[28]

1716 Kata

Panas yang menyapanya siang ini tak menyurutkan niat pria yang rapi mengenakan jas mahal untuk turun dari mobilnya. Ia tak memerlukan pelindung kepala sekadar menghalau terik yang bisa membuat kepalanya pusing. Masalah yang datang padanya jauh lebih memusingkan ketimbang sekadar menghindari panas matahari. Langkahnya terus menuju pada satu pusara yang belum lama ia kunjungi. Keakraban yang terjalin sejak beberapa tahun silam, membuat ia merasa sesekali datang berkunjung, bukan sebuah masalah di tengah kepadatan jadwalnya bekerja. Sekali lagi ia mengecek barang bawaannya. “Hai, Om,” sapanya pelan sembari meletakkan buket bunga yang dijaga sepanjang perjalanan ke sini. “Apa kabar?” Tak ada yang bersuara, hanya embus angin yang menyapa. Sejuk tapi sedikit membuatnya meremang. Apa sapaannya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN