Bab 3. Tanggung Jawab

1146 Kata
Abimanyu seketika diam seribu bahasa. Dia tidak tau harus menjawab apa atas pernyataan yang baru saja dilontarkan oleh gadis bernama Kaila ini. Bima memang mencintai Kaila, perasaannya pun sangat tulus terhadapnya. Menikahi gadis ini adalah sesuatu yang sangat dia dambakan sejak lama. Namun, apa dia mampu menerima bayi di dalam kandungan seorang Kaila? Seperti diketahui gadis itu tengah mengandung bayi dari pria lain. Apakah rumah tangganya akan berjalan dengan bahagia sementara bayangan Kaila sedang b******u dengan pria lain akan terus membayangi rumah tangga mereka nantinya? Karena rasa cintanya kepada gadis terlalu dalam, maka sedalam itu pula rasa sakit yang Bima terima setelah dia tahu bahwa gadis pujaan hatinya tengah mengandung anak pria lain. Abimanyu Wibowo seketika dilanda rasa dilema. "Kenapa Om diam aja? Apa perasaan Om tidak sedalam itu sama aku? Apa yang selalu Om katakan sama aku itu bohong? Semua laki-laki di dunia ini sama ternyata, pembohong," lirih Kaila menatap sayu wajah Bima lalu menunduk sedih. "Kalau Om gak mau menikah sama aku, lebih baik aku mati." "Astaga, Kaila. Kamu pikir dengan kamu mati masalah kamu selesai? Kamu pikir dengan kamu mengakhiri hidup kamu Tuhan akan mengampuni dosa yang udah kamu lakukan? Tidak, Kaila. Tidak!" tegas Bima penuh penekanan. "Apa kamu tau hukumnya mengakhiri hidup kamu sendiri alias bunuh diri? Orang yang bunuh diri akan dimasukan ke neraka j*****m tanpa di hisab. Saya emang bukan ustadz yang bisa menjelaskan secara rinci masalah kayak gini, tapi saya tahu bahwa bunuh diri itu di haramkan di agama manapun." Kaila seketika menutup wajahnya menggunakan telapak tangannya sendiri. Tangisnya pun kembali pecah, bahu seorang Kaila pun terlihat berguncang akibat isakan yang terdengar lirih dan begitu putus asa. "Terus aku harus gimana, Om Bima? Johan udah mutusin aku setelah mendengar aku hamil, bukannya bertanggung jawab dia malah ninggalin aku gitu aja," rengek Kaila di sela-sela isak tangisnya. "Aku tau aku salah. Aku udah ngelakuin dosa besar dengan melakukan hal seharusnya gak aku lakukan. Aku termakan rayuan si Johan, dia pernah mengatakan kalau dia mau tanggung jawab kalau aku sampai hamil, tapi apa? Dia ninggalin aku tanpa perasaan." Bima diam seribu bahasa. Dia mengutuk keras apa yang sudah Johan lakukan terhadap Kaila. Jika si Johan itu memang pria baik-baik, seharusnya dia bertanggung jawab dan segera menikahi Kaila setelah mengetahui bahwa gadis ini hamil darah dagingnya. Namun, dirinya pun tidak rela jika Kaila harus memiliki suami kasar seperti Johan. Lalu, apa yang akan dia lakukan sekarang? Haruskah dirinya mengambil alih tanggung jawab yang seharusnya dilakukan oleh pria lain? Lagi dan lagi, Abimanyu di hadapkan pada sebuah dilema. "Lebih baik sekarang kamu istirahat dulu, Kai. Wanita yang lagi hamil itu gak boleh terlalu stres, kasihan bayi kamu. Dia gak bersalah," lirih Bima masih belum memberikan jawaban atas permintaan Kaila. "Hanya sampai bayi ini lahir, Om. Setelah aku melahirkan dengan selamat, Om boleh menceraikan aku. Om berhak mencari wanita yang lebih baik dari aku," lirih Kaila lemah dan bergetar. "Saya akan memikirkan hal ini nanti ya. Kamu jaga kandungan kamu baik-baik, jaga kesehatan kamu juga, Kaila," jawab Bima seraya menggenggam telapak tangan Kaila. Kaila menganggukkan kepalanya seraya mengusap kedua matanya yang benar-benar membanjir. Tatapan mata seorang Kaila kian sayu dalam menatap wajah Abimanyu, pria yang tidak pernah menyerah dalam mengejar cintanya. Mengapa dia terus saja menolak cinta pria ini? Mengapa dirinya lebih memilih mempertahankan hubungannya dengan Johan kala itu? Andai saja Kaila menerima cinta Bima dan meninggalkan Johan, mungkin kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi. Kaila seketika dihujani beribu-ribu penyesalan yang terlambat. "Masuklah, saya akan pulang setelah melihat kamu masuk," pinta Bima seketika berdiri tegak. "Terima kasih, Om Bima. Makasih karena Om udah nolongin aku tadi, makasih juga karena Om masih bersikap baik sama aku setelah apa yang udah aku lakuin sama Om selama ini," lirih Kaila dan hanya di jawab dengan anggukan kecil oleh Bima. Kaila berjalan memasuki kediamannya dengan langkah kaki gontai. Sementara Bima segera meninggalkan tempat itu setelah memastikan gadis ini masuk ke dalam rumah juga menutup pintu utama. Irfan segera membukakan pintu mobil sesaat setelah sang Tuan tiba dihadapannya. Bima masuk ke dalam sana dengan wajah murung. Rangkaian peristiwa yang terjadi hari ini benar-benar menguras tenaga dan emosi seorang Bima. Setelah memastikan Tuannya duduk dengan nyaman di dalam mobil, Irfan pun segera berjalan ke arah samping lalu masuk ke dalam mobil. Pria itu segera menyalakan mesin mobil lalu melaju meninggalkan tempat itu tanpa berani mengatakan sepatah katapun. "Kasihan Tuan Bos. Pacarnya yang ngehamili Kaila, eh malah dia yang diminta buat nikahin tuh cewek. Cinta emang buta," batin Irfan seraya menatap wajah sang Tuan dari pantulan kaca spion yang berada di dalam mobil. *** Satu Minggu berlalu, Bima melewati hari-harinya dengan perasaan berkecamuk. Dia pun mencoba untuk menelaah perasaanya kepada Kaila. Apakah hasrat cintanya kepada Kaila surut setelah mendengar bahwa gadis itu tengah mengandung bening pria lain? Bima pun mencoba untuk menjalani hari-harinya tanpa Kaila, mencoba untuk mengusir perasaan cintanya, menenggelamkan rasa kecewa dan sakit hatinya hingga ke dasar samudra. Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Semakin dia berusaha untuk melupakan cintanya, semakin dia mencoba untuk menyingkirkan bayangan-bayangan wajah gadis bernama Kaila, maka perasaan seorang Bima terasa semakin menggebu. Hasrat cintanya pun kian membara membuat jiwa pria bernama lengkap Abimanyu Wibowo itu merasa tersiksa. Dia pun sadar bahwa dirinya tidak bisa hidup tanpa Kaila. Dirinya pun rela menjadi tumbal dan mengambil alih tanggung jawab untuk perbuatan yang tidak pernah dia lakukan. Bima sudah mengambil keputusan. Dia akan melamar Kaila dan menjadikan gadis itu istrinya. Bukan hanya itu saja, dirinya pun akan menganggap bayi di dalam kandungan Kaila sebagai putranya sendiri. Benar apa yang pernah Irfan katakan di dalam hatinya. Cinta itu buta, orang yang tengah jatuh cinta otak dan logikanya tidak dapat berfungsi dengan semestinya. Yang ada di dalam pikiran Bima saat ini adalah, cinta, cinta dan cinta. Bagaimana caranya agar gadis yang dia cintai terbebas dari kesengsaraan yang tengah Kaila rasakan saat ini. Dengan membawa bunga mawar merah juga kotak berisi cincin berlian lima karat, Bima dengan ditemani oleh Irfan baru saja tiba di kediaman Kaila. "Tuan yakin gak akan menyesal nantinya? Saya mengatakan hal ini karena saya peduli sama Tuan?" tanya Irfan menoleh ke arah belakang menatap wajah sang Tuan. "Bicaranya nanti aja, Fan. Itu ko di rumahnya Kaila banyak orang ya," ujar Bima segera keluar dari dalam mobil. Dia pun berlari memasuki pagar menuju kerumunan orang yang tengah berkumpul di teras rumah. Dengan napas yang tersengal-sengal, Bima pun tiba di sana. "Maaf, Ibu-Ibu. Ini ada apa ya? Kenapa kalian semua ada di sini?" tanya Bima merasa penasaran. "Kaila di bawa ke Rumah Sakit, Mas. Eu ... katanya dia berusaha bunuh diri dengan mengiris pergelangan tangannya sendiri." Bunga mawar yang tengah Bima genggam pun seketika meluncur dari telapak tangannya lalu mendapat di atas lantai. Tubuh seorang Bima pun seketika melemas dengan kedua kaki yang gemetar. Bola mata pria itu seketika memerah dan berair. "Apa? Anda bilang apa tadi? Ka-Kaila berusaha untuk bunuh diri?" tanya Bima lemah dan bergetar. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN