Pertarungan

1018 Kata
Putri Adora melompat dan terbang, ia keluar dari kastil karena pikirannya sedang kacau. Ia tidak mendapatkan jawaban yang ia inginkan. Bagaimana bisa Asoka yang hanya seorang pengawal saja, bisa menyembuhkannya dengan sangat mudah, sedangkan Riftan yang jelas-jelas adalah pasangan jiwanya, tidak bisa melakukan apa pun untuknya? Tidak bisa ia pungkiri bahwa ia merasa sangat nyaman berada di sekitar Asoka, ia merasa jika keberadaan Asoka untuknya adalah sesuatu yang sangat benar. Ia juga menyadari kenyataan bahwa, Asoka telah mengikis sedikit demi sedikit tempat Riftan di dalam hatinya. Hanya saja, ia merasa ini semua ganjil, sebenarnya apa yang sedang terjadi? Berpikir sangat dalam membuatnya merasa haus, ia ingin minum darah singa lagi. Terakhir kali ia mencicipi darah singa saat merasa kecewa terhadap Riftan, dan sekarang pun ia merasakan hal yang sama. Ia juga kecewa dan kesal dengan Riftan. “Aku harus menangkap seekor singa dan kali ini aku akan menaklukkan singa jantan,” ucapnya sambil menyeringai. Putri Adora melompat dan terbang diantara pepohonan hutan menuju ujung hutan di bagian utara kastil. Penciumannya yang tajam bisa mendeteksi keberadaan beberapa singa di tempat itu. Ia pun tidak peduli dan tidak ingin tahu menahu apakah wilayah itu masih kawasan tempat Riftan berkuasa atau bukan. Yang ia tahu, jika dirinya ingin menangkap singa di tempat itu. Lagipula, ia adalah seorang calon penguasa, ia akan menguasai seluruh wilayah tanpa adanya batasan. Putri Adora tersenyum saat mencium bau singa tidak jauh dari tempatnya berada, itu artinya ia sudah semakin dekat dengan lokasi yang ia tuju. Benar-benar tempat yang sangat tepat untuk berburu. Senyumnya semakin lebar saat ia melihat sekelompok singa yang sedang berteduh di bawah pohon. Putri Asoka mengamati mereka, ada satu ekor singa jantan dan empat ekor betina dengan beberapa ekor anak singa yang sedang menyusu pada masing-masing induk mereka. Ia sudah sering mencicipi darah singa betina, untuk itulah kali ia akan mencoba merasakan seperti apa rasa sensasi darah singa jantan. Putri Adora menghela nafasnya, cukup sulit menangkap singa jantan itu karena ia dikelilingi oleh betina-betinanya. Dia harus membuat singa jantan itu sendirian dengan membuat empat ekor singa betina itu sibuk. Putri Adora tampak berpikir. Ia menatap sekeliling, ia tersenyum melihat seekor rusa yang sedang menikmati rerumputan hijau yang mengelilinginya. Ia tampak sendirian dan lengah. Dengan sedikit kekuatannya, putri Adora membuat Rusa itu berjalan ke arah para singa itu. Di saat para singa betina sudah mencium keberadaan rusa itu, tentu saja mereka tidak tinggal diam. Makanan mereka harus selalu cukup untuk kawanan, dan itulah tugas mereka. Ke empat singa betina itu mengendap menghampiri rusa yang sedang terkena hipnotis putri Adora itu. “Ayo, mendekat lah kepada mangsamu dan tinggalkan mangsaku sendiri,” guman putri Adora sambil mengamati singa-singa itu mulai mengincar mangsa. “Ini akan jadi perburuan yang sangat menyenangkan, h..ha…ha…!” Saat singa itu hendak menyergap rusa, putri Adora memberikan sedikit kekuatannya untuk sang rusa sehingga rusa itu bisa dengan gesit menghindari sergapan para singa. Rusa malang itu terlihat bingung tapi juga tetap gesit mempermainkan para singa pemangsanya. Putri Adora benar-benar membuat singa-singa itu mengejar rusa hingga berhasil tertangkap. Setelah merasa yakin jika para singa betina itu sudah menghilang jauh, putri Adora kemudian menatap tajam sang singa jantan yang masih dengan santainya berbaring di bawah pohon dengan para anak-anaknya yang sedang tertidur. “Hap…!” Putri Adora melompat ke bawah pohon tempat di mana singa jantan incarannya berada. Kemunculan putri Adora tentu saja mengusik sang singa dan membuatnya marah. Singa itu mengaum keras menunjukkan amarahnya, tetapi putri Adora justru menyeringai menatapnya tajam. Singa jantan itu bangkit dari tempatnya dan bersiap menyerang putri Adora. Hewan itu terlihat menggetarkan tubuhnya sehingga bulu-bulu lebat yang ada di sekitar lehernya mengembang. Ia pun siap menyerang. Sedangkan anak-anak singa itu berlari untuk bersembunyi. “Gghhrrrruuuoommm…!!!!” singa itu kembali mengaum sebelum berlari menyerang ke arah putri Adora. Perkelahian pun terjadi, putri Adora menghindari terjangan singa itu dengan melompat ke udara lalu mengarahkan tendangannya ke kepala sang singa. Singa itu terhuyung ke belakang sambil mengaum keras karena merasa kesakitan. Putri Adora tersenyum, Ia kembali menginjakkan kakinya di atas tanah dan menghampiri singa yang sedang berusaha menerjangnya lagi. Kembali Adora menerjang sang singa dengan menggunakan kuku tajamnya yang tiba-tiba memanjang. Dengan kekuatan kedua tangannya, putri Adora mengunci leher sang singa dengan kuat dan menunggangi tubuhnya. Putri Adora mencekik leher singa itu dengan kedua lengan kuatnya hingga singa itu hampir kehabisan nafas. Tentu saja singa ikut berontak sambil berusaha menjatuhkan putri Adora yang masih berada di atas punggungnya. Karena singa itu terus berusaha lepas dari jeratan tangan putri Adora, vampir itu kesulitan menusukkan kuku beracunnya. Kekuatan singa jantan itu ternyata tidak bisa dianggap sepele, ini memang bukan hal pertama kali tapi menaklukkan singa jantan sepertinya cukup sulit. Meskipun demikian, tekad kuat dan keinginan untuk merasakan sensasi darah singa jantan sangat menggebu sehingga ia masih bertahan di atas tubuh sang singa. Untung saja, bulu lebat singa jantan itu memudahkan putri Adora tetap bertahan di atas tubuh singa itu. Tentu saja dengan cengkeramannya yang kuat. Beberapa kali singa itu mengaum, dan berusaha menjatuhkan putri Adora. Ini tidak bagus, apalagi aksi saling melumpuhkan itu sudah berlangsung lama. Jika para singa betina itu menyadari dan mendengar auman singa jantannya yang membutuhkan pertolongan, maka nyawanya dalam bahaya. Putri Adora pun semakin memperkuat cengkraman tangannya di leher singa itu, kakinya menendang perut sang singa dengan kuat, tak ayal, singa pun roboh ke tanah. Kesempatan baik untuk menusukkan kuku beracunnya ke dalam tubuh singa itu. Akan tetapi baru saja ia akan menusukkan kukunya ke leher singa itu, dari arah belakang seekor singa betina menerjangnya. Tubuh putri Adora terguling, singa betina itu kembali menerjangnya dengan agresif. Untung saja tangan putri Adora dengan kuat menahan mulut menganga singa betina itu yang siap untuk mengoyak leher putri Adora. Tidak sampai di situ, muncul singa lain yang menarik dan menggigit kedua kaki putri Adora hingga berdarah. Putri Adora mengerang kesakitan. Ia dengan sekuat tenaga menahan mulut singa itu agar tidak sampai menyentuh lehernya. Singa-singa itu itu kini mengerumuni tubuh putri Adora tapi vampir itu masih terus bertahan. “Asoka…!!” teriaknya dengan lantang. Seketika sebuah bayangan berhoodi hitam menyambar ketiga singa itu. Ketiga hewan itu pun berlari meninggalkan putri Adora yang sudah lemas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN