Btari tiba di depan rumah Genta. Ia memencet bel dan menunggu.. Akankah Genta membukakan pintu pagar ini? Apakah Genta marah? Diam-diam, Btari merasakan keringat dingin keluar di kedua telapak tangannya. Ia menggenggam tangannya satu sama lain. Ia mencoba tenang dengan terus menerus menarik dan menghembuskan nafas. Namun, lama sekali tidak ada yang membukakan pagar itu. Seketika, keberaniannya hilang! Apa aku pergi saja? Tolong.. Aku galau.. Btari memutuskan untuk berbalik dan menjauh dari pagar rumah Genta. Mendadak, ia merasa takut.. Ia kembali teringat wajah marah Genta saat tadi ia meremas dan melemparkan kontrak itu. Tapi.. Langkahnya terhenti, kalau tidak bertanya sekarang, mungkin saja ia kehilangan momentum. Btari pun berbalik kembali ke arah pagar. “Hai Btari, mau ke