Chapter 5

1155 Kata
Satu tahun kemudian.. Felix berlari dengan sekuat tenaganya sembari sesekali menoleh kebelakang lalu berhenti sejenak dan berlari lagi. Nafas felix terdengar seperti orang yang akan kehilangan oksigen, lelaki itu terus berlari menghindari seseorang yang mengejarnya. Didepan dari arah yang berlawanan terlihat Lucy sedang berbicara pada teman-teman barunya tanpa menyadari Felix sedang berlari kearah Lucy. Felix berhenti tepat didepan Lucy sehingga Lucy dan beberapa teman nya menatap Felix heran. "Apa yang dilakukan kekasihmu?" tanya salah perempuan disamping lucy, Lucy sendiri mengedikkan bahunya. "Kamu kenapa?" tanya Lucy menatap Felix. Felix melihat kebelakang "FELIX!" panggil orang yang sedari tadi mengejarnya. "Aish" guman Felix lalu kembali menatap Lucy "Ikut aku nanti aku jelasin" katanya sembari menarik Lucy dan membawa kabur cewek itu dari teman-teman nya. Lucy berbalik melihat siapa yang Felix hindari dan ia dapat melihat sosok perempuan berhenti dari larinya menatap kepergian Lucy dan Felix. Tak lama Felix memasuki sebuah ruangan dan mengunci ruangan tersebut dari dalam setelahnya Felix bersandar di dinding akibat lelah berlari. Lucy berkacak pinggang menatap Felix menunggu penjelasan cowok itu. Ini sudah hampir sepuluh bulan ia dan felix melanjutkan pendidikan di Jerman dan Lucy juga sering melihat Felix dikejar kejar oleh perempuan tadi yang kalau tidak salah bernama Maya sejak tiga bulan terakhir. "Sebenarnya apa masalahmu dengan perempuan itu kenapa dia selalu mengejarmu? Jika kamu punya hutang cepatlah bayar jangan sampai membuatnya mengejarmu seperti ini apa lagi kamu selalu membawaku ikut serta jika dikejar Maya" Gerutu Lucy. Felix mendesah panjang "Aku juga gak tau salahku dimana Lucy tapi Maya selalu mengejarku bahkan saat aku masih kecil pun dia juga melakukan hal seperti ini, hahh aku sungguh ingin mengikat Maya agar tidak mengejarku terus menerus" Felix mengintip dari jendela kaca memastikan Maya tidak lagi mengejarnya. "Jadi dia teman kecilmu tapi kenapa selalu mengejarmu?" tanya Lucy, Felix mengedikkan bahunya "Aku pikir setelah pindah beberapa tahun di indonesia sifat Maya sudah normal tapi tidak sama sekali, perempuan itu tetap tidak waras" Felix bergidik ngeri. Lucy menyentuh tangan Felix kemudian membuka pintu dan mengajak Felix keluar tapi Felix justru terlihat cemas dan tidak tenang melihat ke kanan lalu kekiri memastikan Maya tidak akan mengejarnya lagi. Dan lagi kenapa Maya tau ia kembali ke Jerman dan melanjutkan pendidikan di salah satu universitas di sana, ini sangat menyebalkan bagaimana jika Maya membuat Lucy dalam masalah. Tidak! Felix tidak akan membiarkan Maya mendekati Lucy. Felix membukakan pintu mobil untuk Lucy masuk dan setelah itu barulah dirinya menyusul mengendarai mobil tersebut. Lucy bersandar terlihat menghela nafas sebelum menatap Felix. Selama ini Felix yang selalu setia menemaninya, menjaganya bagaikan malaikat tanpa sayap untuk Lucy, bibir lucy melengkung membentuk sebuah senyuman kemudian menatap lurus kejalanan. "Apa aku begitu tampan? Ah tidak perlu menatapku begitu aku tau aku memang tampan" ucap Felix lantas menoleh kearah Lucy dan mengerlingkan sebelah matanya lalu fokus menyetir lagi. Lucy terkekeh pelan. "Tentu saja kamu tampan bukannya kamu memang seorang pria? Jika kamu perempuan lalu kamu bilang tampan maka aku akan heran mendengarnya" Kata Lucy di iringi tawanya kemudian. Perjalanan pulang mengantarkan Lucy dipenuhi dengan candaan mereka berdua hingga tak terasa Felix telah sampai didepan rumah Lucy, pagar kayu setinggi satu meter berwarna putih mengelilingi rumah Lucy sebelah rumah ada pohon mapel yang baru tumbuh sekitar dua meter. Lucy melambaikan tangannya setelah turun dari mobil Felix dan masuk kerumahnya. Sudah satu tahun lamanya ia tinggal di Jerman tapi anehnya Lucy tidak bisa mengingat kehidupan lamanya sebelum tinggal ditempat ini. Apa yang dulu pernah terjadi padanya selain bayangan seorang pria tergeletak dengan begitu banyak darah, Lucy mengambil air mineral dari lemari pendingin untuk membasahi tenggorokan nya. Felix tiba dirumahnya tentu ia sudah tidak tinggal bersama sang nenek dimana Maya masih tinggal didekat rumah itu. Mengingat masa kecilnya yang selalu direcoki oleh Maya tentu membuat Felix merasa kesal, gadis itu seperti ular yang bergerak sangat lincah dan sulit tuk dihindari apa lagi setiap kali bertemu selalu mengatakan untuk membuat anak, dia pikir membuat anak seperti mengumpulkan pasir dipantai. "Felix" Merasa namanya dipanggil Felix menoleh "Papa kapan sampai di sini?" tanya Felix. "Ada yang ingin papa sampaikan kemarilah dan duduk lebih dulu" kata William. Felix menurut lalu ikut duduk setelah itu William menyodorkan map didepan Felix, Kening Felix mengerut tapi menerima map itu dan melihat isi didalamnya. "Papa mau kamu mengambil alih perusahaan jadi mulai sekarang belajarlah memimpin perusahaan dan pelajari apa saja yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Papa yakin dan tidak meragukan kemampuanmu cepat atau lambat perusahaan tetap akan menjadi milikmu karena Tiara memilih untuk menyerahkan semuanya padamu" Felix membuka lembar demi lembar berkas yang ada di dalam map kemudian meletakkan dimeja lalu menatap ayahnya "Aku baru satu tahun disini" jawab Felix. "Yah lalu kenapa? Perusahaan induk ada di sini" William tersenyum dengan santainya. Felix menghela nafas rendah "Jadi apa aku langsung ditempatkan diperusahaan induk?" tanya Felix. William menggeleng "Tentu saja tidak, kamu harus ikut pelatihanmu di perusahaan cabang di indonesia" jawabnya. Felix memutar bola matanya malas. "Tunggu aku selesai kuliah maka akan kulakukan" Felix memberikan kembali map pada William. William mengangguk tidak memprotes pilihan putra nya. Tapi Felix yakin jika ayahnya tidak menentang keinginan nya ada sesuatu yang tidak beres, mungkinkah pria didepan nya ini sedang merencanakan sesuatu?. "Kalau itu pilihanmu tidak masalah tapi apa kamu memikirkan kondisi Lucy jika wanita itu tau masa lalunya" "Pah!" seru Felix dengan lantang, William terkekeh "Jadi tentukan pilihanmu, papa memberimu kesempatan satu tahun lagi sebelum waktu pelatihanmu di perusahaan dimulai" kemudian William berdiri "Oh satu lagi papa masih akan ada di Jerman setidaknya tiga atau empat hari lagi jadi jika kamu berubah pikiran papa akan sangat senang mendengarnya" William tersenyum setelah itu keluar dari rumah Felix. Felix mengacak rambutnya dengan frustasi, jika dirinya pergi siapa yang akan menjaga Lucy disini dan jika Lucy kembali ke indonesia kemungkinan gadis itu bertemu Gama pasti sangat besar. Felix tidak akan terima Lucy bertemu Gama kembali, pria b******k seperti itu rasanya selalu membuat Felix ingin menghajarnya. Air shower mengalir deras membasahi tubuh Felix yang berdiri dibawah nya membersihkan debu atau kotoran yang sekiranya menempel setelah itu Felix menatap dirinya dicermin sebelum terdengar suara ketukan dibalik kamar, Felix hanya memakai handuk ketika membuka pintu kamar dan melihat Lucy berdiri disana sambil membawa makanan. "Aku datang, segeralah bersiap dan pakai bajumu kita akan makan bersama" ucap Lucy kemudian berbalik menuju kearah dapur menyimpan makanan yang dibawanya diatas meja makan. Felix tersenyum bergegas memakai pakaiannya dan menghampiri Lucy. "Apa orang tuamu mengijinkan?" tanya felix sembari memeluk Lucy dari belakang, Lucy dapat menghirup aroma khas ditubuh Felix sebelum berbalik sedikit mendongak melihat pria yang lebih tinggi darinya. "Sejak kapan mereka menolak permintaanku untuk menemuimu" katanya sambil berjinjit memberikan kecupan di pipi Felix. Felix tertawa "Kalau begitu aku akan sangat senang memakan masakan dari calon mertua" canda Felix tapi tidak sepenuhnya bercanda karena suatu saat cepat atau lambat ia akan meminta Lucy bertunangan dengannya agar kesempatan Gama tidak banyak untuk mendapatkan hati Lucy kembali. Biarlah untuk saat ini Felix yang mengisi hati Lucy meskipun felix sadar sepenuhnya perasaan itu hanya rekayasa. _____ Bersambung..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN