Lisa berjalan dengan lesu menuju meja makan. Nampan yang berisi teh hangat yang masih sedikit mengepulkan asap dan juga pisang goreng ia simpan di atas meja. Ia menarik kursi dan duduk di atasnya. Tadinya ia akan mengantarkan itu semua untuk suami dan ayah mertuanya. Namun, langkahnya terhenti ketika ia mendengar pembicaraan yang serius antara keduanya. Lisa mendengarkan dengan seksama semuanya. Dadanya terasa sesak dan nyeri. Ia merasa semakin bersalah pada Annisa dan Faraz. Hatinya sempat tercubit nyeri ketika Faraz membandingkannya dengan Annisa. Lisa akui, ia tidak seshalih Annisa apalagi ia juga baru-baru ini menggunakan pakaian yang menutup auratnya dan itu pun belum sempurna. Kadang, ia masih menggunakan celana yang walaupun panjang masih menampakan lekuk tubuhnya. Jilbab yang ia g