Ancaman Menggelikan

1200 Kata
"Aku tidak tahu, Bibi. Sungguh, ini kesalahan. Aku tidak mengerti." Ayumi merintih dan memohon ampun. Ia tidak punya ingatan tapi tahu benar kalau apa yang dilakukannya menjijikkan. "Aku kasihan padamu! Aku mencoba mengerti bebanmu! Sebagai satu-satunya keluarga dari ibumu, aku mencoba membantu! Aku datang kesini berharap kita bisa dekat lagi meski berpisah lama, tapi kau malah menusukku dari belakang! Kau menjijikkan!" Karina terus menghujamkan hinaan, dan semua benar. Ayumi tahu semua itu pantas untuknya. Ayumi meninggalkan tanah kelahikan ibunya---di Indonesia---saat kecil karena harus mengobati penyakitnya di Jepang. Ia baru bertemu Karina lagi setelah dewasa, saat Karina menikah dengan Hideki. Ia satu-satunya keluarga Ayumi selain Hideki, tapi kini perbuatannya yang menjijikkan menghancurkan hubungan itu. “Air mata buaya! Kau tidak pantas menangis! Aku yang pantas!" Karina mendorong bahu Ayumi dan membuatnya terhunyung. Untung ia masih bisa bersandar agar tidak terjatuh. Mendengar amarah Karina, kaki Ayumi mulai lemas juga. Seakan terbebani juga oleh rasa bersalah menggunung yang saat ini menimpali bahunya. “Kau ingin aku kasihan melihat tangisan itu? Kau ingin aku memaafkan setelah semua itu? Jangan bermimpi!” Karin membentak sambil menarik tangan Ayumi dari wajahnya. Ayu menggeleng. "Maaf, tapi aku benar-benar tidak tahu, Bibi. Ingatanku aneh. Aku tidak paham kenapa hal itu terjadi. Aku tidak pantas dimaafkan, tapi aku juga tidak tahu." Ayumi masih tidak mengerti kenapa bisa terbangun bersama Hideki yang telanjang. Tapi bukan hanya telanjang, Ayumi tahu sesuatu itu telah tejadi, karena bagian bawah tubuhnya masih terasa sedikit nyeri. Ayumi tidak naif, perbuatan menjijikkan itu benar-benar terjadi. “Kau pikir aku bodoh?! Bagaimana kau tidak ingat telah melakukan hal seperti itu? Hanya itu alasan yang kau punya untuk membela diri? Tidak ingat? Bagaimana bisa kau tidak ingat setelah tidur dengan pamanmu sendiri?!” Hardikan Karina menusuk lagi. “Tidak mungkin!” Ayumi menutup telinganya. Kenyataan itu terlalu kejam untuk didengarnya. Ayumi tidak bisa menghapus bukti dari tubuhnya dan kenyataan tadi, tapi cacian Karina yang paling menyakiti. Seolah menyayat dosa itu dan memperlihatkan di depan mata Ayumi agar semakin malu. "Tidak suka mendengarnya? Lalu bagaimana denganku? Aku yang melihat kalian berdua telanjang! Apa aku harus menusuk mataku sendiri untuk menghapusnya?! Ini tusuk pakai jarimu!" Karina menarik tangan Ayumi, dan memilih telunjuk, menekan jari itu pada matanya. Meminta Ayumi melakukannya. Ayumi tentu menarik tangannya dan menggeleng sambil terisak. "Kenapa tidak?! Apa yang kau lakukan tadi malam dengan suamiku lebih keji! Lebih buruk dari sekadar menusuk mataku! Kau menghancurkan hidupku!" Bentakan yang sekali lagi menambah rasa bersalah dalam diri Ayumi. Dia hanya bisa menggeleng dan terus menutup telinga, tidak ingin mendengar aib yang mengerikan itu. “Akui saja kalau kau memang jalang! Kau menikmati tidur bersama pamanmu sendiri. Kau bukan hanya jalang, gila juga berarti!" Karina berkacak pinggang dan mendorong kepala Ayumi dengan telunjuknya. “Aku akan mengatakan pada Kaitto bagaimana kau yang sebenarnya! Kau tidak lebih dari wanita menjijiikan!” “Jangan, Bibi. Aku mohon jangan!" pekik Ayu, sambil meraih lengan Karina. Langsung terbayang bagaimana hinaan ibu mertuanya selama ini. Saat Ayumi tidak melakukan apapun saja, ia sudah menempelkan banyak sebutan buruk pada Ayumi, bagaimana sekarang? Belum lagi Kaitto, ia akan marah. Ayumi tidak ingin menanggung semua itu. “Kenapa jangan?! Aku yakin ibu mertuamu itu akan bahagia. Selama ini tuduhannya benar. Kau memang wanita sial! Sudah terbukti sekarang!” Karina mengibaskan tangan, tidak ingin Ayumi menyentuhnya. "Jangan mengatakan ini semua kepada mereka. Aku mohon, Bibi.” Ayumi mengejar tangan itu, ia akan memohon dengan sungguh-sungguh karena Masaki depannya ada di sana. “Takut? Seharusnya kau memikirkan ini sebelum menggoda suami orang! Apalagi pamanmu sendiri!" Karina mendorong kening Ayumi dengan jarinya lagi. "Aku tidak menggoda. Aku tidak ingat apa yang terjadi!” Ayumi menjeritkan kenyataan itu sekali lagi dengan putus asa. Ia ingin Karina mengerti apa yang terjadi, meski benar juga ia telah tidur dengan pamannnya sendiri. “Kau seharusnya malu masih mencoba untuk membantah! Kau bukan hanya w************n penggoda suami orang, tapi kau sudah melawan hukum alam sampai-sampai kau menggoda pamanmu sendiri!” "Aku tidak menggodanya." Jeritan itu tidak lagi bersuara keras, Ayumi hanya mampu merintih. Kalah oleh jijik dan rasa bersalah. Tidak lagi mampu mengingkari fakta. “Kau itu aib sekarang! Tidak usah banyak tingkah. Tinggalkan Kaitto sebelum kau menjadi beban menjijikkan bagi keluarga terhormat itu!” Karina juga tidak lagi berteriak, tapi tubuh Ayumi menggigil. Bayangan meninggalkan Kaitto adalah mimpi buruk. Itu kehidupannya. Ayumi tidak tahu harus melakukan apa. Dunianya akan runtuh. Bayangan itu yang membuatnya gemetar ketakutan. “Hentikan omong kosongmu!” Ayumi yang ada ditengah pusaran badari putus asa, tersentak mendengar bentakan rendah itu. Hideki keluar, dan tampak sudah lebih rapi. "Hentikan bagaimana? Kau ingin aku diam setelah melihat suamimu tidur dengan keponakannya!” Karina berteriak marah tepat di depan wajah Hideki. “Kau menyebut hal menjijikkan itu sebagai omong kosong setelahnya. Kau sama gilanya dengan Ayumi berarti! Setidaknya jelaskan padaku, bukan malah menegurku!" Hideki tidak bergerak meski Karina terus berteriak. Ia memandang dengan mata datar seolah teriakan Karina berada di alam lain yang berbeda dengannya. “Kita berpisah sekarang! Ceraikan, dan beri kompensasi untuk rasa sakit hati ini!" Hideki masih datar tidak bergerak, tapi Ayumi tersentak dan panik. Ia menyadari satu hal---menambahkan rasa bersalah lain yang sudah menumpuk. “Apa kau serius?” Hideki mengernyit, merasa konyol mendengar permintaan Karin. Bukan perceraiannya, tapi kompensasi. “Kalau kau berani menolak, aku akan mengatakan apa yang terjadi pada keluarga Kaitto!" ancam Karina. Ia tahu Hideki mempertanyakan permintaan uang itu. Tapi pertengkaran mereka ditanggapi berbeda oleh Ayumi, kengerian. Ancaman itu kembali membuat Ayumi menggigil. Ayumi tadinya merasa perpisahan Hideki dan Karina akan menambah rasa bersalah---berharap mereka akan mempertahankannya, tapi kini tidak lagi. Ayumi bisa membayangkan bagaimana ibu mertuanya akan menguliti tubuhnya dengan hinaan, sementara Kaitto akan marah padanya. Kalau Karina melaksanakan ancamannya, maka masa depan rumah tangannya juga akan hancur. Ayumi tidak ingin ini terjadi, seperti apapun rumah tangannya saat ini, ia tidak bermimpi berpisah dari Kaitto. Ayumi mencintainya. Kaitto adalah cinta pertamanya. Ia hanya pernah membayangkan masa depan bersama Kaitto. "Jangan..." Ayumi berdilema. Ia tidak ingin pernikahan Karina dan pamannya berakhir, tapi di sisi lain, Ayumi tidak ingin pernikahannya sendiri mati. Gumaman itu hanya didengar oleh Hideki, lalu ia perlahan membungkuk di dekat telinga Karina. “Kau mungkin bisa menipu Ayumi dengan sandiwara itu, tapi kau pikir aku akan menjadi naif juga? Bekas dupa yang kau bakar masih ada di dalam lemari.” Bisikan Hideki amat lirih, hanya Karina yang mendengar. Karina yang tadi amat percaya diri, menarik kepalanya menjauh dari Hideki dan terkejut. Tidak menduga Hideki mengetahuinya. Karina sudah menyembunyikan dupa itu ditempat aman seharusnya. Tidak akan terlihat dan tidak berpotensi menimbulkan kebakaran. Tapi Hideki memang sengaja mencarinya. Ia tidak segera keluar karena ingin menemukan benda yang menjadi sumber aroma aneh yang diciumnya tadi malam. Aroma yang perlahan membuatnya gila. Sampai sekarang pun, Hideki merasa kepalanya belum jernih. “Aku tidak tahu apa tujuanmu, tapi jangan harap aku mengabulkan permintaanmu!" Hideki bukan tidak ingin berpisah, tapi ia tidak mau Karina mendapatkan keinginannya setelah semua kekacauan itu. Lagipula ia setuju Ayumi berpisah dari Kaitto. Pria itu sampah. "Aku tidak akan menceraikanmu!” Hideki berseru lebih keras dan Ayumi memekik, keputusan itu berarti pernikahannya yang hancurnya. "Aku akan memberi tahu apa yang kau lakukan dengan Ayumi pada keluarga Kaitto!" Karina berseru dan berbalik membuka pintu depan
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN