Ritual Menyeramkan

1185 Kata
“Hah?! apa maksudmu tuan Riftan tidak sadarkan diri?” Nayya semakin tidak mengerti. “Eh, maaf Nona tapi, saya hanya tahu sebatas itu saja. Saya tidak ada kuasa untuk memberitahukan secara lebih dalam. Kalau Nona ingin tahu, Nona bisa menanyakan langsung kepada tuan Asoka. “Tuan Asoka? Siapa itu tuan Asoka?” “Dia di adalah tangan kanan tuan Riftan sekaligus orang yang bertanggung jawab atas seluruh kebutuhan tuan Riftan. Pria berambut emas,” jawab pelayan itu. “Baiklah Nona, kita harus segera bergegas, semuanya sudah siap,” imbuh pelayan itu. Nayya berdiri dari tempatnya dan melangkah mengikuti pelayan keluar ruangan. Nayya melangkah menyusuri lorong gua yang hanya di terangi oleh obor dinding . Ia berjalan menuruni tangga ke bawah. Hingga ia sampai di sebuah tempat yang membuatnya syok bukan main. Langkahnya terhenti, ia memandangi semua yang ada di depan matanya. “Tempat ini seperti tempat ritual persembahan tumbal, kenapa situasi ini sepertinya tidak asing, ya? di mana aku pernah merasakan hal semacam ini sebelumnya?” gumannya tergidik ngeri. Nayya tersentak, ia tiba-tiba mengingat sesuatu. “Oh Tuhan, ini kan seperti cerita dalam Novel yang aku buat? Tidak..tidak…apakah aku masuk ke dunia novelku dan akan menjadi tumbal oleh para vampir itu? aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Jika hal ini memang benar seperti yang tertulis dalam cerita delusional yang aku karang, situasi selanjutnya akan sangat mengerikan. Aku bahkan tidak sanggup membayangkan. Oh tidak, kenapa semua ini bias terjadi seperti ini? Nayya berniat meninggalkan tempat itu tetapi kedua pengawal yang ada di belakanganya mencegat langkahnya. “Manusia persembahan telah datang….!” Seseorang berteriak dengan lantang. Nayya semakin panik, pria berambut emas melangkah ke arahnya. mengulurkan tangannya dan Membawanya ke tengah-tengah. “Apa yang kau ingin lakukan kepadaku?” tanya Nayya penuh curiga. Ia tersentak saat menyadari ucapannya yang baru saja ia ucapkan. Ucapannya itu sangat mirip dengan dialog yang ia tulis dalam novel. Astaga, kenapa bisa kebetulan begini? ia menatap pria berambut emas itu sedang tersenyum kepadanya. “Bukankah kau datang kemari sebagai sumber kehidupan Riftan? darah yang kau miliki sangat ia butuhkan untuk membatu menyempurnakan kekuatannya. Sekarang kau duduk di dekat perapian itu, dan kau harus merasakan hawa panas dari api hijau itu,” ucapnya lalu membawa Nayya duduk di atas sebuah batu datar di samping api unggun berwarna hijau. “Kau akan membakarku?” Nayya menatapnya dengan tajam. Dalam novel yang ia tulis, tokoh utama perempuan akan hangus terbakar. Darahnya yang mengalir akan di ambil dan itulah yang si vampir akan minum. Tidak, kalau itu yang akan terjadi dia harus cari cara agar lolos dari sini. “Oh tidak, Kulitmu hanya kan terbakar sedikit dan karena ini adalah api suci, kulitmu yang melepuh akan kembali utuh dalam hitungan hari. Jadi tidak perlu khawatir,” ucap pria berambut emas itu. “Apa katamu? Kau benar-benar kan membakarku hidup-hidup. Aku tidak akan membiarkanmu melakukan itu padaku…!” Nayya berankak dari tempatnya dan berlari. Tapi dengan mudah Asoka menangkapnya. Nayya meronta tapi itu sama sekali tidak berpengaruh. Asoka bahkan kembali memaksanya duduk, ia mengingat kaki dan tangan Nayya agar tidak bisa bergerak. “Lepaskan aku…!” teriaknya keras sambil meronta. Asyaq tiba-tiba muncul, ia melihat Nayya sedang meronta dengan ikatan kaki dan tangannya. “Asyaq…Asyaq tolong aku…! aku tidak mau di bakar seperti ini. Aku tidak mau mati, dia..dia ingin menyiksa dan membunuhku di sini, Asyaq tolong..! aku akan memberitahu semua ini kepada Riftan nanti, awas saja… Asyaq..hu..hu…” Nayya meronta-ronta memohon agar Asyaq menolongnya tapi Asyaq malah hanya menatap Nayya dengan tatapan menyesal . Asyaq menghampiri Asoka dengan wajah geram. “Apa yang kau lakukan kepadanya?” tanya Asyaq. “Aku hanya memberinya efek jera. Gadis ini tidak mau mendengarkan ucapan Riftan makanya aku menakut-nakutinya,” jawab Asoka sambil menyeringai. “Apa kau sudah gila, kalau tuan Riftan sampai tahu kau akan menerima hukuman lagi. cepat lepaskan dia,” tegasnya. “Ah, kau ini. tidak bisa melihat orang senang sedikit saja. Kau tahu aku tidak menyukai gadis ini, aku juga tidak ingin jika Riftan menganggapnya reinkarnasi dari Adelia. Dia sangat jauh berbeda dengan Adelia,” ucapnya mengelak. “Kau mengatakan ini karena takut saudaramu Adelia tersingkirkan dari hati tuan Riftan, begitu? jangan konyol kamu, memangnya kenapa kalau dia memang reinkarnasi Adelia? Kau seharusnya bersyukur karena saudaramu itu hidup kembali mesemkipun pada tubuh berbeda, sekarang cepat lepaskan ikatan gadis itu,” jelas Asyaq. “Hah, kau berisik sekali!” gerutu Asoka tidak terima. Ia pun melangkah menghampiri Nayya dan langsung membuka ikatannya. Setelah ikatan terlepas, Nayya langsung berlari menghambur ke pelukan Asyaq. “Asyaq, tolong bawa aku dari sini, ritual ini sangat menyeramkan, aku akan mati terpanggang oleh api hijau itu,” ucapannya sambil menangis. Asyaq dengan lembut menghapus air mata Nayya dan mengelus lengannya dengan lembut. “Tidak Nona, ritual ini tidak seperti yang kau bayangkan. Entah apa yang Asoka katakan padamu tapi itu semua tidak benar. Dengarkan aku, ritual ini tidak menyeramkan, percaya padaku. Nah, sekarang apakah kau bisa duduk di batu tadi, aku berjanji tidak akan terjadi apa-apa denganmu,” ucap Asyaq menenangkan Nayya. “Tapi Asyaq…” “Percaya padaku,” Asyaq meyakinkan. Nayya akhirnya mengangguk, ia mengikuti Asyaq yang menuntunnya berjalan ke arah batu datar tadi. Nayya pun duduk di atas batu itu dengan perasaan was-was. Bagiamana kalau Asyaq membohonginya? Selang beberapa lama, muncul beberapa orang yang dengan membawa tandu di atas bahu mereka. Mereka mengucapkan kalimat-kalimat aneh yang membuat bulu kudu Nayya merinding. Tandu emas kemudian di letakkan dan di buka. Mata Nayya terbelalak, saat melihat Riftan yang terbaring di dalam tandu dan dipindahkan ke atas karpet emas. Pria itu seperti tertidur. Riftan dibaringkan diatas karpet oleh orang-orang tadi. Setelah itu mereka pun meninggalkan tempat. Nayya hanya menatap Riftan tanpa kedip, sebenarnya apa yang akan terjadi selanjutnya. Di dalam cerita yang ia tulis, situasi ini tidak ada. Memang terkadang ada beberapa kejadian yang sama tapi untuk kali ini ia betul-betul tidak tahu. Pria berambut emas itu memusatkan tongkatnya ke arah Riftan, seketika asap putih keluar dan menyelimuti tubuhnya. Tubuh Riftan pun terangkat ke udara. Mantra terus diucapkan oleh Asoka tanpa henti. Nayya menyaksikan itu tanpa kedip. Tiba-tiba tubuh Riftan yang diselimuti asap putih berubah membesar. Semakin lama semakin membesar hingga menyerupai makhluk raksasa. Nayya bergidik ngeri. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Makhluk itu berjalan menghampiri Nayya. Gadis itu membeku di tempatnya, ia bahkan menahan nafas saking tegangnya. Nayya bisa melihat sorot merah dari wajah monster putih itu. Perlahan monster itu menunduk dan mengendus pelan tubuh Nayya. Tangan Nayya terulur menyentuh wajah monster itu, Asoka semakin memperkuat bacaan manteranya agar asap putih itu tetap membungkus tubuh monster itu, akan tetapi sentuhan Nayya malah membuat asap putih itu semakin lama semakin berkurang. Asoka terkejut bukan main, ini tidak boleh di biarkan. Jika asap putih itu hilang, maka monster itu akan menghancurkan tempat ritual itu dan membunuh mereka semua. Asoka melirik tajam ke arah Asyaq memberinya isyarat agar ia melakukan sesuatu, tapi Asyaq hanya terdiam dan menatap interaksi Nayya dengan monster itu. Hingga asap putih itu lenyap seketika. Semua yang ada di ruangan itu tertegun melihat sosok besar di balik asap putih yang selalu menyelimutinya. Mereka tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN