Kini Kaede kembali murka karena teringat perlawanan Ayu hari itu. “Dengar, Perempuan Sial! Apapun yang kau katakan saat ini, semuanya tidak lagi penting. Kaito sudah menemukan wanita yang sempurna untuknya, dan mereka akan mempunyai keluarga yang bahagia. Sekarang berhenti mengganggu! Berhenti membayangi Kaito seperti hantu! PERGI!” Kaede melotot dan menunjuk ke arah pintu, tapi Ayu tidak memandangnya. Ayu menarik nafas panjang, dan hanya memandang Karin. Tempat dimana lukanya berada. “Selamat atas pernikahannya,” kata Ayu, sementara tangannya saling meremas dengan sekuat tenaga. Menahan isakan dalam tenggorokan dan juga air mata. Masih merasa air matanya terlalu mahal untuk diumbar di sini. “Sudah! Tidak perlu mengucapkan apapun. Kau akan menyebarkan kesialan jika terus seperti ini!”