Teo menyerahkan naskah darinya pada Genta.
Btari memperhatikan, Genta langsung membacanya sambil berdiri dan bersandar pada dinding di dekatnya. Ahh.. Keren sekali!
Tiba-tiba ia seperti tersipu malu sendiri.. Apa yang terjadi? Btari menyentuh kedua pipinya, rasanya panas.. Gerah!
Genta tiba-tiba menghampirinya, “Ini keren. Bilang Mas Taqi kalau aku menyukainya.”
“Oh.. Ok.. Ok..” Btari mendadak gugup.
Teo tiba-tiba menatapnya, “Ada lagi? Kalau tidak, kamu bisa pergi. Nanti apapun terkait itu semua, bisa hubungi aku ok? Ada nomorku?”
“Mmm.. Mas Taqi mungkin punya, tapi, kalau boleh, saya minta lagi nomornya..” Btari menatap Teo dengan canggung. Kenapa sepertinya Teo tahu kalau ia memperhatikan Genta?
Teo mengeluarkan dompetnya dan memberikan sebuah kartu nama pada Btari, “Ini! Berapa nomormu?” Btari sedikit gugup menerima kartu nama itu, “Sebentar saya misscall..”
Ia menyimpan nomor Teo lalu meneleponnya. Teo melihat ponselnya, “Ok, sudah masuk.. Siapa tadi namamu?”
“Btari, menggunakan B di depannya,” Btari menjawabnya. “Ok..” Teo terlihat seperti menyimpan nomornya. “Ka-kalau begitu, saya pergi dulu..” Btari berpamitan. Teo hanya mengangguk, sedangkan Genta hanya diam. Btari melihatnya kalau Genta serius membaca draft naskah tadi dan duduk di sofa besar.
Genta sama sekali tidak memperdulikannya. Btari pun melangkah keluar dari rumah Genta dan menutup pagarnya.
Bye Genta! Kita pasti akan ketemu lagi..
***
Teo melihat ke arah Genta dan tertawa, “Perempuan barusan sepertinya menyukaimu! Kamu memang hebat. Daya tarikmu kuat.. Sepertinya tidak ada perempuan yang tidak tersihir pesonamu.”
“Perempuan mana?” Genta mengerutkan keningnya menatap Teo. “Perempuan barusan, asisten Taqi. Serius kamu tidak sadar dia perempuan?” Teo geleng-geleng kepala.
“Oh,” Genta kembali membaca naskah yang ada di hadapannya.
Teo hanya tertawa.. Ia sudah terbiasa dengan sikap Genta yang selalu terkesan cuek dan tidak peduli soal perempuan. Tapi, ya Genta layak seperti itu dengan segala kelebihannya. Teo tidak pernah banyak berkomentar selama tidak ada hal negatif yang tersebar luas soal Genta.
Genta layak menjadi bintang. Dia berhasil karena kemampuannya sendiri. Tidak ada yang meragukannya. Genta begitu percaya diri dengan segala kelebihannya.
Sayangnya, perempuan menjadi kelemahan Genta. Dia mudah suka dan mudah bosan. Kadang dia tinggi hati karena merasa mudah menaklukan perempuan manapun. Dan itu kenyataan!
“Baca naskah itu, kalau ada masukan, kita bisa diskusikan dulu sebelum bicara dengan Taqi.. Jangan sampai kamu menyinggungnya ok!” Teo mengingatkan Genta agar tidak langsung berhubungan dengan Taqi terkait hal-hal yang ia kurang suka. Bagaimanapun naskah adalah pride seorang penulis skenario. Dan Taqi memiliki popularitas yang mampu membuatnya bisa menunjuk siapapun sebagai tokoh utama dari skenario ceritanya.
“Ya..” Genta dengan ketus menjawabnya dan terus saja membaca lembaran naskah itu.
Teo duduk di sebelah Genta, “Aktris dalam drama ini sudah dipastikan Ishana Jasmine. Bagaimana?” Genta menutup naskah yang ia baca, “Bagaimana kenapa?” Teo tersenyum lebar, “Kamu bukannya pernah ada isu hubungan dengannya? Apa ini aman?”
“Aman! Ini bukan persoalan ada hubungan atau tidak. Tapi aku profesional. Apa kamu pikir aktris lawan mainku selalu tidak ada hubungan denganku? Ada beberapa yang pernah dekat, tapi, aku profesional! Perempuan ya perempuan. Pekerjaan ya pekerjaan.. Harusnya kamu tahu itu soal aku bukan? Jadi ada atau tidak ada hubungan, aman-aman saja untukku,” Genta bicara tanpa titik koma.
Teo kembali tertawa, “Maksudku bukan persoalan profesionalitas. Tapi persoalan Dayana Rosalin! Kamu paham maksudku?”
“Aku tidak paham..” Genta mengerutkan keningnya. “Dayana bukannya akan berperan sebagai cameo dalam drama ini bukan? Dayana ketemu Ishana, apa itu aman?” Teo penasaran jawaban Genta.
“Oh! Mungkin aman.. Tapi aku tidak akan membiarkan urusan mereka menggangguku. Biarkan saja mereka mengatur emosi mereka sendiri.. Aku tidak ikut campur!” Genta hanya menunduk dan kembali membuka naskah di hadapannya.
“Genta, serius.. Kamu dan para perempuan itu seperti tidak ada akhirnya. Tapi, ini tidak semata salahmu, mereka juga mengejarmu dengan agresif. Perempuan sekarang memang luar biasa berani.. “ Teo tersenyum dan menggelengkan kepalanya antara percaya dan tidak percaya.
“Tapi, kalau suatu hari kamu menikah, percaya padaku, kamu akan jadi lelaki paling sempurna di muka bumi ini! Penggemarmu bisa tambah tergila-gila padamu.. Apalagi kalau ternyata kamu menikah dengan seseorang yang tidak seperti Dayana. Tapi, apa itu mungkin?” Teo tertawa lebar.
Genta ikut tersenyum.. “Menikah saja sudah tidak mungkin. Apalagi dengan perempuan yang berlawanan dari Dayana? Itu lebih sulit lagi..”
Teo terus saja tertawa.. Topik pembicaraan ini membuatnya senang..”Tapi, jangan dulu bilang sulit dan tidak mungkin. Bisa saja suatu hari tipemu bergeser bukan? Misalnya dengan perempuan seperti asisten Taqi tadi. Dia jauh berbeda dari Dayana bukan?”
Genta langsung kembali mengerutkan keningnya, “Sulit rasanya.. Dia bukan tipeku.. Dan, tidak mungkin aku bersama perempuan seperti itu.”
***
Setibanya di kantor, Taqi memanggilnya, “Tadi ada masalah?” Btari menggeleng, “Masalah apa maksudnya?”
“Genta. Aku tahu dia sedikit arogan, tapi aku berdiskusi dengan sutradara dan memilihnya karena memang dia cocok untuk peran ini. Aku tadi sedikit khawatir terkait sikapnya padamu. Apa baik-baik saja?” Taqi mengkhawatirkannya.
Btari kembali menggeleng, “Baik-baik saja.. Sedikit cuek, tapi sepertinya tidak searogan itu.” Taqi tersenyum, “Syukurlah..”
“Dan, satu lagi,” Taqi menyodorkan satu map, “Btari, aku tahu kamu memiliki daya imajinasi yang baik, kreatif dan sistematis. Itu sangat membantumu menjadi penulis skenario yang handal. Aku serius ingin membantumu mencapai apa yang kamu mau. Ini ada beasiswa di sebuah universitas di Singapura, aku menyarankan kamu ikut tes.”
“Serius??” Btari tersenyum lebar dan membuka map tersebut. Isinya program beasiswa untuk sekolah film dan teater di Lasalle College of Art di Singapura. “Aku baca dulu ya.. Thank you mas..”
Taqi hanya tersenyum dan mengangguk.
Btari duduk di kursi kerjanya dan dengan semangat membaca program tersebut. Pikirannya melayang jauh..
Ia merasa bahagia bisa bekerja menjadi asisten Taqi Saskara, penulis skenario kenamaan. Taqi Saskara merupakan salah satu penulis skenario terkenal dan berbakat saat ini. Banyak sutradara menginginkan kerjasama dengannya. Bahkan, dengan menyebut namanya, aktor dan aktris ternama pun dengan senang hati menerima peran apapun.
Dan, Taqi Saskara adalah kakak kelasnya, sama-sama lulusan Jurusan Sastra Indonesia dari Universitas Pelita Indonesia. Btari lulus tahun 2015 sedangkan Taqi lulusan tahun 2008. Meski selisih 7 tahun, namun kalau sesama alumni, rasanya mereka seperti teman dekat. Padahal status Taqi adalah atasannya.
Btari mengetahui kalau Taqi membutuhkan asisten dari dosennya. Dan dosennya menyarankan untuk melamar secepatnya, karena Taqi akan memprioritaskan pelamar dari almamater kampus yang sama.
Ia pun segera mengirimkan resumenya. Betapa senangnya saat ia dan temannya, Septha Wening, diterima menjadi asisten Taqi. Pekerjaan yang membuatnya betah. Bahkan, saking betahnya, ini menjadi pekerjaan terlama yang ia jalani hingga saat ini. Btari sudah bekerja selama dua tahun sejak tahun 2018. Dari usia 25 tahun hingga sekarang 27 tahun. Dan ini menjadi langkah tepat untuk mencapai cita-citanya sebagai penulis skenario.
Kebiasaannya menonton Drama Korea membuatnya merasa tertarik pada dunia hiburan, seperti misalnya Star Castle ataupun Mr. Sunshine. Drama favoritnya adalah Hospital Playlist, Crash Landing on You dan Itaewon Class. Ia seringkali berpikir, bagaimana bisa membuat karya semenarik itu? Sehingga membuat jutaan orang tertarik untuk melihat dan menontonnya.
Dalam pandangan Btari, penulis skenario drama itu adalah kuncinya. Drama tidak akan hidup tanpa skenario dan jalan cerita yang menarik. Meski tentu saja hasil akhir melibatkan banyak kru, sutradara, aktor, aktris dan masih banyak lagi. Hanya saja, di matanya, menjadi penulis skenario jadi tantangan tersendiri. Hingga hatinya bulat dan meyakini kalau penulis skenario adalah cita-cita hidupnya.
Ya! Btari Kamala adalah the next Taqi Saskara.. Semangat Btari!
Ia pun mulai mendaftarkan diri untuk ikut serta dalam program beasiswa tersebut. Bunyi klik klik klik mulai terdengar dari laptopnya. Tanda ia serius untuk mengejar mimpinya!
***