Blurb

419 Kata
Usia Rasa tahun ini menginjak 17 tahun. Selama 17 tahun hidupnya, Rasa sama sekali tidak pernah merasakan sesuatu yang namanya pacaran. Hidupnya selama ini hanya didedikasikan pada n****+ percintaan saja tanpa pernah merasakannya sama sekali. Dibekali dengan penampilan jauh dari kata modis. Rambut panjang yang selalu terikat Pony Tail, kacamata Bulat andalan, wajah tanpa make up, kecuali bedak bermerk Ward*h yang dibelikan paksa oleh Kakak perempuannya. Menerima banyak sekali ejekan dari teman-teman yang perlahan mulai puber. Pacaran, pegangan tangan, ciuman, bahkan sampai melakukan hal itu?! Rasa sama sekali tidak pernah mengira bahwa kawanan cupunya perlahan mulai meninggalkannya sendiri. Tidak mau kalah. Tepat saat kedatangan sosok tampan itu ke rumahnya, Rasa jatuh cinta. Sosok tampan berusia 30 tahun, tubuh tegap sempurna bak para pemeran utama pria di dalam novelnya. Kedatangan laki-laki itu karena orangtua mereka ingin menjodohkan sang empunya dengan kakak perempuan Rasa yang berusia 25 tahun. Sosok yang cantik, modis, dan anggun. Sempurna jika dibandingkan dengannya. Mungkin ini terdengar jahat, tapi kebaikan laki-laki itu dan wajah tampannya membuat Rasa nekat. “Om, mau tidak bantuin Rasa sebentar?” “Hm, membantumu?” Mendekatkan dirinya, membisiki sosok tampan itu agak menjinjit, “Ajari aku bagaimana caranya berpacaran.” “Berpacaran? Maksudmu?” Sedikit malu mengumbar aibnya sendiri. “Aku tidak pernah pacaran, setidaknya Om mirip sekali dengan pemeran utama laki-laki di n****+ yang k****a. Jadi nanti sebelum Om nikah sama Kak Sena. Ajari aku caranya pacaran!” “Pemeran utama n****+?” Rasa mengangguk yakin, “Iya! Rasa tahu kalau Om itu orang gentle, baik hati, tampan dan pasti mau membantuku?” Gentle dan baik hati, hm? Entah kenapa mendengar kata-kata itu, Revaro hampir tertawa. Sosok tegap itu perlahan menundukkan tubuhnya, mensejajarkan diri menatap kedua manik polos di hadapan. Sosok yang masih murni dan manis. Cantik layaknya barbie tapi tertutupi oleh penampilan culunnya. “Baiklah, tapi bagaimana bisa saya memberitahu Sena?” “Ah!! Jangan kasi tahu Kak Sena dulu!! Aku hanya pinjam Om sebentar sebelum kalian benar-benar tunangan!! Yah, sekedar jadi mantan terindah Om!” Revaro menahan tawanya yang hampir lepas, gadis di depannya ini polos sekali. Lucu dan sangat menarik, berbanding terbalik dengan kakaknya yang anggun dan sangat dewasa. “Baiklah, tapi apa keuntungannya untuk saya?” Tentu saja dia mengharapkan keuntungan, tidak mungkin kan laki-laki ini mau membantunya belajar dengan cuma-cuma. Dalam bayangan Rasa, banyak hal yang bisa Ia lakukan dengan Om tampan ini. Pegangan tangan, jalan sama-sama, ketawa sama-sama, nonton bareng, layaknya pacaran biasa! “Apapun yang Om mau, aku akan berusaha mengabulkan!” “Apapun?” Siapa yang tahu kalau perkataannya itu justru menjadi jebakan untuk Rasa sendiri. Jebakan yang menjatuhkannya sangat dalam. Gadis polos yang sama sekali tidak mengetahui seperti apa pemikiran seorang laki-laki berumur 30 tahun yang kebelet ingin menikah? “Baiklah untuk pelajaran pertama-”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN