Andhini tersentak ketika Reinald—suami kakaknya— tiba-tiba memegang tangannya yang hendak meninggalkan meja makan. Reinald langsung menarik Andhini menuju pelukannya. Napas Reinald sudah memburu seiring dengan keinginannya yang mulai memuncak.
“Apa yang mas lakukan? Nanti kalau dilihat orang bagaimana?” Andhini berusaha melepaskan pelukan Reinald.
“Tidak ada siapa-siapa di rumah ini. Anak-anak semuanya sudah pergi sekolah. Mama dan Papa juga baru pergi kerumah sakit gantian menjaga Mira. Hanya ada kita berdua di sini.”
“Tapi bagaimana jika mas Soni tiba-tiba pulang?” Soni adalah suami dari Andhini.
“Dia tidak akan pulang. Ayolah Dhini, jangan menolak, kita nikmati saja.” Reinald langsung mengecup bibir Andhini. Reinald begitu menikmati bibir Ranum adik iparnya itu.
Andhini yang juga menyukai Reinald membalas hangatnya ciuman Reinald hingga mengeluarkan suara erangan yang membuat Reinald semakin menggila.
Keduanya kemudian berjalan dan menghilang di balik kamar. Larut dalam perbuatan yang tidak dapat dibenarkan, tapi terlalu buta untuk bisa menyadari akan dosa dan petaka yang akan menimpa.
Perbuatan yang tentu saja tidak bisa dibenarkan oleh siapa saja. Termasuk masyarakat dan agama. Perbuatan haram nan melenakan.
-
-
-
-
-
Mira—Isteri Reinald—mengalami kecelakaan ketika hendak menjemput anak mereka sepulang sekolah. Sebuah truk tiba-tiba kehilangan kendali hingga menabrak mobil yang dikendarai Mira. Mobil Mira terpental ke trotoar. Kaki dan tangan Mira mengalami retak ringan sementara bagian kepala luka cukup parah. Mira segera dilarikan ke rumah sakit. Beruntung Mira masih sadarkan diri, sehingga tidak perlu berlama-lama di ruang IGD.
Sudah satu bulan sebelum kejadian kecelakaan, Mira tinggal di rumah orang tuanya. Rumah Mira dan Reinald sedang direnovasi. Perkiraan rumah mereka akan selesai dalam enam bulan pengerjaan. Selama itu mereka akan tinggal untuk sementara waktu di rumah orang tua Mira. Sedangkan Andhini—Adik kandung Mira—memang menetap di rumah itu. Sebagai anak bungsu, Andhini memang selalu dekat dengan orang tuanya.
Andhini adalah bungsu dari enam bersaudara, dan ia satu-satunya yang belum memiliki rumah. Andhini yang paling bungsu memang memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga atas permintaan suami dan saudaranya yang lain. Kondisi kesehatan ayah mereka yang naik turun, membutuhkan seseorang untuk menjaganya.
Suami Andhini hanya pekerja proyek biasa, tidak memiliki gaji yang cukup besar. Penghasilannya hanya cukup untuk mereka sehari-hari dan biaya sekolah anak semata wayangnya.
Paras Andhini memang jauh lebih cantik dari Mira. Andhini bertubuh langsing, memiliki gundukán yang indah dan berkulit kuning langsat agak terang khas wanita asia. Sementara Mira agak berisi, dan berkulit sawo matang. Hal itulah yang membuat Reinald terpikat pada Andhini.
Reinald seorang Pegawai Negeri Sipil di salah satu Instansi Kontruksi. Dia memiliki jabatan cukup tinggi di instansi tersebut. Paras Reinald yang tampan dan bersih juga kekayaan yang Reinald miliki, membuat Andhini pun jatuh hati padanya. Hanya saja selama ini, mereka memendam perasaan mereka masing-masing di dalam hati.
Hari kedua Mira dirawat di rumah sakit, Reinald nekad memeluk Andhini yang kala itu sedang memasak di dapur. Rumah besar itu sepi, karena anak-anak mereka sedang sekolah dan orang tua mereka menjaga Mira. Malam hari Reinald yang menjaga istrinya di rumah sakit, sementara siang orang tua Miralah yang menjaganya.
Andhini terperanjat mendapat perlakukan seperti itu dari Reinald.
“Mas, apa-apan ini. lepaskan mas! Mas jangan macam-macam, mbak Mira sedang di rumah sakit.” Andhini memberontak tatkala Reinald tiba-tiba memeluknya dengan penuh kehángatan.
“Dhini, tolong biarkan saja. Mas sudah lama menahannya, mas mencintai kamu Dhini.” Reinald membalik tubuh Andhini dan mencium bibir ranum wanita itu. Andhini yang juga memiliki perasaan yang sama dengan Reinald, membalas perlakuan pria itu.
Selama Tiga hari mereka hanya berpelukan dan bercìuman, tidak lebih dari itu. Namun pagi itu Reinald menggìla. Dia meminta lebih dari Andhini. Tepatnya setelah enam hari Mira dirawat di rumah sakit, Reinald menyètubuhi adik iparnya. Andhini pun membalas dan menikmáti dengan penuh kesadaran.
-
-
-
“Mas, apa yang sudah kita lakukan? Ini salah mas.” Andhini menangis dalam pelukan Reinald. Mereka berdua masih belum mengenakan apa pun setelah melakukan aktifitas háram.
“Sudahlah Dhini, bukankah kita sama-sama suka. Mas begitu mencintai kamu. Mas akan membahagiakanmu, walau dalam keadaan yang tidak diketahui oleh siapa pun.” Reinald masih memeluk Andhini. Tangannya masih saja nakal dan berselancar di mana saja. Padahal mereka sudah melakukannya berkali-kali. Tapi sepertinya Reinald belum cukup puas.
“Mas, sudah jangan lagi. Ini sudah hampir siang. Anak-anak sebentar lagi akan pulang.” Andhini mencoba menyingkirkan tangan Reinald membuat telapak tangan itu menjauh dari tubuhnya.
“Sekali lagi, mas janji. Setelah itu mas akan berangkat ke rumah sakit.” Reinald kembali memancing Andhini sehingga pada akhirnya mereka melakukannya lagi.
“Kamu benar-benar sangat hebat, Dhini. Mas tidak akan pernah berhenti dengan semua ini. Mas tidak pernah mendapatkan kepuasan seperti ini bersama mbakmu. Dan kamu tahu’kan jika Mira sering bersikap kasar dan arogan.”
“Dhini juga, Mas. Mas Soni tidak cukup hebat di ranjang. Tapi Dhini takut, bagaimana nanti jika hubungan kita ini nanti diketahui keluarga?” Reinald kembali memeluk Andhini dengan penuh kelembutan, membuat wanita itu merasakan kenyamanan berada dalam dekapan Reinald.
“Kita rahasiakan semuanya. Kita akan tetap seperti ini. ini sangat mudah, karena kita adalah saudara ipar. Tidak akan ada yang mencurigai hubungan kita. Di depan mereka kita tetap bersikap seperti biasa.” Reinald mencoba meyakinkan Andhini.
Reinald pun berlalu ke kamarnya untuk membersihkan diri dan bersiap-siap menuju rumah sakit mengunjungi istrinya. Sementara Andhini akan tetap mengurus rumah seperti biasa.
-
-
-
“Hai sayang, bagaimana keadaanmu sekarang?” Reinald mengecup lembut kening istrinya yang masih terbaring lemah di ranjang ruang VIP rumah sakit.
“Baikan mas, tapi kenapa mas cepat sekali datangnya? Memangnya mas tidak kerja?” Ini masih siang dan memang tidak biasanya Reinald mengunjungi Mira di siang hari seperti ini.
“Tadi perasaan mas tidak enak di kantor, akhirnya selesai jam istirahat, mas langsung ke sini. Mas kangen sama kamu.” Reinald mengecup lembut punggung tangan Mira.
Reinald memang begitu pandai menyembunyikan semuanya. Mira memang dikenal cukup egois dan keras kepala. Mira juga dikenal sombong dibanding saudara yang lainnya. Berbeda dengan Andhini yang lemah lembut dan rendah hati. Namun walau demikian, Reinald tidak mungkin meninggalkan istrinya itu. Mira adalah Ibu dari ketiga anaknya. Gibran, Siska, dan Asri adalah anak dari Mira dan Reinald. Orang tua Mira juga memiliki andil yang cukup besar atas kesuksesan Reinald. Jadi Reinald merasa berhutang budi kepada kedua orang tua Mira.