Desiran angin menerpa wajah Seina yang sedang duduk di balkon apartemen. Ia merasakan kegundahan dalam hatinya, entah karena cinta pertama atau cinta terakhirnya.
Seina menatap layar ponselnya, kemudian membuka blokiran nomor ponsel Arya, berharap pria tersebut menghubunginya.
Ponsel Seina bergetar menunjukkan nama Arya di sana. Seperti memiliki telepati, apa yang ada di hati Seina, langsung di jawab oleh Arya.
"Halo," sapa Seina.
[Halo sayang, kau sedang apa, apa harimu menyenangkan?] tanya Arya.
"Hm ... sangat menyenangkan, bagaimana pekerjaanmu?" jawabnya ketus.
[Baik, apa kita bisa bertemu?]
Seina diam sejenak, suasana hatinya sudah membaik. Ia berharap Arya tidak membahas lagi tentang masalah kemarin. Sebenarnya Seina masih sangat mencintai Arya, hanya sana ia ingin Arya memprioritaskan dia dari pada sahabatnya.
"Datanglah ke apartemenku," ucap Seina.
[Dua puluh menit lagi aku akan sampai ke sana. Tunggu aku, bye sayang ....]
Seina merapikan penampilannya untuk menyambut Arya. Ia sengaja menunggu Arya di taman apartemen, sambil menikmati malam di sana. Dua puluh menit kemudian Arya datang dengan membawa paper bag di tangannya.
"Hai sayang," sapanya.
Arya memeluk tubuh Seina, sudah hampir seminggu mereka tidak bertemu bahkan tak saling berkomunikasi. Seina membalas pelukan Arya, mencium aroma parfum yang selalu candu untuknya.
"Apa kamu merindukan aku?" tanya Seina.
"Hm ... sangat merindukanmu sayang." Arya mencium pucuk kepala Seina, kemudian mencium dahinya dengan gemas. "Oh ya, aku membawakan ini untukmu."
Seina tersenyum lalu membuka paper bag yang di berikan Arya. "Argh ... terima kasih, kamu tahu kalau aku belum makan."
Mereka lalu duduk di bangku taman, Arya membantu membuka makanan untuk Seina serta membuka kemasan ice latte yang ia bawa.
Seina begitu menikmati makanannya dengan lahap, sesekali ia menyuapi Arya yang terus memperhatikannya makan.
"Kamu makan saja dulu, aku sudah makan," ucap Arya.
"Ah ... kamu juga harus makan," ujar Seina.
Mau tidak mau Arya menerima lagi suapan dari tangan Seina. Tak lama ponsel Arya berdering, mata Seina melirik ke arah ponsel Arya, terlihat nama Laras di sana.
Seina berpura-pura tidak melihat, menunggu reaksi Arya ketika wanita yang selalu mengganggu keseruan mereka, kembai menggangu mereka berdua. Arya kemudian me-reject panggilan Laras, memasukan ponselnya ke dalam saku.
"Siapa, mengapa kamu tidak mengangkat teleponnya?" selidik Seina.
"Bukan siapa-siapa, aku tidak mau ada orang yang mengganggu kita lagi," ujarnya.
Arya mengusap sudut bibir Seina yang terkena noda. Ia mengusap lembut rambut Seina, memperlakukannya dengan baik seperti biasanya.
***
Suara gemericik air dari kamar mandi. Untuk pertama kalinya, Seina bangun lebih awal dari alarmnya yang tak lama berdering. Seina pun keluar dari kamar mandi, melilitkan handuk untuk menutupi tubuhnya. Dengan santainya ia keluar dari kamar, lalu membakar roti untuk sarapannya.
Tangan Seina meraih gelas dan mulai meracik kopi kesukaannya. Seina kemudian menyalakan musik K-Pop menjaga moodnya agar selalu stabil. Setelah selesai membuat sarapan Seina menyimpan di meja kerjanya.
“Sempurna,” ucapnya. Seina lalu membuka lemari pakaian, memilih pakaian yang santai dan bersiap untuk bekerja. "Selamat pagi dunia ...." sapa Seina.
Menikmati secangkir kopi hangat serta roti bakar, merupakan ritual sehari-hari Seina. Seina beranjak dari kursinya ketika mendengar suara bel, iya yakin di balik pintu adalah Arya. Setelah semalam berbaikan dan meluruskan semua masalah.
"Hai Seina," sapa Darel
"Oh ... hai, ada apa?" tanya Seina.
"Apa kamu sibuk, bisakah kau menemaniku ke toko buku?"
Seina berpikir sejenak sebelum akhirnya menyetujui permintaan Darel. "Baiklah, aku ambil tas dulu."
Bukan mengambil tas saja, Seina juga mengganti bajunya agar tidak membuat Darel malu jalan bersamanya. Lima belas menit menunggu, Seina keluar sembari membawa tasnya.
Mereka berdua pun akhirnya keluar dari gedung apartemen, lalu masuk kedalam mobil Darel. Diperjalanan, Seina mengeluarkan ponselnya memberi tahu Arya jika dirinya pergi ke toko buku.
Seina : "Sayang, aku mengantar teman ke toko buku."
Arya : "Baiklah, jangan lupa makan. Nanti malam aku menjemputmu."
Darel melirik Seina yang sedang tersenyum menatap ponselnya. Ia lalu menginjak pedal gas, melajukan mobilnya ke toko buku.
Tak lama mobil yang di kemudikan Darel sampai ke toko buku. Mereka lalu keluar dari dalam mobil menuju toko buku.
"Buku apa yang kamu cari?" tanya Seina.
"Hm ... aku mencari buku Fisika," jawab Darel.
Mulut Seina menganga mendengar ucapan Darel. Bagaimana tidak, pria yang dulunya merupakan preman sekolah sekarang menjadi guru Fisika di sekolahnya.
Seina memberitahu Darel tempat buku-buku sekolah, sedangkan dirinya mencari n****+ yang menarik untuknya.
Senyum mengembang di bibir Seina ketika melihat bukunya di pajang di rak n****+ best seller. Ia lalu mengambil n****+ tersebut melihat nama pena-nya terpampang di sana.
"Ambillah, aku akan membelikannya untukmu," tukas Darel yang tiba-tiba saja muncul.
"Ah tidak usah, aku hanya melihat-lihat saja."
Seina menyimpan lagi novelnya ke dalam rak. Ia kemudian berjalan melihat n****+-n****+ yang di pajang di sana.
Tanpa sepengetahuan Seina, Darel mengambil n****+ yang tadi di pegang oleh Seina. Tidak ada satu pun n****+ yang ingin Seina beli, ia memilih menunggu di luar saat Darel membayar buku yang ia beli.
"Oh ya, sebelum pulang kita makan siang dulu," ajak Darel.
"Baiklah, di sekitar sini juga ada restoran. Kita makan di sana saja agar kamu tidak perlu memarkirkan lagi mobilmu."
Darel mengangguk menyetujui usulan Seina. Darel berjalan beriringan mengikuti langkah kaki Seina. Sampailah di restoran yang Seina maksud, merek berdua kemudian duduk di kursi yang sudah di sediakan.
"Selamat siang kak, mau pesan apa?" ucap Waiters yang baru saja datang.
"Aku ingin nasi goreng seafood dan jus jeruk," ucap Seina mulai memesan.
"Aku ingin Steak, spaghetti dan jus jeruk," pesan Darel.
"Baik kak saya ulang pesanannya, nasi goreng seafood satu, steak satu, spaghetti satu dan dua jus jeruk. Baiklah kalau begitu saya permisi, di tunggu ya kak."
Mata Seina mengamati sekeliling, tak lama ia menangkap seseorang yang dia kenal. "Laras," desis Seina.
Kedua mata mereka pun saling bertatapan. Seina yakin wanita ular itu akan memberitahu Arya tentang apa yang dia lihat. Dan benar saja, tak lama Arya menghubungi Seina.
"Halo ...."
[Kamu di mana?] cecar Arya.
"Aku sedang makan siang bersama temanku. Bukannya kamu tau, siapa orang yang sedang bersamaku saat ini. Sepertinya Laras memberitahumu tentang apa yang dia lihat dan mungkin dia juga mengirimkan foto kita."
Suara Arya tercekat, apa yang dikatakan Seina bener. Arya tidak bisa berkutik lagi, ia tidak bisa melarang Seina untuk berteman dengan siapa pun termasuk dengan seorang pria. Karena dia sendiri berselingkuh dengan wanita yang saat ini sedang memata-matai Seina.
[Baiklah, aku akan kembali bekerja. Suruh temanmu untuk mengantarmu sampai ke rumah,"] titah Arya.
"Hm, akan ku sampaikan kepadanya."
Darel yang berada di sana mencoba menguping pembicaraan Seina dan Arya, ia yakin pria di sebrang ponsel itu kekasih Seina.
Tak lama makanan datang, sesekali Darel melirik Seina berniat menanyakan statusnya.
"Ehm ... apa kekasihmu marah karena kamu pergi bersamaku?" tanya Darel merasa tidak enak.
"Tidak, dia tidak marah. Hanya saja dia terusik karena seseorang yang sedang mengamati kita."
Mata Darel memicing melihat satu persatu orang yang berada di restoran tersebut. "Apa pekerjaanmu sampai di mata-matai orang lain, kamu bukan bandar judi atau bandar obat terlarang, kan?" oceh Darel memastikan.
Seketika tawa Seina pecah mendengar ucapan Darel. Dengan lantangnya Seina menunjuk Laras yang sedang melihat ke arahnya, memberitahu Darel siapa yang memata-matainya.
"Wanita itu diam-diam memotret kita dan mengirimkannya kepada kekasihku."
"Benarkah."
"Iya, dia tokoh antagonis di dunia nyata. Namun sayangnya, semua yang ada di otaknya aku bisa menebaknya dengan baik."
Kini giliran Darel yang menertawakan Seina, ia tidak yakin dengan ucapan Seina.
“Aku ke toilet dulu,” ucap Seina. Seina beranjak dari kursinya saat melihat Laras pergi ke toilet.
Menunggu wanita ular itu keluar dari toilet. "Apa kamu gemar menghancurkan hubungan orang lain!" ungkap Seina.
Laras yang baru saja keluar dari toilet berhenti melangkah kakinya, mendengar ucapan Seina.
"Apa maksudmu?" elak Laras.
Seina kemudian mendekati Laras lalu berkata, “Jangan jadi benalu di hubungan orang lain, kamu mengerti!"