Susahnya Jadi Kekasih CEO

1115 Kata
CEO Lee meraih buku yang sedang dibaca Laura dan membaca judulnya. CEO Lee yang baru masuk ke ruang VIP restoran itu hanya sendiri, tanpa Sam. Dan itu cukup membuat Laura gugup. Masalahnya baru kali ini CEO Lee menunjukan senyumnya yang membuat terpesona. CEO Lee duduk di kursi yang ada di depan Laura dengan santai. Tubuhnya terlihat tenang dan rileks tak seperti Laura yang terlihat cemas. CEO Lee adalah CEO muda yang sukses dan ia memang selalu terlihat tenang di segala situasi apalagi di dekat Laura yang notabene adalah bawahannya di kantor sekaligus kekasih bayarannya. Baginya Laura partnernya. Setelah sejenak membisu, CEO Lee akhirnya membaca cover buku yang tadi dipegang oleh Laura. Terlihat jelas dari sorot matanya bahwa ia penasaran dengan buku yang dipegang oleh Laura itu. CEO Lee kemudian membaca judul buku yang berada di cover depannya. Terlihat jelas wajahnya sedikit terkejut setelah tahu buku itu adalah sebuah kumpulan resep masakan. "Seriously Laura, kamu suka memasak?" tanya CEO Lee dengan terkejut. Wajahnya yang tampan membuat ia tambah tampan. CEO Lee meletakkan bukunya diatas meja. Laura yang sedikit tidak nyaman saat itu langsung mengangguk cepat, "Iya Tuan CEO Lee, Saya suka memasak," jawabnya dengan tergesa-gesa. "Jangan panggil seperti itu, panggil saja saya Lee ketika kita sedang berdua dan saat kamu bertemu ayahku juga kalau memungkinkan keluargaku," pinta Lee. Laura tampak keberatan. "Maaf Tuan, tapi Saya merasa itu tidak sopan," jawab Laura sambil menundukan kepalanya. Laura tahu benar kedudukan CEO Lee. Dengannya seperti langit dan bumi. Sangat jauh. Lee menghembuskan nafasnya lalu menatap Laura, "please! Kamu itu kekasihku. Mana ada kekasih memanggil Tuan. No! Kamu harus membiasakan diri sekarang!" "Tapi Tuan," Laura berusaha bernegosiasi, namun dengan cepat Lee mengangkat telunjuknya, yang berarti Laura tak boleh bicara lagi. Laura pun akhirnya pasrah dan mengangguk, ia tidak bisa jika harus berdebat dengan orang nomor satu di tempat dia bekerja. "Baik Lee," jawab Laura akhirnya. Lee pun mengangkat jempolnya, "itu lebih baik!" "Aku rasa tidak nyaman,"ujar Laura kikuk. "Usia kita hanya terpaut satu tahun jadi kalau kamu tidak nyaman, panggil saja beb," pinta Lee. Laura mengerutkan keningnya. "Beb?" Tanya Laura. Lee mengangguk. "Anak zaman sekarang sering memanggil kekasihnya panggilan Beb, dan aku rasa aku suka dipanggil Beb," ucap Lee sambil mengangkat alisnya. 'Tidak tahu umur ini oppa,' batin Laura. "Oke gak?" Tanya Lee. Laura pun mengangguk. Setelah itu seseorang mengetuk pintu, Lee mempersilahkan masuk dan ternyata yang datang seorang laki-laki pelayan restoran. Ia membawa dua gelas jus lalu menyajikannya di atas meja. Setelah itu pelayan itu kembali keluar dari ruangan itu. "Kita minum dulu sebelum membahas semuanya," ajak Lee sambil mengambil gelas jus mangga miliknya. Laura mengangguk dan ia meraih gelas jus jeruk miliknya. Setelah keduanya minum, Lee pun mulai angkat bicara. "Laura, apa kamu benar-benar suka memasak?" Tanya Lee mulai membahas buku yang tadi Laura baca. Laura pun mengangguk. "Ya, sangat suka. Tapi tidak terlalu pandai, hanya bisa masak menu biasa saja," jawab Laura merendah, ia tak mungkin mengatakan masakan apa saja yang bisa dibuat pada Lee. Lee pun mengangguk. "Ya, tidak masalah. Setidaknya kamu bisa masak. Itu nilai tambah untukmu," ujar Lee. "Oh iya Laura, aku mau minta tolong padamu," ucap Lee sambil menatap Laura. "Minta tolong apa?" Tanya Laura. “Aku ingin kamu memasak sesuatu untuk ayahku saat kamu ke rumah nanti, pasti dia akan senang," pinta Lee. Laura cukup terkejut dengan permintaan bos nya itu. 'Ya ampun, kenapa CEO ini banyak sekali maunya, aku merasa dijajah sekarang. Ternyata jadi kekasih bayarannya tak mudah,' batin Laura. Banyak sekali tuntutan Lee yang membuat Laura kadang merasa jengkel. Namun ia selalu ingat anak-anaknya butuh biaya yang tak sedikit untuk pendidikan. Laura pun menjawab dengan bijak permintaan bosnya , “Maafkan Saya, Saya tidak merasa nyaman memasak makanan untuk seseorang yang belum saya kenal," ucap Laura. "Bagaimana jika saya bertemu dengan ayah Anda terlebih dahulu agar saya bisa membuat sesuatu yang sesuai dengan selera ayah Anda?” Laura berusaha bernegosiasi. Lee mengerti kekhawatiran Laura dan akhirnya setuju dengan usulan Laura. Ia sangat senang karena meskipun Laura sekarang menolak, namun Laura memberikan alasan yang sangat masuk akal. "Oke baiklah, kalau begitu besok kamu bawakan saja makanan untuk makan siang saya di kantor," ujar Lee akhirnya. Laura terlihat keberatan, bahkan ia terlihat mau protes. Namun dengan cepat Lee bicara. "Kamu kekasihku, dan ini adalah permintaanku. Ingat, kamu harus selalu menurut padaku," ucap Lee mengingatkan. Laura pun memejamkan matanya lalu membuka matanya kembali. "Oke, baiklah," jawab Laura menyerah. Setelah itu Lee pun mulai membahas rencana akhir pekan yang akan mengajak laura ke rumahnya. "Jadi nanti sabtu pagi Sam akan menjemput, Kamu harus ikuti apa yang diperintahkan Sam. Mulai dari membeli pakaian yang akan dipakai untuk bertemu ayahku, hingga bertemu MUA untuk di rias," ujar Lee. "Ini sangat berlebihan," ucap Laura pelan. Namun itu dapat di dengan Lee. "Ini tidak berlebihan sama sekali. Aku harus memastikan ayahku langsung menyukaimu saat pertemuan pertama. Kamu harus terlihat anggun. Ingat kamu sudah saya bayar dimuka untuk bulan ini," ucap Lee penuh penekanan membuat Laura sadar posisinya. "Baik," jawab Laura. "Kamu harus menjaga sikapmu di depan ayahku aku tidak mau ayahku memintaku untuk menjauhimu. Kontrak kita satu tahun. Jadi selama setahun kamu adalah kekasihku dan kamu tidak bisa lari dariku," ucap Lee mengingatkan. Laura pun mengangguk. "Baik, aku akan berusaha sebaik mungkin," ucap Laura. "Aku berusaha anggun seperti yang anda inginkan," ucap Laura kemudian. "Oke bagus," jawab Lee. "Selanjutnya kita bahas tentang profil ayahku secara lengkap, agar kamu punya gambaran," ujar Lee. Laura pun mengangguk. Keesokan harinya, Laura baru turun dari taksi. Di saat yang bersamaan sebuah mobil berhenti. Laura yang baru akan melangkah dihentikan karena ada yang memanggilnya. "Laura!" Seru suara perempuan. Laura pun melihat ke belakangnya dan ternyata itu adalah Norma. Norma memakai rok navy selutut dan blazer senada, rambutnya warna coklat tua bergelombang terurai. Mobil yang ditumpangi Norma adalah sebuah taksi dan taksi itu melaju. 'Malas sekali aku bertemu dengannya,' batin Laura. Setelah tahu Norma yang memanggilnya Laura memilih melangkah pergi. Ia tidak mau berurusan dengan wanita yang telah merebut suaminya itu. Namun langkah Laura terhenti saat Norma memegang lengan Laura. Laura pun menatap Norma tajam. "Lepaskan!" Seru Laura. Norma tersenyum sinis sambil melepaskan tangannya dari lengan Laura. "Ah, aku tak menyangka satu kantor denganmu," ucap Norma sambil tersenyum jahat. "Aku harus segera masuk," ucap Laura langsung melangkah lagi namun dengan cepat Norma kembali menarik tangan Laura dengan cengkraman yang cukup kuat hingga mau tidak mau Laura menghentikan langkahnya lagi. Laura menghela nafasnya, cengkraman Norma itu cukup kencang hingga membuat ia merasa kesakitan. 'Aku ingin sekali menonjok wajah wanita hingga terkapar di sini! Wanita ini sepertinya akan menjadi pengganggu di sini,' batin Laura. Saat tangan Laura masih dipegang Norma seseorang menegur mereka. "Sedang apa kalian!" Suara bariton membuat Laura dan Norma melihat ke sumber suara.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN