"Yang paling melelahkan adalah, aku yang selalu menjadi ingin, sedangkan kamu yang selalu menjadi angan." ----- Richard menatap sejenak layar ponsel di hadapannya. Membiarkan benda itu terus berbunyi memaksa untuk segera diangkat. Bukan karena ragu, tapi lebih kepada mengumpulkan keberanianya. Ia yakin, setelah mengangkat panggilan itu, pasti sesuatu akan terjadi setelahnya. Seingatnya selama ini memang selalu begitu. Menghela napas pelan, Richard meyakinkan dirinya untuk mengusap tanda hijau pada layar ponsel dan mulai berbicara. "Halo..." "It's been a long time Mama tidak mendengar kabarmu, Rich. Apa di sana kau sangat sibuk?" Ada nada kesal di setiap untaian katanya. Richard menarik napasnya terlebih dahulu kemudian menjawab. "Ma, apa kabar? Maaf kalau akhir-akhir ini aku terlal