Supir menatap majikannya dengan mata berkaca-kaca. “Dia gadis yang baik,” lirih supir. “Aku sangat mengenalnya. Aku sudah mengabdi di rumahnya sedari dia kecil. Dia taat beribadah. Dia juga dermawan. Aku ingat, dulu ketika Nabila masih berusia lima tahun, Ayah Nabila membeli makanan kesukaan Nabila. Waktu itu anakku yang usianya hampir sama dengan Nabila menumpang sehari di rumahnya. Ustad Zaki tidak tahu jika anakku ada di rumah itu, maka ia hanya membeli makanan seporsi saja. Anakku menangis menginginkannya. Meski sudah lama Nabila mengharap ayahnya membelikan makanan itu, Nabila tetap memberikan makanan itu pada anakku. Sifat itu telah jauh tertanam dalam hatinya. Ia rela menyerahkan sesuatu yang amat disayangnya demi orang lain. Kini, apakah dia harus menyerahkan dirinya un
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari