Bab 1. Sasha Alexa, sekretaris culun
Suara pintu dibanting begitu nyaring, untung saja tidak banyak orang di sana.
“Astaga Ya Allah ... Ya Rabb, tercemar lagi pemandangan gue yang begitu polos dan lugunya,” gumam Sasha sendiri, buru-buru dia kembali ke meja kerjanya setelah sebelumnya membanting pintu ruangan CEO hingga menimbulkan suara keras, lalu dia mengambil gelas miliknya yang ada di atas mejanya, kemudian meneguknya sampai tandas, seperti orang habis lari maraton.
“Bisa-bisanya masih siang bolong udah main naninu aja, udah tahu ini kantor bukan panti pijat plus-plus!” Kesal sendiri Sasha sembari menyentak gelas bekas minumnya sendiri ke atas meja.
“Kenapa lagi, Sasha!” tegur Rafiq yang baru saja naik ke lantai 10, melihat wanita berkepang dua serta kacamata tebalnya sedang ngedumel sendirian, sembari mengipas dirinya dengan sebuah map, lalu mengusap dadanya agar degup jantungnya normal.
“Tuh, biasa Pak Bos situ, lagi asik main pijat-pijatan,” celetuk Sasha sembari menunjuk ruangan CEO mereka dengan dagu bulatnya itu.
Rafiq hanya bisa mendesah dan menggelengkan kepalanya setelah mendengar hal itu. Mau bagaimana lagi bos mereka yang hampir setahun lebih yang lalu gagal menikah karena calon istrinya kabur di hari pernikahannya, sekarang malah jadi casanova dadakan, tiap hari ada saja wanita yang beraneka bentuk dan rupa datang silih berganti ke perusahaan. Untung saja nih perusahaan milik bapak moyangnya, coba kalau punya orang lain, otomatis sudah dipecat.
“Pak Rafiq, Sasha minta tolong ya ... nanti tolong kasihin surat ini, sekalian minta tolong ditanda tangani ya sama Pak Bos, Sasha pusing abis lihat yang tadi,” pinta Sasha dengan menunjukkan wajah cubbynya bagaikan tokoh kartun Marsha and The Bear.
Rafiq sang asisten pribadi Rayyan, menerima map tersebut dan kembali ke meja kerjanya, karena tidak mungkin dia masuk ke ruangan CEO, yang ada perabotan dia ikut tegang juga, kan repot sendiri jadinya.
Tidak lama kemudian keluarlah wanita yang menjulang tinggi dengan pakaiannya yang begitu ketat keluar dari ruangan CEO, wanita itu mengulas senyum manisnya pada Sasha, tapi wanita berkepang dua itu membalas dengan senyuman menjijikkan dan menggelikan diri sendiri.
“SASHA!” teriak seorang pria dari dalam ruangan CEO dengan merdunya, bukan merdu sih tapi melengking plus menyebalkan buat wanita muda itu.
“YA Pak Bos, waiting I'm coming for you ... cuih,” sahut Sasha ingin muntah rasanya dengan kata dia sendiri.
Sasha melirik Rafiq yang mejanya tidak jauh dari mejanya. “Pak Rafiq ...,” panggil wanita itu.
“Mmm ...,” gumam Rafiq sembari menatap layar laptopnya.
“Pak Rafiq dengar gak sih Sasha panggil,” celetuk Sasha, raut wajah mulai ketekuk kayak buku habis diduduki.
“Iya Sasha, saya dengar ... ada apa?” balik bertanyalah Rafiq tanpa menatap lawan bicaranya.
Terpaksa Sasha bangkit dari duduknya dan memutar mejanya kemudian menghampiri meja Rafiq. “Pak Rafiq, masuk ke dalam gih, anterin map tadi, Sasha malas masuk ke dalam,” pinta Sasha memohon dengan wajah memelasnya.
Memang sudah kebiasaan Sasha kalau setiap Bosnya habis berduaan sama wanita lain pasti wanita itu malas untuk masuk ke dalam ruangan si Bos, mungkin karena keseringan lihat adegan mesra Bosnya sendiri, dan hal itu sering ke bawa mimpi olehnya, bukan mimpi indah tapi mimpi buruk.
Rafiq pun mengalah dan memilih untuk ke ruangan CEO dari pada mendengarkan suara cemprengnya Sasha bagaikan kaleng rombeng.
“Sasha ... ajinomoto ... masako ... royco ayam!” Kembali teriakan suara bariton yang begitu berat menggema di saat Rafiq melangkah masuk ke dalam ruangan CEO.
Kebiasaan! Begitulah bosnya kalau udah kesal dengan sekretaris culunnya, semua merek penyedap rasa disebut dengan suara yang keras. Wanita berkepang dua itu mendengus kesal, dan terpaksa langkah kaki yang imut bagaikan putri cinderella dia seret ke dalam ruangan CEO, Rafiq hanya bisa menahan ketawanya saja.
Rayyan Abizar Adiputra, pria dewasa yang sudah 32 tahun hidup di muka bumi ini. Parasnya yang agak blesteran membuat wajahnya semakin rupawan, karena nenek moyang dari mommy dan daddynya keturunan Belanda. Pria dewasa itu kini sedang menatap sekretaris culunnya yang ogah-ogahan menghadap dirinya, untung aja Sasha anaknya cerdas jadi Rayyan tetap mempertahankan dirinya, apalagi melihat dandannya yang agak culun tersebut membuat dia nyaman bekerja dengan Sasha, karena sudah bisa dipastikan dirinya tidak akan dicemburui oleh semua pacarnya. Astaga!
Sasha mengedarkan pandangannya ke arah sofa tempat tragedi pijat memijat itu, tambah peninglah kepala wanita itu.
“Sasha, besok kalau Melissa datang bilang saya tidak ada di tempat ya, saya udah bosan sama dia,” pinta Rayyan dengan santainya di kursi kebesarannya.
Bibir Sasha mulai lancip dan runcing ke depan. Kemudian dia melayangkan tatapannya ke arah Rafiq, lalu mengambil map berwarna merah itu yang masih dipegang oleh asisten Rayyan.
“Bisa gak sih Pak Rayyan, lain kali bilang aja langsung sama pacarnya sendiri, jangan saya yang dijadikan tumbal buat ngadepin mereka semua. Saya'kan capek Pak,” keluh Sasha sembari meletakkan map tersebut, lalu dia membukanya sembari menaruh pulpen di atas kertas tersebut.
Rayyan menundukkan kepalanya kemudian membaca surat tersebut sebelum dia tanda tangan. “Itu sudah bagian tugasmu Sasha sebagai sekretaris saya, lagian kamu juga terbiasa melakukannya buat saya, jangan lupa gaji kamu sudah saya lebihkan,” kata Rayyan.
Sasha hanya bisa menghela napas panjang, benar sih setiap bulan dia menerima tambahan uang sebanyak lima juta dari rekening pribadi Rayyan. Tapi ya begitu, memangnya mudah menghadapi wanita yang tergila-gila sama Bosnya, hampir setiap hari berganti nama tuh wanita nya.
“Udah gak usah pakai cemberut lagi, nanti saya tambahin sejuta lagi buat jajan cilok kesukaan kamu tuh, hari ini juga saya transfer ke rekening kamu,” rayuan ngombal Rayyan sembari menanda tangani surat yang dibawa Sasha.
Terbitlah senyuman di bibir Sasha yang sempat lancip kayak si corong merah. Dan berkat kata sejuta itu, Sasha bergegas merapikan sofa, lalu merapi jas milik Rayyan yang tergeletak begitu saja untuk diletakkan ke tiang gantungan baju, kemudian membuatkan kopi kesukaan Rayyan. Sempurna memang Sasha, ada uang pekerjaan beres.
Mungkin terlihat simple bagi Rayyan buat menaklukkan sekretaris culunnya yang agak matrealistis itu menurut dia, hanya dengan menyebut nominal angka maka bereslah pekerjaan Rayyan beserta permasalahannya.
Benarkah Sasha Alexa matre? Gadis muda yang baru menginjak usia 23 tahun sebenarnya tidak matre, namun ada tuntutan yang harus dia penuhi sebagai tanda balas budinya. Sasha adalah anak yang dibesarkan di panti asuhan sejak bayi, dia tidak mengetahui siapa kedua orang tuanya entah masih hidup atau sudah meninggalkan dunia, karena menurut ibu panti yang mengasuhnya sejak bayi, dia ditaruh di depan pintu panti dengan meninggalkan beberapa barang miliknya. Dan ada sesuatu juga dibalik itu semuanya.
Kehidupannya tidaklah seceria wajahnya yang selalu dia tunjukkan ke semua orang, begitu banyak perjuangan yang harus dia hadapi, apalagi semenjak dia bekerja harus membantu keuangan panti tempat dia dibesarkan, demi menyambung kehidupan adik-adik pantinya, lalu sesuatu hal yang menjadi tanggung jawab yang dia pikul selama 4 tahun ini. Jadi karena itulah dia menjadi matre, bukan untuk kebutuhan dirinya sendiri namun untuk orang banyak.
Sementara itu Rayyan yang mengalami sakit hatinya yang luar biasa melampiaskan dirinya pada banyak wanita hanya demi sekedar mencari hiburan semata, dulu dia pria baik-baik sekarang dia berubah menjadi pria breng-sek, dan mulai dijuluki sang casanova.
Sasha yang sudah hampir dua tahun lebih bekerja sebagai sekretaris Rayyan, hanya bisa mengusap d**a melihat kelakuan pria dewasa itu, dan tahu sangat jelas saat pria dewasa itu patah hati di tinggal calon istrinya yang bernama Iris, diri dia pun yang susah payah membantu pria itu untuk kembali bangkit dari keterpurukannya.
“Pak Rayyan, nih ada bra yang ketinggalan,” ujar Sasha santai memberikan bra berwarna pink itu ke tangan Rayyan.
GLEK!
Ya begitulah keseharian Sasha sebagai sekretaris CEO, selalu membantu pekerjaan bosnya, dia juga harus merapikan urusan pribadi bosnya.