Aku melangkah mengikuti aroma darahnya yang sangat menyegarkan itu, aku benar-benar tidak sabar lagi untuk menikmati setiap tetes darah manis miliknya itu. Semakin aku mendekatinya, tubuhku semakin kehilangan kenali. Aroma darahnya begitu menarik semua instingku untuk terus mendekatinya. Tidak, jika aku terus berada di dekatnya, aku benar-benar akan kehilangan kontrol.
Akhirnya aku hanya bisa berdiri dan melihat dari jauh siapa yang berani mencoba mendekati Nayya. Kornea mata yang mampu melihat seratus kali lebih tajam dari manusia membuatku mampu melihat dengan sangat jelas dari kejauhan. Aku bisa melihat wajah pria itu dengan jelas, pria yang sedang berjalan ke arah Nayya.
Rahangku mengeras, aku tidak suka pria itu mendekati darahku. Aku bahkan bisa merasakan debaran jantungnya yang tidak terkendali saat ia semakin mendekati Nayya. Aku marah, taringku semakin memanjang.
Third POV
Saat tiba di kantin, Nayya dan Sonia duduk dan mulai memilih menu.
“Mau makan apa?” tanya Sonia sambil melihat-lihat daftar menu makanan.
“Pangsit aja deh, sama es jeruk,” jawab Nayya.
“Oke, aku yang pesan.” Sonia lalu beranjak dari tempatnya dan berjalan ke arah pelayan kantin.
“Bi, pesan pangsit sama es jeruk 2 ya,” ucap Sonia kepada seorang wanita setengah baya yang sedang sibuk menyiapkan menu makanan.
Wanita itu tersenyum. “Siap Nona…!” jawab sang bibi.
*
“Permisi, apa saya boleh gabung di sini? Saya tidak bisa mendapatkan tempat duduk lagi.” Nayya yang sedang sibuk dengan ponselnya mengangkat kepalanya dan melihat seorang pria tampan tersenyum ramah padanya.
“Reno? Boleh dong, yuk sini.” Nayya menggeser duduknya memberi ruang kepada pria itu untuk duduk di sampingnya.
“Terima kasih,” ucap Reno. Nayya tersenyum.
“Oya, kamu sudah pesan makanan?” tanya Nayya.
“Belum, Aku baru sampai.”
“Nih menunya, Sonia sudah pesan duluan, tuh.” Ucap Nayya sambil menyerahkan menu kepada Reno.
Reno pun mulai memilih makanan yang ia inginkan.
Reno menatap ke arah seorang pelayan muda dan melambaikan tangannya. Pelayan itu berjalan ke arahnya.
“Mau pesan apa?” tanya pelayan itu.
“Jus mangga dan jagung bakar.” Ucap Reno.
Pelayan itu mencatat pesanan Reno kemudian meninggalkan tempat itu.
“Setelah ini kau ada kuliah lagi?” tanya Reno.
“Tidak sih, aku rencana pulang setelah ini, kalau kamu?”
“Aku juga sudah selesai kuliahnya, Kau ada acara di rumah?” tanya Reno lagi.
“Tidak, aku mau lanjut nulis naskah n****+ terbaruku lagi rencana. Emang kenapa?” tanya Naya ingin tahu.
“Kau sibuk rupanya, padahal aku rencana mengajakmu jalan,” ucap Reno, wajahnya terlihat memerah.
“Waw… akhirnya ada yang mengungkapkan perasaannya juga.” keduanya terkejut mendengat suara Sonia yang tiba-tiba terdengar dari arah belakang.
Nayya hanay tersenyum, dan Reno hanya tertunduk malu sambil mengusap tengkuknya gugup.
“Duh, sampai memerah begitu wajahnya. Tapi selamat deh, akhirnya setelah sekian lama kau berani mengajak idola kampus ini jalan. Awas nanti para sainganmu murka.” Sonia tidak berhenti menggoda Reno yang sudah semakin tersipu.
“Udah dong Sonia, tidak lihat apa. Reno sudah tidak enak begitu. Dia kan ngajak jalan saja, gak ngapa-ngapain," bela Nayya yang tidak tega melihat Reno jadi bulan-bulanan Sonia.
“Loh, aku kan bicara apa adanya. Maksud aku itu baik, iya kan Reno?” tanya Sonia.
Reno hanya mengangguk tidak berdaya, ia pasti akan mati kutu di hadapan Sonia, ia juga tidak menyangka jika aka nada Sonia. Reno pikir Nayya hanya sendiri, karena itulah ia mengumpulkan keberanian untuk mendekati Nayya.
“Sudah- sudah, tuh makanannya datang.” Nayya menengahi.
Pelayan kemudian menyajikan makanan mereka.
“Silakan di nikmati,” ucap sang pelayan kemudian meninggalkan tempat itu.
Mereka pun mulai menikmati makanan mereka.
“Ngomong-ngomong, kau mau mengajak Nayya ke mana?” tanya Sonia kembali memulai pembicaraan.
Reno mengangkat kepalanya dan menatap Sonia sedangkan Nayya menatap Reno.
“Aku hanya akan mengajaknya ke perpustakaan pusat, Nayya kan suka tempat itu. sekalian mencari referensi yang akurat untuk karya ilmiah yang sedang aku kerjakan,” jawab Reno sambil mengunyah makanannya.
“Oh, begitu. aku gak di ajak nih?” celetuk Sonia lagi.
Mendengar ucapan Sonia, Reno gelagapan sedangkan Nayya hanya menahan senyumnya.
“Ah, Bo…boleh, kok. Kalau Nayya setuju,” ucap Reno sambil menatap Nayya penuh harap.
Sonia juga ikut menatap Nayya yang terlihat mengangkat bahunya.
“Aku sih oke saja, apalagi kata Reno mau ke perpustakaan pusat, kan? Tapi sepertinya hari ini aku belu bisa pergi, deh. Aku besok ada jadwal donor darah, jadi harus istirahat cukup agar tekanan darahku normal. Hmm, bagaimana kalau sabtu ini?” Nayya menatap keduanya bergantian.
Meskipun Reno awalnya terlihat kecewa karena Nayya ternyata menolak ajakannya, tapi harapan untuk bertemu dengan gadis pujaannya itu di hari sabtu nanti membuatnya semangatnya kembali muncul.
“Iya, tidak apa-apa. Kita bisa bisa pergi di hari sabtu,” Reno tersenyum lalu kembali mengunyah makanannya. Mereka pun mengangguk setuju dan melanjutkan makan.
Setelah makan, mereka pun berjalan kembali ke kelas. Reno yang ruangannya searah dengan kelas Nayya dan Sonia, ikut berjalan mengiringi mereka.
Sonia yang cukup tahu jika Reno berusaha menarik perhatian Nayya memberi ruang untuknya. Ia pun perlahan berjalan lambat dan membiarkan Reno berjalan di samping Nayya. Karena asyik berbincang, keduanya tidak sadar jika Sonia sudah menghilang sejak tadi.
“Bagaimana keadaan mama dan saudara-saudaramu di panti, apa mereka semua sehat?” tanya Reno penuh perhatian.
“Iya, mereka sehat. Mama sering menanyakanmu, loh. Katanya kenapa kau jarang berkunjung lagi,” ucap Nayya sambil terus berjalan dengan gontai.
“Iya, kalau di ingat-ingat sudah lama sekali semenjak terakhir aku berkunjung ya. Soalnya kami habis pindahan dan masih sementara berbenah juga di rumah. Apalagi di semester akhir ini, waktuku terasa sangat singkat. Aku merasa 24 jam itu tidak cukup memenuhi kebutuhan waktuku dalam sehari. Tapi tolong bilang ke mama kamu, aku akan secepatnya datang lagi,” Jelas Reno.
“Iya, aku mengerti. Mama juga ngerti, kok. aku sidah jelaskan kesibukanmu.” Jelita menghentikan langkahnya. Ia sudah sampai di depan kelas.
“Hari sabtu jadi, kan? Aku benar-benar sangat ingin mengajakmu jalan,” ucap Reno mulai kembali sedikit gugup.
“Iya.”
Nayya mengangguk setuju sambil tersenyum manis. Mendapat respon itu, hati Reno bersorak bahagia. ia sangat senang.
“Baik, kalau begitu aku pergi dulu. Pulang nanti aku antar, ya?” Reno kembali menawarkan bantuan.
“Ah tidak usah, kamu kan jam pulangnya sore. Rumahku jauh. Nanti kamu kerepotan," tolak Nayya merasa tidak enak.
“Tidak apa-apa, aku bisa menyisihkan beberapa menit waktuku untuk mengantarmu pulang. Lagi pula, aku baru kali ini ada waktu luang untuk bisa mengantarmu pulang," ucap Reno bersikeras.
“Ya, sudah kalau memaksa. Tapi aku sebentar lagi pulang, loh. Kamu gak apa-apa?” ucap Nayya.
“Telpon aku saja kalau sudah mau pulang. Aku akan datang.” Ucap Reno penuh kepastian.
“Oke, kalau begitu sampai ketemu.”
Reno pun melanjutkan langkahnya, Nayya hanya tersenyum-senyum.
“Hmm, sepertinya aku mencium aroma kasmaran di sekitar sini,” sindir Sonia yang muncul tiba-tiba.
Nayya tersentak, ia sempat melupakan keberadaan sahabatnya itu saat berbincang dengan Reno.
“Loh, kamu ke mana saja?” tanyanya
“gak usa pura-pura peduli deh, kau tadi lupa kan kalau aku ada, aku malah sengaja menghilang, tapi ternyata kalian tidak peduli. Huh, dasar!” Sonia mencubit lengan Nayya membuat gadis cantik itu kesakitan.
“Aw…aw… sakit,” rengek Nayya dengan manja.
“Biarin, siapa suru lupa sahabat sendiri kalau sudah berduaan dengan gebetan.” Respon Sonia degan wajah cemberut.
“Eh tapi, Reno juga cakep loh. Menurutku sih kalian jadian aja. Kalian cocok. Reno ketua BEM yang punya ratusan penggemar di kampus ini, sedangkan kau idola para cowok, kalian sangat serasi," ungkap Sonia.
“Apa benar begitu menurutmu?” Nayya bertanya, ia mulai memikirkan ucapan Sonia.
“Tentu saja, kalau kamu juga menyukainya. Kenapa tidak.” Imbuh Sonia lagi.
Nayya hanya tersenyum menanggapi ucapan Sonia.
Tapi sesaat kemudian, Nayya tiba-tiba meringis kesakitan.
“Aw…akh…!” pekiknya lirih sambil memegang dadanya.
“Nayya, kau kenapa?”