Nyonya prasetya?

1264 Kata
Arka buru-buru bangun dari tidurnya, pertemuan dengan colage dari luar negeri hari ini membuatnya harus kerja lebih ektra dan bangun pagi-pagi untuk mempersiapkan semuanya. Merasa tenggorokannya kering, pria bertubuh tegap itu memutuskan untuk keluar kamar lebih dulu untuk mengambil air. Dalam keadaan setengah sadar pria itu berjalan menghampiri meja makan, mengambil air dan meneguknya. Namun gerakan tangannya terhenti saat melihat seorang gadis berambut hitam sedang memasak di atas kompor, tangannya dengan cekatan memasukkan segala kebutuhan ke dalam wajan. Meski baju tidur yang dipakainya cukup besar dan lebar, tapi Arka masih dapat melihat jelas kaki dan tangan yang sangat putih dan bersih itu. Siapa dia? Arka mendekat saat gadis itu mengikat rambutnya asal, menampakan lehernya yang jenjang. Arka menelan saliva saat tak sengaja melihat pinggul cantik dan indah gadis itu. Karena gerakannya yang mengikat rambut membuat bajunya terangkat dan mengekspos area pinggulnya. “Siapa kamu?” "Kakak? Tumben sudah bangun?" Arka terkejut, pria itu sampai melangkah mundur saat mengetahui gadis cantik dan putih bersih itu ternyata Bulan. Gadis cupu yang tidak terasa sudah selama 1 tahun ini tinggal di rumahnya, juga gadis menyedihkan yang telah ia telantarkan dan tidak pedulikan selama ini. "Apa yang kamu lakukan?" pekik Arka dengan suara tertahan. Matanya panas melihat benda kembar yang cukup besar di depannya. Karena terburu-buru, Bulan tidak mengancingkan baju tidurnya dengan benar. Gadis itu tidak menyadari jika kancing baju bagian atasnya terlepas dan menampakkan apa yang ada di dalamnya. Terlebih lagi Bulan tidak memakai tank top hanya memakai bra. Membuat benda itu semakin jelas dan menggoda. “Ah, aku? Aku lagi masak, Kak,” jawab Bulan gugup. Membalikan tubuh ke arah kompor kemudian kembali lagi ke arah Arka. Tapi tak lama balik lagi ke arah kompor. Dia lupa tidak boleh menatap Arka. Arka gagal focus, benda kembar itu bergerak berirama sesuai dengan gerakan Bulan. “Diam!” sentak Arka membuat Bulan terperanjat dan membuat benda itu bergerak lagi. Pria itu hampir gila, kerongkongannya sudah kering. "Maaf, kak. Maaf klo aku ganggu, aku sama sekali ngga bermaksud menganggu kakak," sendu Bulan semakin tertunduk, maka semakin terlihat pula benda itu. Arka membuka mulut dan mata lebar. Arghhh sial! Dia bisa mati rasa jika terus begini.. “Terserah!” sentak Arka kemudian memilih pergi. Bulan menatap Arka aneh, tidak biasanya Arka bangun pagi-pagi. Dan ya, apa tadi? Arka mengajaknya bicara? Tidak biasanya juga. Tidak ingin ambil pusing, Bulan buru-buru menata makanan itu di meja kemudian pergi ke kamar untuk berganti pakaian. “Aaaaaaaa!” Bulan menutup mata takut saat tiba di depan cermin. Dia melihat bajunya terbuka di bagian tengah, tepat di bagian d**a. Jangan bilang Arka melihatnya tadi. Aaaaa tidak! Aaku bisa mati kutu kalau ketemu tu orang Rambut! Dia lupa tidak memakai hijab pula. “Rambut ku kan basah! Lagipula ngapain sih dia ke dapur. Biasanya juga ngga ada,” gerutu Bulan, menarik baju gantinya kesal. Gadis pemalu yang terkenal cupu itu kini terlihat lebih cantik dan elegan, berkat tangan Elliot gadis itu kini lebih percaya diri. Bulan duduk di meja makan setelah berganti, berharap pria yang tadi pagi tiba-tiba ada di dapur itu tidak muncul. "Mana untukku?" tanya seseorang dari arah tangga, Bulan menatapnya aneh. Tunggu, dia tidak salah dengar, kan? Arka bertanya dimana makanan untuknya? "Aku lapar! Tidak ada waktu ke resto karena klienku sudah menunggu," jelas Arka terdengar seperti anak yang merajuk minta makan pada ibunya, tidak memperdulikan tatapan Bulan dan langsung duduk di meja. "Oh! Ada, kak. Sebentar." Untung masih ada sisa nasi goreng di wajan. Nasi yang biasa Bulan bekal untuk dibawa ke tempat kerja itu kini dimasukkan ke dalam piring dan dihidangkan kepada Arka. "Terima kasih!" tutur Arka kemudian langsung menikmatinya dengan lahap. Masih pukul 6 pagi, masih sukar untuk mengawali pembicaraan. Apalagi mengingat mereka tidak terlalu dekat. Jadi Bulan memilih diam saja setelah menghidangkan makanan. "Kenapa diam saja?" tanya Arka saat Bulan masih berdiri di sampingnya. Bulan hanya diam, bingung menjawab. Tidak biasanya Arka sarapan di rumah setelah 1 tahun. Mau duduk di sampingnya? Mana berani. "Duduk dan makan makananmu!" ucap Arka dengan penuh penekanan. Tidak ingin membuat Arka marah, Bulan buru-buru duduk dan melahap makanannya. Sesaat mata Arka melirik Bulan yang saat ini sedang makan di sampingnya. Terus tertunduk tanpa menatapnya sama sekali. Gadis itu terlihat lebih bersih dan cantik meski hijab masih membalut kepalanya. Namun aura kecantikannya malah lebih bagus. Semakin lama Arka menatap, semakin ingat pula benda tadi muncul di pikirannya. Arghh Sial! Arka menggeleng dan tak sengaja membaca kartu tanda pekerja yang menggantung di leher gadis itu. "Kau bekerja?" tanya Arka iseng. Ah dia ini, suami macam apa sampai tidak tahu istrinya bekerja atau tidak. Tapi tunggu, untuk apa dia peduli? Dia kan hanya suami paksaan. "Iya, Kak," jawab Bulan singkat. Arka penasaran, bagaimana bisa dia bekerja dengan kepintaran yang super duper mini itu. "Dimana?" "Perusahaan Adiguna, Kak,” jawab Bulan lagi singkat. Arka berdecih, "Tatap aku jika sedang berbicara denganku, Bulan!" sentak Arka. Bulan terkejut dan langsung menatap suaminya. Pandangan mereka, bertemu inilah pandangan pertama di meja makan. Keduanya sama-sama menatap lekat, jatuh dalam tatapan dalam yang saling memuji satu sama lain, cukup lama hingga akhirnya suara ponsel Arka terdengar membuat mereka memutuskan kontak. "..." "Ya! Sebantar lagi saya datang," jawab Arka dalam sambungan teleponnya kemudian segera menyelesaikan sarapan minum dan pergi dari sana. Bulan menatap kepergian Arka, kemudian kembali makan. Tak sengaja matanya melihat lembaran yang tertinggal di meja. Bulan hendak mengajar Arka, tapi mobilnya sudah melesat jauh. Cepat-cepat Bulan menaruh piring ke wastafel, mengambil berkas dan mengendarai motornya menuju perusahaan Arka. "Selamat siang, ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya seorang saat Bulan barus aja tiba. Bulan bingung ingin mengatakan apa, dia tidak pernah ke perusahaan Arka sebelumnya. Tidak ada yang dia tahu perihal perusahaan ini, yang dia tahu Arka adalah bos di perusahaan ini. Dan Bintang juga bekerja di sini, sebagai sekretaris Arka. "Nona Bulan?" suara seseorang membuat Bulan berbalik, gadis itu tersenyum melihatnya. Untung ada yang dia kenal. "Dee! Aku harus menyerahkan ini pada Kak Arka," "Berkas? Mari Nona, Tuan ada di ruangan sana," tutur Sekertaris Dee sopan. Bulan mengikuti langkah Dee, masuk ke dalam lift hingga akhirnya berjalan ke sebuah ruangan. Arka yang baru duduk di kepala kursi mencari-cari berkas miliknya. Tersenyum pada Mr. Kenzo yang saat ini menatapnya. Sial! Berkasnya pasti tertinggal di meja. Arka menggerutu, karena terburu-buru dia meninggalkan berkas miliknya. "Bisa kita lihat proposalnya, Tuan?" Tuan Kenzo sudah mengangkat tangan siap menerima berkas. Ketertarikannya terhadap ide si CEO muda itu membuatnya tak sabaran. Sedang Arka sudah pucat, pertemuan pertamanya bisa memberi kesan buruk jika seperti ini. Tok-tok-tok Suara ketukan pintu terdengar. Tak lama pintu terbuka menampakkan seorang gadis cantik berhijab dengan berkas di tangannya. Arka tersenyum menatap gadis itu, beranjak dan menghampirinya. "Maaf menganggu, aku hanya ingin mengantarkan in-” Cup! Arka mengecup kening Bulan singkat. Membuat gadis itu tertegun dan menatapnya aneh, ada apa lagi dengan pria ini? Apa dia sakit? “Tamuku sedang melihat kita, tersenyumlah, Nyonya Prasetya!” bisik Arka di telinganya. Bulan melirik tamu Arka, benar mereka sedang memerhatikan dan tersenyum padanya. Bulan membungkuk hormat. Sepertinya, status dia sebagai istri tidak hanya berlaku dalam lingkup keluarga saja, tetapi juga dalam bisnis. Tapi sejak kapan? Dan untuk apa pengakuan itu? Kehormatan! Ya, Arka pasti mengakuinya demi kehormatan! Merasa dirinya tidak terlalu penting disini, Bulan buru-buru undur diri. Lagipula dia juga harus segera pergi bekerja. "Baiklah, Kak. Kalau begitu aku permisi dulu?" "Tidak cium aku lebih dulu?" "Ha?" lagi-lagi Bulan terkejut, apa telinga dia sedang terganggu atau...? Cup! Arka mengecup bibir Bulan lagi, membuat teman kolage bisnisnya tersenyum. Di tambah dengan tingkah Bulan yang lucu, salah tingkah dan buru-buru pergi tanpa menghiraukan Arka. Gadis bodoh! Bersambung….
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN