Jalan-jalan

1086 Kata
"Gendong....." Pinta Danish dengan manja kepada sang Ayah.  "Udah capek ya lariannya?." Tanya Yuki. Danish mengangguk gemas menjawab pertanyaan Yuki, Ia membalas pertanyaan Yuki. Danish menyandarkan kepala di bahu sang Ayah, sementara Yuki berjalan di sebelah keduanya.  Ketiga anak manusia itu kembali berjalan mendekati satwa lainnya. Bosan dengan sekawanan burung dan monyet, ketiganya beralih pada hewan yang memiliki leher panjang dan suka makan dedaunan.  Stefan menunjukkann pada sang anak di mana si Jerapah sedang asik menerima makanan dari para pengunjung.  "Lihat tuh, mereka aja nggak pada takut. Masa kamu takut si sayang." Stefan sedang membujuk Danish untuk mau mendekati si hewan lucu nan menggemaskan bernama jerapah itu.  "Kamu tuh lucu, sama baby harimau aja berani masa sama Jerapah nggak berani." Gantian Yuki yang meledek Danish.  "No Yayah.... No....." Rengek Danish saat mereka sudah mendekati si Jerapah.  "Nggak apa-apa." Yuki berusaha menenangkan si anak. Yuki mengusap punggung Danish. Anaknya sedang menyembunyikan wajah di d**a bidang sang Ayah.  "Lihat nih, lucu tahu. Ayah juga pegang ini. "  "Ayo Danish lihat, Ayah hebat lo.... "  Yuki dan Stefan terus membujuk sang anak, ke kompakan mereka dalam membujuk Danish membuat orang-orang di sekeliling mereka kagum. Mereka memandang Yuki, Stefan dan juga Danish sebagai pasangan yang sangat pas, terlihat sebagai keluarga bahagia. Banyak yang iri dengan penampilan mereka yang cukup konpak dengan pakaian dan juga aksesoris senada. Contohnya kaca mata Danish dan Stefan, pakaian dan juga sepatu yang mereka kenakan.  Tak ada yang tahu jika mereka adalah keluarga yang sudah terpecah. Semua itu tertutup rapi hanya kekompakan dan keserasian sebuah keluarga yang terlihat.  Stefan sedikit mengangkat badan Danish, sekarang mereka sedang melihat beruang. Mulut Danish terbuka menampakkan kekagumannya, Yuki dan Stefan terkikik geli melihat ekspresi Danish.  "Yayah, boleh bawa pulang?."  "Ya enggak lah, semua hewan di sini di lindungi. Danish juga nggak boleh sembarangan pelihara hewan, kalau mau pelihara harus dirawat dengan baik juga. Kasian kalau mati nanti."  "Sini sama Bunda, Yayah cape tuh gendong Danish." Tawar Yuki, ia cukup peka hanya dengan melihat gaya tubuh Stefan yang beberapa kali membenarkan gendongan Danish, mencari kenyamanan.  "Mau..... " Jawab Danish.  Yuki langsung menerima Danish dan menggendong dengan senang hati. Dari tadi dia belum dapat jatah gendong soalnya.  Mereka masih melanjutkan acara keliling kebun binatang. Sesekali mereka singgah di hadapan hewan yang Danish sukai, tak jarang mereka juga hanya melihat sekilas.  "Kita istirahat dulu yuk, kalian pasti cape. " Ajak Stefan pada Yuki dan Danish. Yuki dan Danish mengangguk.  "Danish haus, " Kata Danish.  "Ya udah, cari tempat buat duduk yuk. " Sambung Yuki.  Mereka duduk di sebuah taman yang memang tersedia di sana untuk singgah. Yuki mengambil bekal yang mereka bawa ada minuman dan makanan kecil. Yuki membukakan dua botol minum, kemudian ia serahkan ke Stefan dan Danish.  Danish melihat sekeliling, ia mengamati anak-anak seumurannya sedang bermain bola yang kemungkinan mereka bawa dari rumah. Dua juga melihat beberapa anak sedang memakan ice cream, Danish memandang mereka dengan tatapan ingin. Sudah cukup lama ia libur makan ice cream karena larangan dari Ayah. Tapi saat ini Danish benar-benar ingin.  Danish berpindah haluan dari Yuki menuju sang Ayah. "Yah," panggil Danish takut-takut.  "Kenapa sayang?. "  "Danish mau ice cream." Ucapnya sambil kembali melihat anak-anak yang sedang menikmati ice cream.  "Yah.... " Rengek Danish.  Tak tega dengan rengekan Danish ditambah tatapan tajam dari Yuki akhirnya Stefan mengangguk. "Tapi cium Yayah dulu!." Pinta Stefan.  Semangat empat lima Danish mencium bibir sang Ayah. Stefan menerima ciuman manis dati Danish dengan semangat, mengabaikan beberapa pesan masuk dari kolega dan juga teman-temannya.  "Danish sama Bunda dulu, Yayah yang beli."  Stefan mendekati sang penjual, beruntung antrian sudah tidak pa jang, sehingga Stefan bisa langsung memesan. "Bang, ice cream coklat dua, vanila satu." Pesan Stefan pada si petugas stan.  "Iya kak, silahkan di tunggu."  Si petugas stan atau si penjual ice cream mengambil pesanan Stefan, tak lama ia memberikan tiga ice sesuai pesanan kepada Stefan. Stefan menerima ice tersebut, ia memberikan uang lima puluh ribu kemudian mendekati Yuki dan Danish.  "Ini buat Danish-" Stefan memberikan ice cream coklat kepada Danish dan di terima Danish dengan senang hati. "Ini buat, Bunda. " Kata Stefan membuat badan Yuki menegang, hati Yuki berdesir, jantung berdetak tak karuan karena panggilan Stefan.  "Kamu nggak suka coklat lagi?." Tanya Stefan heran karena Yuki bengong, dia tidak menerima ice yang Stefan ulurkan untuknya.  "Bunda.... " Giliran Danish yang memanggil Yuki dengan sedikit teriakan sehingga Yuki bisa kembali ke dunia nyata.  "Ehhh maaf, aku suka kok. " Jawab Yuki, ia menerima ice tersebut tak lupa ia juga mengucapkan terimakasih.  Yuki tersenyum manis melihat cara makan Danish, Yuki menggoda dengan berpura-pura meminta ice cream Danish dengan cepat sang anak menggigit ice creamnya dan menghadap ke sisi lain melindungi si ice dari sang Bunda.  Stefan mengabadikan kebersamaan Yuki dan Danish di dalam telepon pintar miliknya. Ia menangkap gambar dimana Yuki sedang tersenyum dan Danish yang menghindar dari Yuki.  "Bunda minta.... "  "No... "  "Anak Bunda pelit ih.... " Yuki pura-pura kesal.  Danish membalikkan badan, keduanya saling beradu tatapan. "Bunda kan udah punya masa masih minta!." Kesal Danish.  "Tapi Bunda kan pinginnya yang punya Danish. "  "Tapi nggak boleh... " Jawab Danish.  "Bunda nggak mau ah sama Danish. Bunda mau beli sendiri aja, tapi Danish jangan minta. "  "Bunda.....!"  ***  Awan gelap menyelimuti Yogyakarta dan sekitar, bukan karena mendung lantas turun hujan, bukan. Itu karena memang waktu sudah gelap. Stefan, Yuki dan juga Danish sudah berada di jalan untuk pulang. Mereka mengarah ke rumah Yuki dulu untuk mengantar Yuki sebelum akhirnya Stefan dan Danish pulang.  Danish sudah terlelap dalam mimpi, anak ini sudah terlalu lelah seharian jalan-jalan dari kebun binatang sampai tempat bermain di Mall. Mereka mampir ke Mall untuk makan sore atas permintaan Danish, kemudian mainan di sana hinggaata Danish ngantuk lantas mereka pulang.  Yuki mengusap kepala Danish dengan sayang, bahkan ia tak segan-segan untuk mencium kepala Danish dan menghirup kuat-kuat arona dari rambut dan tubuh Danish.  Yuki sedih karena kebersamaannya harus berakhir padahal ia masih ingin bersama dengan anak inutnya itu. Sebetulnya Yuki ingin minta kepada Stefan untuk mengizinkan Danish bobo di rumahnya tapi Yuki lagi-lagi nggak berani.  "Sudah sampai." Kata Stefan.  Yuki melihat sekeliling, benar jika mereka sudah sampai di tempat Yuki. Yuki membawa Danish turun kemudian memindahkan Danish di bangku belakang. Kemudian keluar dan menutup pintu berlahan agar tidak mengganggu tidur Danish.  "Makasih." Ucap Yuki tulus.  "Terimakasih kembali." Jawab Stefan.  "Aku masuk dulu, " Pamit Yuki.  "Ya, masuk lah." Stefan sengaja ingin melihat Yuki masuk rumah dulu baru dia pulang.  "Hati-hati," tambahnya lagi.  Setelah melihat Yuki masuk ke dalam rumah, Stefan masuk ke dalam mobil. Melanjutkan perjalanan pulang.  *** 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN