Bagian 51 - Bunga Kebenaran

1099 Kata
Anakes dan Bia mendengar cerita Persefon. Mereka percaya dengan cerita itu. Tapi, tidak ada lagi yang bisa mereka pilih untuk dapat menyembuhkan Kokytos. Hanya Buah obat nyeri penyihir yang bisa melakukannya. Mereka berulang kali memohon pada Persefon agar ia mau membantu. Tapi, Persefon tidak bisa melakukannya. Ia memang membutuhkan kesedihan yang mendalam untuk memunculkan buah itu ke tanah.  “Aku hanya bisa menunjukkan kemungkinan keberadaannya. Tapi, tetap saja, kalian lah yang harus membuatnya muncul. Aku tidak bisa melakukannya. Apakah salah satu dari antara kalian sedang bersedih? Sesuatu yang membuat kalian seperti mau mati dan menyia-nyiakan hidup kalian? Tumbuhan itu tidak akan muncul jika kesedihannya hanya karena buah yang ada di tangan kalian dirampas oleh teman kalian sendiri, dan kalian kejar-kejaran lalu salah satu dari kalian terjatuh dan menangis.” Jelas Persefon. “Kau berlebihan menjelaskannya!” Kata Bia sambil tersenyum. “Itu hanya perumpamaan saja.” “Sayangnya, kami tidak memiliki kesedihan. Apakah bisa mencarinya dengan mengorek lubang-lubang yang ada di tanah?” Tanya Bia kepada Persefon. “Itu tidak bisa dilakukan! Ia tetap tidak akan muncul. Benih nya ada jauh di dalam tanah. Tidak mungkin hanya bisa digali lalu mendapatkannya. Tetap saja, kalian yang harus berusaha.” Kata Persefon. Mereka berdua berpikir bagaimana caranya bisa mengeluarkan sisi sedih dari diri mereka. “Mungkin nantinya kita akan bersedih setelah tahu usaha kita ternyata sia-sia saat mencari buah itu!” Kata Bia kepada Anakes. Bia dan Anakes tak bisa ragu-ragu lagi. Mereka tetap memohon kepada Persefon untuk membawa mereka menuju hutan dan menunjukkan letak dari tanaman itu. Persefon melihat kesungguhan mereka. Ia memang mau ke hutan, jadi ia bisa sekaligus membawa mereka. Persefon membawa mereka ke dalam hutan. Ia memberi mereka baju khusus untuk melindungi mereka dari tumbuh-tumbuhan yang beracun ataupun berduri. “Ini akan melindungi kalian disana!” Kata Persefon setelah selesai membantu mereka memakai baju itu. Mereka mulai masuk ke dalam hutan. Hutan yang mereka masuki sangat lebat dan menghalangi cahaya masuk. Baju yang melindungi mereka, yang diberikan oleh Persefon pun bercahaya memberikan penerangan untuk melihat jalan mereka. “Ini baju yang hebat.” Kata Bia. Anakes diam saja. Ia mengikuti Bia dan juga Persefon dari belakang. Persefon kebanyakan berhenti. Ia seperti mengecek satu persatu keadaan dari tumbuhan itu. Ia memperhatikan buah yang dihasilkan dan juga kondisi tanah dari setiap tanaman yang dicurigainya. “Kau menganggap hutan ini seperti taman milikmu. Hutan ini cukup luas. Kau mengurusnya dengan sangat teliti!” Kata Bia. Persefon tersenyum. Ia sedang jongkok melihat sebuah pohon apel yang buahnya berjatuhan padahal belum masak. Ia melihat ke akarnya, apa ada masalah dengan penyerapan makanannya ke batang.  “Kau akan melakukan apapun untuk orang yang kau sayangi bukan? Aku mencintai hutan ini. Tentu aku akan memperlakukannya dengan baik dan tak kenal lelah.” Kata Persefon kepada Bia setelah ia selesai mengecek pohon tersebut. Ia berdiri dan menatap Bia. Ia tidak berkutik menanggapi hal tersebut.  Di sisi lain Anakes sangat tersentuh dengan ucapan Persefon. Ia semakin murung dibanding sebelumnya. Meski begitu, ia tetap mengikuti mereka, tapi tidak mengeluarkan kata-kata sedikitpun. Mereka berjalan, hingga cahaya sudah bisa masuk dan baju mereka tidak seterang sebelumnya. Pohon yang ada di sana sudah jarang-jarang dan tidak lebat. Kebanyakan disana rumput yang tidak terlalu tinggi yang menghasilkan buah-buah berry berwarna merah. Mereka masih berjalan, hingga keadaan tanah berubah menjadi berbatu. Hanya sedikit tanaman yang ada di sana. Cahaya bisa sepenuhnya masuk, dan sangat terang. Mereka bisa merasakan panasnya cuaca luar karena tak ada pohon yang menghalangi mereka. Mereka masuk ke dalam lagi hingga masuk ke hutan yang tidak terlalu lebat, tapi cahaya yang masuk cukup untuk berjalan. Seluruh tanah dihiasi oleh rumput cina yang pendek. Wilayah itu lebih mirip seperti taman yang indah.  “Kita sudah sampai!” Kata Persefon.  Bia melihat Anakes. Meski niat awal mereka ingin menggali tanah hingga menemukan buah tersebut, tapi sepertinya itu tidak bisa dilakukan karena rumput-rumput halus menyelimuti seluruh tanah. Mereka berdua saling menatap kebingungan dengan apa yang terjadi. “Kalian sudah mengerti dengan yang kukatakan, bukan?” Kata Persefon dengan senyuman melihat wajah mereka. Bia terduduk di lapisan rumput tersebut. Sedangkan Anakes masih mencoba berpikir. Bia teringat dengan Anakes. Ia merasa Anakes punya kisah sedih. Sebelumnya saat bersama Fobos, Anakes tak ingin menceritakan mengapa ia tinggal di perbatasan wilayah, membuka pandai besi tapi tidak menerima permintaan jasa. Ia hanya bingung. Mungkin itu bisa digunakan untuk memunculkan buah tersebut. Persefon tiba-tiba memanggil Bia. Ia menyuruhnya mendekatinya. Anakes tetap berdiri di sana, tidak ingin melihat apa yang akan ditunjukkan oleh Persefon.  Ia memetik buah kecil sekecil kelereng, berwarna hijau dengan kulit yang keras. Ia memperlihatkannya kepada Bia tentang hal tersebut. “Ini adalah bunga kebenaran. Ini bunga ya, bukan buah. Saat ia menjadi buah, ia tidak bisa dikatakan sebagai buah kebenaran, melainkan buah manjur. Sedangkan sewaktu ia menjadi bunga, ia bisa membuat seseorang berkata jujur tentang hidupnya. Mereka yang memakannya akan jujur selama beberapa menit hingga kehilangan efek tersebut.” Jelas Persefon. Bia langsung mencari tahu apa maksud dari ucapannya. Ia ingin menggunakan itu pada Anakes. “Ini buah yang hebat. Jadi jika dimakan, ia pasti menceritakan kebenaran. Ia tidak bisa memilih untuk tidak menceritakan?” “Benar!” “Hanya aku yang tahu buah ini. Tak ada yang tahu tentang ini sebelumnya. Meskipun mereka memakan bunga ini, mereka tidak akan sadar efeknya. Penelitian yang lama yang akan tahu tentang buah ini!” Jelas Persefon. “Aku ingin tahu tentang kehidupan Anakes. Kau lihat? Dia sudah tua tapi, ia tidak memiliki teman. Kita bisa menggunakan bunga ini untuk mengungkap kebenaran. Jika ceritanya sedih, bisa jadi itu akan memunculkan buah obat nyeri penyihir.” “Memang benar, cara itu memang baik untuk dilakukan. Tapi, kau membohongi sahabatmu! Tidak masalah?” Kata Persefon ragu. “Tidak masalah. Kami harus berkorban bukan?” “Baiklah, kita akan coba itu.” Kata Persefon yang memetiknya satu lagi. “Beberapa orang akan ketagihan setelah merasakan bunga ini, karena ini belum matang. Aku harap ia seperti itu!” Kata Persefon. “Aku juga.” Persefon memilih buah lain yang sedikit mirip. Ia memberikannya kepada Bia agar ia hanya boleh memakan buah itu dan tidak boleh salah makan. Mereka pun melakukan rencananya.   Bia seolah-olah sedang memetik buah yang sedang mereka cari. Ia langsung berteriak kepada mereka berdua. “Woi, aku lapar! Lebih baik, sambil mencari ide, kita makan buah ini!” Kata Bia dan melirik Anakes. Padahal sebenarnya itu bukan buah, melainkan bunga. “Aku juga lapar!” Kata Anakes yang mendekati mereka.  Bia yang sedang mengunyah, memberikan bunga kebenaran yang sebelumnya dipetik kepada Anakes, sedangkan mereka memakan bunga yang tidak memiliki efek. Anakes berhasil dijebak. Tanpa rasa curiga ia memakan buah tersebut. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN