawaban dari Anakes.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN