Bab 9. Terlambat

1019 Kata
Telapak tangan Kaila seketika melayang ke udara lalu mendarat di wajah Johan keras dan bertenaga membuat pria itu seketika merasa terkejut tentu saja, begitu pun dengan Bima yang tidak menyangka bahwa istrinya akan berbuat sejauh itu. Wajah Johan terlempar ke arah samping dengan kedua mata yang membulat. "b******k kau, Johan. Berani banget kau ngomong kayak gitu, hah? Di mana kau saat aku jatuh dan terpuruk? Kau juga bersikap kasar saat aku minta kau buat bertanggung jawab. Sekarang seenaknya aja kau bilang meragukan keabsahan pernikahan kami?" teriak Kaila seraya memegangi perutnya yang tiba-tiba saja terasa nyeri. "Seharusnya kau bersyukur karena masih ada pria yang mau nikahi aku, menggantikan tanggung jawab yang seharusnya kau lakukan!" "Tenang, sayang. Tenang ... kamu gak boleh emosi kayak gini, Kaila. Ingat kandungan kamu, kata Dokter kamu harus menjaga emosi kamu," pinta Bima lagi-lagi mencoba untuk menenangkan istrinya. Sementara Johan seketika memejamkan kedua matanya. Diam-diam kedua tangannya pun mengepal merasakan rasa panas yang tiba-tiba saja terasa membakar hatinya bahkan terasa membumihanguskan organ di dalam tubuh seorang Johan. Melihat Kaila mesra dengan suaminya membuat rasa cemburu itu tiba-tiba saja datang menguasai jiwa seorang Johan. Padahal, jelas-jelas dia sendiri yang mengakhiri hubungan mereka. Dia sendiri yang lari dari tanggung jawabnya karena merasa masih belum siap untuk menikah dan memiliki seorang anak. Namun, setelah hubungan mereka benar-benar berakhir, dia sadar bahwa dirinya tidak bisa hidup tanpa Kaila. Tiga tahun menjalani hubungan dengan wanita ini, sudah banyak yang ia lewati, banyak kenangan yang tidak dapat dia lupakan begitu saja. Johan tersenyum menyeringai seraya mengusap wajahnya yang terasa panas akibat tamparan Kaila. "Sial! Kenapa hati saya sakit ngeliat Kaila sama suaminya,? b******k!" umpat Johan seraya menatap wajah Kaila tajam. "Katakan apa maumu, Johan? Apa kau lagi ngancam kami? Apa kau lupa apa yang udah kau lakukan sama istri saya? Dasar laki-laki b******k!" tanya Bima menatap wajah Johan penuh rasa dendam. "Simpel aja, Om tua. Saya ingin kembali sama Kaila, dia lagi hamil anak saya, dan saya akan bertanggung jawab, mengakui bahwa anak yang ada di dalam kandungan dia adalah darah daging saya," jawab Johan dengan begitu santainya. Apa yang baru saja diucapkan oleh Johan sukses menyulut api amarah di dalam jiwa seorang Kaila. Telapak tangannya kembali melayang ke udara lalu mendarat di bagian wajah yang sama seperti sebelumnya. "b******k! Apa kau gak liat aku udah nikah sama Mas Bima? Enteng banget kau bilang mau kembali sama aku, hah?" Kaila kembali berteriak kencang dengan bola mata yang memerah dan berair. "Terlambat, Johan. Terlambat! Aku gak akan pernah sudi kembali sama kamu! Argh!" Kaila tiba-tiba saja meringis kesakitan seraya memegangi perutnya sendiri. Hal tersebut tentu saja membuat Bima seketika merasa panik. "Kamu kenapa, sayang? Astaga! Saya 'kah udah bilang jangan terlalu emosi," tanya Bima seraya meletakan kedua telapak tangannya di bahu Kaila. "Cepat usir Johan dari sini, Mas. Aku gak mau ngeliat muka dia lagi, aku benci sama dia. Argh!" pinta Kaila, buliran bening seketika mengalir dari pelupuk matanya. "Kau dengar! Pergi kau dari sini sebelum saya panggil Satpam saya buat menyeret kamu," pinta Bima tegas dan penuh penekanan. "Oke, saya akan pergi dari sini, tapi Anda harus ingat satu hal Om tua. Hubungan saya sama Kaila tidak main-main, saya bahkan udah pernah melihat setiap lekuk tubuh indahnya, bahkan mencicipinya," jawab Johan seraya tersenyum menyeringai dengan sengaja memprovokasi Abimanyu Wibowo. "b******k kau!" bentak Bima, ingin rasanya dia menghajar pria itu habis-habisan karena telah berani mengatakan hal kotor seperti itu. "Bayu!" Bima kembali berteriak memanggil seseorang. Tidak lama kemudian, seorang Security yang berjaga di tempatnya pun berlari menghampiri lalu berdiri tepat di depan mereka. "Iya, Pak Bos," sahut Bayu dengan tubuh sigap. "Cepat usir pria ini dari sini. Lain kali, jangan biarkan dia masuk lagi ke sini. Kalau saya sampai melihat si b******k ini lagi, maka kamu akan saya pecat!" tegas Bima penuh penekanan seraya menatap wajah Johan penuh rasa dendam. "Baik, Pak Bos," jawab Bayu patuh. Bima segera berbalik dan masuk ke dalam rumahnya seraya memapah tubuh Kaila yang terlihat kesakitan. Keduanya pun duduk di ruang tamu secara berdampingan. Sementara Johan, berteriak histeris di luar sana. "Apa Anda tau betapa nikmatnya tubuh istri Anda itu, Om tua. Hahahaha! Aku bahkan udah berkali-kali tidur sama Kaila!" teriaknya, lagi-lagi sengaja memprovokasi Bima. Abimanyu Wibowo memejamkan kedua matanya menahan rasa panas yang terasa membakar sekujur tubuhnya. Pria itu pun berjalan ke arah pintu segera menutup dan menguncinya kemudian lalu kembali menghampiri istrinya. "Kamu gak apa-apa, sayang?" tanya Bima mencoba untuk menahan berbagai rasa yang saat ini terasa mengusik relung hatinya. "Coba kamu buka kancing celana jeans-nya, Kai. Longgarkan sedikit aja," pinta Bima menatap bagian perut Kaila. Kaila menganggukkan kepalanya lalu melakukan apa yang baru saja diucapkan oleh suaminya. Dia membuka kancing celana jeans bahkan menurunkan resleting yang membuat perutnya terasa engap sebenarnya. Wanita itu pun menaikan t-shirt yang dia kenakan lalu mengusap perutnya sendiri di mana si jabang bayi tengah bersarang di dalam sana. "Maafkan Ibu, Nak. Ibu sempat emosi tadi, maaf," ucap Kaila seolah tengah berbicara dengan buah hatinya. Bima menatap perut Kaila yang terlihat putih bersih. T-shirt yang dikenakan oleh Kaila benar-benar dinaikan hingga tepat di bawah dadanya membuat perutnya benar-benar terekspos seluruhnya. Perut Kaila memang terlihat datar apabila wanita ini tengah memakai pakaian lengkap, tapi jika dalam keadaan terbuka seperti ini, perutnya terlihat sedikit membulat. "Bo-boleh saya menyentuh perut kamu?" tanya Bima menatap lekat wajah Kaila dan segera di jawab dengan anggukan kecil olehnya. Telapak tangan Bima perlahan mulai bergerak naik dan menyentuh permukaan kulit Kaila. Bima mengusapnya lembut dan penuh kasih sayang. Bibirnya pun seketika tersenyum kecil tatkala merasakan getaran aneh di hatinya, jabang bayi yang berada di dalam sana seakan memberi energi positif yang mampu meredakan rasa panas yang semula terasa membakar hati seorang Abimanyu. "Ini Ayah, Nak. Kamu baik-baik di dalam ya, Ayah ada di sini. Ayah akan selalu menemani kamu dan Ibu kamu," lirihnya lalu mengecup perut Kaila lembut dengan kedua mata yang terpejam. Kaila seketika merasa tercengang. Rasa sakit yang semula dia rasakan tiba-tiba saja menghilang. Bayi di dalam kandungannya seakan mulai tenang saat telapak tangan Bima mulai menyentuhnya dan mengusapnya pelan. "Aneh banget, Mas. Perut aku udah gak sakit lagi. Bayiku langsung tenang saat kamu sentuh." Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN