Chapter 4 [Takdir Yang Harus Dipenuhi]

2157 Kata
Happy reading! - - - Aku membuka mataku, dan terbangun di suatu tempat, semuanya putih, aku tidak tahu ini dimana. Aku bangkit dan berdiri, menoleh ke berbagai arah, tidak ada siapapun. "Hei." Sret! Aku menoleh cepat. Lagi-lagi, gadis itu, bersurai gelombang cokelat tua dengan manik safir biru nya, ia memasang senyum dengan ekspresi kaku. "Apakah kau malaikat yang akan membawa ku ke neraka?" Tanya ku, mata gadis itu terbelalak, dan menggeleng cepat. "Ti-tidak! Aku bukan malaikat..." Balasnya, kemudian mendengus pelan, lalu menatapku lagi. "Aku adalah Shannon, pemilik tubuh yang kau tempati sekarang." Jelasnya, seketika aku terdiam. Dan tentu saja aku terkejut dengan kalimat nya, juga tidak mengerti. "Apa?" Tanya ku. "Iya, kau sekarang hidup di tubuhku, karena jiwa mu adalah bagian dari jiwa ku, kita bisa berkomunikasi satu sama lain." Jelasnya, aku mengibas-ngibas tangan ku sembari menggeleng. "Aku ingat pasti, kalau aku mati, aku membunuh diriku sendiri, tidak mungkin sekarang aku hidup dan–" "Tapi kenyataannya, sekarang kau hidup kembali, sebagai diriku, Shannon Shafiria." Gadis itu menyela kalimat ku, aku terperangah, dan menatapnya tidak percaya. Yang benar saja, aku menginginkan kematian, tapi malah di hidupkan kembali sebagai orang lain, bukankah itu konyol. "Aku tidak pernah meminta ini, aku tidak ingin hidup lagi, bawa aku ke tempat seharusnya." Tukas ku, gadis itu menggeleng. "Tidak bisa, itu bukan kehendak ku, dengar kau harus membantu ku, gunakan tubuhku untuk memenuhi firman dewa, dan tolong lakukan itu bersama adikku." Ucap gadis itu sembari memegang kedua pundak ku, aku mengerutkan alis dan melepas tangannya. "Itu bukan urusan ku, kenapa aku harus membantu mu? Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan ku, asal kau tahu, aku hanya ingin mati jadi kenapa sekarang aku–" "BUKAN KEINGINAN KU JUGA UNTUK MATI!" Seru gadis itu, aku terkejut dan terdiam seketika. "Aku tidak ingin mati! Aku ingin tetap hidup! Aku punya tanggung jawab yang harus ku penuhi! Tapi mau bagaimana?! Ini sudah di tentukan! Bukan kehendak ku yang bisa mengatur takdir!" Seru gadis itu sembari berurai air mata, aku tersentak terdiam mendengar kalimatnya. "Semuanya, ada banyak hal yang ingin ku lakukan, aku ingin kembali, aku ingin memenuhi tugas ku sebagai safir biru, aku ingin menyelesaikan semua tanggung jawab ku sebagai ksatria....aku ingin membahagiakan Eloise..." Ucapnya kembali dengan suara serak, aku terdiam mendengar gadis itu. Kemudian aku teringat sesuatu ketika gadis itu mengucap nama Eloise. 'Eloise? Bukankah itu karakter utama dari n****+ Red Poppy yang k*****a sebelum mati?' Pikir ku kemudian aku menatap gadis di hadapanku yang tengah terisak menangis, aku meneliti fisiknya, penggambaran nya jelas mirip yang di ceritakan sebagai kakaknya Eloise. 'Benar juga, tadi dia menyebut Shannon Shafiria...' Aku tahu jelas kalau di n****+ kakak Eloise, Shannon mati saat misi ke kota Deerholt untuk mengambil pedang suci. Tetapi ini cuman n****+ bukan? "Konyol sekali." Gumam ku, tampak nya gadis yang sudah ku paham bernama Shannon ini mendengar kalimat, gadis itu mengangkat kepalanya menatap ku, aku mengusap wajahku frustasi. 'Apa ini maksudnya aku mati kemudian di transmigrasi ke tubuhnya? Dan hidup kembali sebagai dirinya? Untuk memenuhi firman dewa yang di turunkan?' Pikir ku, aku tertawa getir, aku bisa merasakan tatapan Shannon yang menatap ku bingung, aku mendengus panjang. Aku ingat, buku yang di sebut orang itu sebagai lanjutan dari buku pertama, tidak ada isinya, dan kosong sama sekali, tanpa tulisan maupun cerita sedikit pun. 'Apa itu artinya aku harus menyelesaikan ceritanya?' Aku bertanya pada diriku sendiri, kemudian mataku melirik Shannon yang menatap ku tanya dengan wajah sembab, aku mendengus untuk kesekian kalinya. "Aku akan melakukan." "Apa?" Dia bertanya dengan sorot polos, aku mendengus lagi. "Aku akan membantu mu, aku akan penuhi takdir mu sebagai safir biru dan membantu adik mu." Jelas ku, gadis itu kemudian tersenyum sumringah, aku bisa melihat gerak bibirnya yang hendak mengucapkan terimakasih. Tetapi aku menahannya, dengan mengangkat tanganku. "Tapi, ketika semua masalah sudah selesai, firman dewa sudah terpenuhi dan adikmu bahagia, maka, aku akan membunuh diriku lagi, bagaimana?" Tanya ku membuat kesepakatan. "Adikku akan sedih bukan jika kau mati, karena kau berada di dalam tubuhku dia pasti sangat sedih harus mengetahui kematian kakaknya untuk kedua kalinya." Aku menggeleng. "Tentu saja tidak, karena aku tidak akan bersikap dan berakting seakan aku adalah kau, aku akan jujur pada Eloise bahwa kau sebenarnya sudah mati, dan aku di utus oleh dewa sialan kalian itu untuk menggantikan tugas mu memenuhi firman yang di turunkan, intinya aku akan pastikan adik mu menerima kenyataan bahwa kau mati dan aku bukan kau, jadi hubungan antara aku dengannya hanya lah sebatas rekan untuk memenuhi firman. Dengan begitu dia tidak akan sedih, jangan memaksakan diriku untuk tidak membuat nya menangis, karena tentu saja menerima kenyataan bahwa kakaknya sudah mati itu sulit, tapi yakinlah seiring berjalannya waktu dia akan membaik dan menemukan kebahagiaan nya yang baru." Jelas ku, gadis itu terdiam sebentar kemudian mengulurkan tangannya. "Baiklah aku setuju." Ujarnya, aku tersenyum kemudian menerima tangan dan berjabat. "Kalau begitu kesepakatan sudah di buat ya." Balasku, dan tiba-tiba saja aku melihat tubuh Shannon perlahan memecah berubah menjadi serpihan. "Hei! Apa yang terjadi?!" Aku terkejut, gadis itu hanya menggeleng dengan senyum dan menatap ku. "Tidak apa-apa, hanya saja waktu ku sudah habis, aku tidak yakin bisa setiap saat berhubungan dengan mu, seperti yang kau tahu kenyataan nya aku sudah tidak bisa hidup lagi. Terima kasih telah mau membantuku, dan sampaikan pada Eloise, terima kasih atas semuanya," tubuh Shannon mulai benar-benar hancur. "Aku bersyukur sudah pernah menjadi kakak nya, selamat tinggal." Dan Shannon menghilang sepenuhnya. Kemudian mataku mendadak mulai menggelap. "Merepotkan sekali, aku harus hidup kembali." ⬛⚪⬛ Mataku terbuka kembali. Pertama kali yang kulihat adalah langit-langit ruang kayu. Grek! Aku terkejut dan menoleh ke sumber suara, seorang wanita dengan rambut warna hijau dan pakaian serba hijau berdiri tiba-tiba membuat kursi berderak kencang. Ia menatap ku dengan sorot terkejut, kemudian melangkah mendekat padaku, aku bangkit dari posisi ku dan duduk tegak di atas ranjang. "Sha-Shannon?" Tanya wanita itu, aku mengedipkan mataku beberapa kali, entah kenapa aku melihat sesuatu semacam aura yang mengelilingi wanita itu, warna nya hijau senada dengan nuansa yang ada pada dirinya, aku sedikit terkejut karena pertama kalinya aku melihat hal supranatural semacam ini. 'Apa Shannon memiliki indra keenam? Aku Baru tahu, ini tidak di jelaskan dalam buku itu.' "Shannon? Apa kau bisa mendengar ku?" Tanya wanita itu sekali lagi, aku mengedipkan mataku terkejut. "Ah maaf, iya aku bisa mendengar mu.." ujar ku, kemudian aku menatap matanya yang berwarna emas, wanita itu masih menatap lekat padaku, aku bisa merasakannya, seakan ia melihat ke dalam diri ku. Aku tersenyum kecil, "Aku yakin kau sudah tahu, kalau aku bukanlah Shannon yang kau kenal." Ujar ku, wanita itu mengangkat kedua alisnya terkejut, kemudian mendengus pelan. "Sepertinya kau sadar kalau kau berada di tubuh orang lain." Balasnya, aku tersenyum kaku, dan menghela nafas. Wanita itu bergerak menarik kursi yang tidak jauh dari ranjang ku kemudian duduk, "Kalau begitu, bisakah kau menjelaskan tentang dirimu?" Tanya wanita itu, aku mengangguk. "Sebelum itu, apakah kau Izolda?" Tanya ku, wanita itu terkejut. "Kau tahu aku, apa kau bisa tahu ingatan tubuh ini juga?" Tanya Izolda, aku menggeleng. "Memang bisa tetapi tidak banyak, dan menyangkut soal diriku, sebenarnya aku yakin kau pasti berpikir ini sedikit konyol." Ujar ku, izolda mengangkat sebelah alisnya. "Aku berasal dari dunia lain, dan bagaimana aku bisa di sini, aku tidak tahu pasti apakah ini benar atau tidak, tetapi sebelum aku mati, aku membaca sebuah buku cerita, yang dimana buku itu berisi cerita di dunia ini, dan karakter utama nya itu adalah Eloise. Aku di berikan buku itu oleh seorang pemilik toko barang antik, ia memberikan aku dua buku. Buku pertama berisi cerita Eloise sedangkan buku kedua tidak ada isi nya, kosong. Setelah selesai aku membaca buku, aku mati..." Aku terdiam, dan mendadak aku terkejut, aku menyentuh kepalaku. "Ada apa? Apa kau sakit?" Tanya wanita itu, aku menatap nya dengan sorot bingung. "A-aku lupa bagaimana bisa aku mati..." Ujar ku, izolda mengerutkan alisnya. "Apa kau ingat nama mu sebelum masuk ke tubuh ini?" Tanya Izolda, aku mencoba mengingat-ingat, tetapi hasil nya nihil, entah kenapa semua hal terkait identitas ku sebelumnya, seakan lenyap begitu saja dari memori ku. Aku memegang kepala ku dengan kedua tangan ku, dan menggeleng perlahan, "Kenapa aku tidak bisa mengingat nya?" Ujar ku benar-benar bingung. Izolda terdiam berpikir. "Pasti itu tindakan dewa yang mengirim mu kesini." Tiba-tiba saja seseorang berucap, Izolda dan aku langsung menoleh cepat. Tampak seorang pria bersurai jingga panjang dengan manik hijau tosca dan pakaian yang hampir seluruhnya hitam, ia berdiri di ambang pintu sembari bersandar pada kusen nya. "Dominic..." Sebut ku, pria itu mengangkat kedua alisnya, dan terkekeh pelan. "Sudah kuduga, ini benar-benar akan terjadi." Ujar pria itu sembari berjalan mendekat ke arah ku dan Izolda. "Apa maksudmu Dominic?" Tanya Izolda, pria itu menyilang tangannya di depan d**a, dan mendengus pelan. "Aku berpikir panjang semalam soal ini, dan kalau memang dugaan kau benar, Shannon yang sekarang bukanlah Shannon yang sebenarnya melainkan jiwa Shannon lain, yang berasal dari dunia paralel, dan dewa memindahkan nya sebagai pengganti Shannon, maka akan di pastikan, ingatan mu mengenai dirimu akan menghilang, karena kau di paksa untuk menjadi Shannon." Jelas Dominic, aku terdiam terperangah, aku benar-benar terkejut. "Ha..hahaha...hahahaha." aku tertawa miris, Izolda menatapku bingung dan terkejut, tetapi Dominic tetap memasang ekspresi biasa di wajahnya. Dewa sialan. Seenaknya mereka mengatur takdir ku, bahkan mempermainkan jati diriku, mereka bilang memaksaku untuk menjadi Shannon? Yang benar saja, jika memang kau ingin aku menjadi pengganti Shannon, maka kau akan mendapatkan nya, tetapi jangan harap dengan diriku, sosok Shannon akan kembali. Aku bukanlah Shannon Shafiria. "b******k sekali, dengan seenaknya mereka mentransmigrasi jiwa ku pada tubuh ini, dan sekarang tanpa permisi mereka menghapus ingatan ku mengenai identitas ku yang sebenarnya." Ujar ku. "Kau benar, aku juga berpikir begitu, dewa b******k sekali bukan." Dominic menyetujui ku, Izolda menggeleng pelan sembari mendengus. "Hei, jangan menghina seperti itu dong." Sahut Izolda, aku mendengus pelan mendengarnya. "Maaf aku lupa kalau kau salah satu jemaat yang taat pada dewa." Ujar Dominic sembari senyum, Izolda hanya mendengus kesal, pria itu tertawa pelan lalu menatap ke arah ku. "Kau bilang dunia ini adalah dunia yang kau baca dari sebuah buku, itu berarti kau sudah tahu situasi disini kan?" Tanya Dominic, aku mengangguk. "Tetapi aku tidak tahu harus bagaimana selanjutnya." Balasku. Ya tentu saja. Karena aku datang hanya bermodal pernah membaca buku cerita yang berkaitan dengan dunia ini, aku tahu bahwa aku sekarang di tubuh Shannon sebagai orang yang di takdirkan bersama Eloise sang popi merah untuk menghancurkan kebangkitan penyihir setelah kehancuran, itu semua tertulis. Tetapi apa yang harus aku lakukan agar semua itu terpenuhi. Tiba-tiba saja aku teringat sesuatu, "Hei, bagaimana kondisi Eloise?" Tanya ku, Dominic terdiam berpikir, kemudian mengedikkan bahunya, aku terkejut dan menatap nya aneh. "Apa sih, kau ini kan masternya, masa tidak tahu." Tukas ku. "Dia kan sudah dewasa, bukan anak kecil yang bisa ku setir kemana dia pergi." Ujar nya, aku mendengus pelan. "Tenang saja, Eloise baik-baik saja, saat ini dia tengah berlatih dengan Patrishia untuk menjadi penyihir Risilv dan mengembangkan sihirnya untuk mengalahkan penyihir setelah kehancuran." Jelas Izolda, Dominic mengangkat kedua alisnya terkejut. "Kau tahu dari mana?" Tanya Dominic. "Saat bertemu Reithel di ibu kota, ketika aku berbelanja bahan makanan, omong-omong dia mencari mu, ya sesuai yang kau katakan, aku hanya menjawab tidak tahu, kemudian aku bertanya soal Eloise padanya. Reithel mengatakan kalau dia menerima surat dari Eloise kalau gadis itu sekarang tengah berlatih bersama Patrishia, dan di akademi secara resmi Eloise sudah di nyatakan mengundurkan diri." Jelas Izolda. "Sayang sekali, padahal dia berjuang keras untuk lulus tes masuk akademi tersebut." Ujarku. "Tetapi semua itu setimpal, dia di ajarkan oleh kakak ku yang penyihir agung, yang sudah menjadi pengembara selama bertahun-tahun, aku mengakui kalau kemampuan ku masih sedikit rendah di banding kan kakak ku, maka itu aku yakin Eloise akan meningkat pesat di bawah bimbingan nya." Jelas Dominic, aku mengangguk. "Lalu kau bilang kau tidak tahu harus bagaimana selanjutnya bukan?" Tanya Dominic, aku mengangguk dengan sorot tanya pada pria itu, ia hanya tersenyum. "Setelah Eloise, selanjutnya kau ya, haha ini sedikit lucu sih." Ujarnya, kemudian berdeham. "Yah karena tubuh mu sekarang adalah tubuh Shannon, dan aku yakin kau sudah memiliki kemampuan pedang yang bagus, hanya saja, kau tidak memiliki kemampuan dalam mengendalikan sihir, karena itu, di hutan Witchweed ini, aku akan melatih mu sebagai penyihir juga sebagai ksatria pengguna pedang sihir." Jelasnya. "Aku memiliki sihir? Bukankah Powergate Shannon belum dibuka?" Tanyaku, Dominic menggeleng. "Dengan adanya diri mu, Powergate nya terbuka, bahkan sekarang kau memiliki sihir Risilv yang setara dengan penyihir Risilv dan anggota keluarga kekaisaran biasanya, aku yakin ini adalah bagian dari pemberian dewa." Jelasnya, aku mengangguk mengerti. Ini sedikit mengejutkan, karena baru tiba disini ternyata aku di beri kekuatan sihir oleh dewa, baiklah setidaknya mereka tidak membuatku harus berusaha lebih keras, dan memberi ku sihir yang cukup Overpower. Aku tersenyum dan mengangguk, "Aku siap untuk berlatih." Ujarku, Dominic tersenyum, lalu menatap ke arah Izolda. "Maaf ya Izolda seperti biasanya." Ujar Dominic, wanita itu mendengus. "Iya aku mengerti, aku akan menutup hutan Witchweed dulu untuk sementara waktu." - - - To be continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN