Chapter 3

1349 Kata
Happy Reading... _____ Sebuah rumah pohon yang tak jauh dari tempat tinggal Felix, Maya sudah duduk disana menggenggam permen coklat sembari menunggu anak lelaki itu datang. Maya cukup penasaran teman seperti apa yang akan Felix kenalkan. Kakinya diselonjorkan diatas papan kayu yang menjadi alas duduk Maya sesekali gadis itu mengoyangkan kaki masih menunggu Felix masuk melewati pintu kayu yang hanya setinggi satu meter. "Dia lama sekali" gumamnya sambil menengok kebawah. Maya bersenandung ringan hingga tak lama Felix datang sambil membawa sesuatu tertutup kain hitam. "Kamu sudah lama disini?" tanya Felix sambil meletakan apa yang dia bawa disamping nya lalu duduk berhadapan dengan Maya. Gadis itu melihat kebelakang lalu kearah bawah tempat rumah pohon itu berada. "Aku tidak melihat siapapun," kemudian menatap Felix "Mana teman yang kamu maksud kemarin?" Felix menghela nafas sebelum membuka kain hitam yang ia bawa tadi dimana sebuah kandang berisi anak kucing. Maya menatap Felix tak percaya. "Kucing?" tanya Maya. Lelaki itu mengangguk. "Kupikir kucing akan jadi teman yang baik untukmu jadi kucing ini sekarang milikmu" Felix menyodorkan kandang itu untuk Maya yang langsung diterima dengan bibir mengerucut oleh gadis itu. Maya memperhatikan anak kucing berbulu abu-abu itu yang juga menatapnya sambil mengeong kemudian menghela nafas rendah. Tadinya ia pikir Felix akan memperkenalkan pada teman yang lain tapi ternyata malah seekor anak kucing. "Jadi ini sekarang temanku? Kenapa harus anak kucing atau kay ingin kita yang akan jadi orang tuanya?" celetuk Maya. Felix segera menggeleng dengan tangan didepan d**a digerakan tanda penolakan. "Hanya untukmu jadi kau saja yang memeliharanya sekarang aku harus pulang" pamit Felix tapi Maya menahan tangan Felix. "Terima kasih untuk teman baru yang kamu berikan" ucapnya sambil memberikan permen diatas telapak tangan Felix. "Tapi akan lebih bagus jika aku yang membukakan bungkusnya untukmu" Maya mengambil kembali dan membuang bungkus permen coklat itu sebelum tanpa permisi menjejalkan ke mulut Felix. Maya masih belum tau jika tindakan nya itu sangat kurang ajar namun Felix bersikap tidak masalah karena dia malas berdebat tapi begitu Felix membaca sekilas bungkusan permen yang dia makan, lelaki itu mendelik kaget dan segera membuang permen yang sudah ia makan. Sedangkan Maya masih bermain dengan kucing yang ada didalam kandang Felix mencengkeram kedua lengan Maya "Apa yang kau berikan padaku?" katanya. Maya berkedip beberapa kali. "Permen?" jawab Maya seadanya. Felix menepuk keningnya. Gadis ini sangat t***l hingga tidak bisa membedakan mana itu permen yang bisa dimakan, dengan permen yang hanya bisa dikonsumsi oleh orang dewasa. 'Itu permen perangsang' teriak Felix dalam hati yang sangat ingin mencekik Maya saat ini juga. "Felix are you okay?" tanya Maya. Bocah lelaki itu menggeram "Kau ini–– dasar bodoh apa kau tidak membaca!" teriaknya. Maya mencari bekas bungkusan permen yang dia buka tadi lalu menunjukan pada Felix. "Memang kenapa dengan tulisan ini? Menurutku sama saja dengan permen pada umumnya" gumam Maya karena memang dia tidak tau. Felix meremas tangannya merasakan efek dari permen yang harusnya tidak ia konsumsi. Dia belum cukup umur untuk itu karena usianya baru sepuluh tahun. Peluh membasahi kening Felix dimana saat ini Maya terlihat kebingungan. "Kau sakit?" Felix menepis tangan Maya yang akan menyentuh nya. Panas yang saat ini menguasai Felix. Kepalanya terasa pening, harusnya permen itu tidak berlaku pada anak dibawah umur tapi kenapa ini–– felix menggeram merasakan efek yang berlebihan. Felix memang baru sepuluh tahun tapi dia bukanlah golongan anak-anak yang tidak tau mengenai hubungan orang dewasa karena beberapa teman sekolahnya pernah menunjukkan film tak layak tonton bagi anak dibawah umur. "s**t!" umpatnya "Kau harus bertanggung jawab atas apa yang sudah kau lakukan Maya"  Felix menarik baju Maya sebelum mendaratkan ciuman pertamanya untuk gadis tak tahu diri ini dimana ciuman itu juga adalah yang pertama untuk maya. Felix mendorong Maya hingga berbaring diatas alas kayu rumah pohon sedangkan lelaki itu menaiki perut Maya sebelum Felix melepaskan bajunya sendiri karena merasa gerah. Ini salah! dia masih dibawah umur! otak Felix mencoba mengingatkan tapi pikirannya seperti tercampur oleh sesuatu yang sulit dikendalikan. Maya sendiri memberontak dibawah Felix saat bocah lelaki itu mencumbunya tanpa henti dari bibir turun keleher bahkan lebih turun lagi dibagian d**a yang masih rata. Tapi tiba-tiba Felix berhenti lalu memegangi kepalanya meringis kesakitan, hal itu dimanfaatkan untuk mendorong Felix sebelum Maya melarikan diri, gadis itu tak lupa memperbaiki bajunya dan membawa serta kucing pemberian felix tadi. Felix tidak mengejar dia hanya mengumpat kesal melihat langkah cepat gadis yang berhasil membuatnya tersiksa seperti ini berlari menjauh. Badannya digulingkan kesana kemari berusaha meredam rasa yang begitu mengerikan ditubuhnya. _______ Beberapa tahun kemudian.. Felix terlonjak dari tidurnya lalu mematikan jam weker yang berhasil membuatnya bangun dengan kekagetan ekstra. "Felix waktunya bangun" Teriak Kakak Felix, Tiara. Felix melihat jam dinding menunjukan pukul enam pagi kemudian merenggangkan badan. "Felix jangan membuatku menyiram wajahmu dengan air dingin" Teriak Tiara lagi. Felix mendesah. "Aku sudah bangun" sahutnya. Felix turun dari tempat tidur menuju kamar mandi menggosok giginya sambil menatap wajahnya dicermin setelah selesai dia menghampiri keluarganya dimeja makan. "Selamat pagi!" Felix melemparkan tas dikursi kosong sebelahnya, Tiara menatapnya. "Hari pertamamu masuk sma lagi kan?" katanya. Felix menoleh lalu mengangguk. "Iya dong. Udah senior kelas aku mah" jawabnya. Tiara menggeleng pelan sembari menyuapkan roti lapis ke mulutnya. "Aku udah selesai berangkat dulu ya" "Anak ini. Makan dulu yang benar!" Teriak Tiara. Felix berbalik lalu meneguk air mineral dan mengunyah rotinya lagi sedangkan tangan sebelah meraih tas sekolah. Disekolah Felix punya satu teman wanita dari Smp. Namanya Lucy, gadis berponi yang suka Felix jahili karena tidak memiliki teman lain selain dirinya seorang. Felix tiba di sma yang sudah hampir dia lewati lagi karena sudah duduk dibangku kelas tiga, tak terasa sudah sembilan tahun dia menetap di indonesia dan jauh dari yang namanya gadis menyebalkan itu lagi. "Hoy" Teriak Felix saat melihat Lucy berjalan kearahnya dengan wajah masam. Felix berlari menghampiri lebih dulu. "Kenapa wajahmu kusut kayak kain belum disetrika?" Celetuk Felix. Lucy menoleh dan hanya tersenyum tipis. Felix merangkul pundak Lucy, Felix sudah berteman akrab dengan Lucy bahkan sanking akrabnya Felix menganggap Lucy sebagai adik kandungnya yang harus dia jaga terlebih saat ini Lucy sedang menghadapi masa-masa sulit karena pria yang dicintainya justru berpacaran dengan wanita lain. Pria yang Lucy cintai memiliki perbedaan usia sembilan tahun dan Lucy sudah mencintai lelaki itu sangat lama. Merasa miris dengan takdir sahabatnya yang kurang menguntungkan. Felix berusaha untuk menghibur agar kesedihan Lucy berkurang. Kedekatan Lucy dan Felix terkadang membuat siapapun yang melihatnya akan cemburu. Mereka beranggapan kedua orang itu sedang berpacaran karena tidak ada hari tanpa kedua orang itu ribut tertawa atau bertengkar lalu tertawa lagi. Kesimpulan yang mereka ambil adalah tidak ada pertemanan yang real dari pria dan wanita pasti ada rasa lebih dari salah satunya. Namun baik Felix maupun Lucy hanya menganggap kedekatan mereka tidak lebih dari persahabatan. Pulang dan berangkat sekolah Felix akan mengantar lucy untuk sekedar membalas pria yang Lucy cintai yang kebetulan rumahnya hanya berjalan beberapa meter dari rumah Lucy. Felix tau lelaki itu juga menyukai Lucy hanya saja rasa gengsi yang tinggi membuat perasaan lelaki itu tertutupi. Felix sudah menahan agar tidak menghajar pria bernama Gama, cowok yang sudah berkali kali melukai perasaan Lucy. Namun hingga sekarang Felix masih menahan agar tidak menghajar Gama karena ia takut Lucy nanti justru akan membencinya karena memukul pria yang cewek itu suka. "Balik duluan ya" "Oke. Gak mau mampir dulu?" "Emang boleh? Kan calon mertua lagi gak dirumah?" tanya Felix. Lucy tertawa lalu melambaikan tangan. "Hati-hati ya" kata Lucy yang diangguki oleh Felix. Felix memutar motornya keluar dari pekarangan rumah Lucy, sekilas dari helm yang dia pakai Felix melihat sosok Gama sedang memperhatikan dia saat bersama Lucy tadi. Felix tersenyum miring menyadari hal itu. ________ Nah loh GAMA-LUCY nongol wkwk Disini untuk beberapa part, dua orang itu masih akan muncul sesekali jadi jangan buli aku xixi, tapi ini khusus pov nya si Felix XD Aku mau jelasin dikit kalau cerita ini alurnya lambat dan sebagian cerita udah aku tulis di GALUCY. Tapi untuk pembaca baru disini biar paham tanpa baca GALUCY jadi alur akan aku tambah ya. Mellownya dikit aja kok hehe Semoga suka.... Jangan lupa Vote dan Komen ya biar aku tau siapa aja nih yang mau baca cerita Gaje bin nyeleneh ini wkwk
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN