Mengejar Zahwa

1668 Kata
Mengejar zahwa Zulfikar Fahmi Ahsan “sehina itukah aku dimatamu zahwa, sampai kau mengabaikan telfonku & tak membalas pesanku. Salahkah jika aku ingin mengenal dirimu lebih dekat, salah aku menaruh harapan akan separuh hati yg hilang ini kepadamu, salahkah aku berharap kau yg akan menemaniku menggapai jannah-Nya? Kini seakan-akan engkau enggan untuk mengenalku lagi. aku sudah terlanjur menyimpan hatiku dalam hatimu, walau aku tau mungkin mustahil bagiku untuk menerima rasa yg sama denganmu. Tp aku percaya Sang Maha Cinta tidak kehabisan cara untuk menyatukan yg berjodoh & memisahkan yg tidak berjodoh, karna jodoh mutlak di tangan-Nya” Dulunya aku tidak percaya akan adanya cinta pada pandangan pertama, namun pada akhirnya Tuhan membuktikannya pada diriku. Seharian setelah pulang dari rumah sakit fahmi enggan keluar rumah, makanpun dia minta dianter ke kamar. Benar-benar memikirkan sosok zahwa menyita banyak waktunya. Rasanya ingin langsung kerumahnya, namun lupa nanya alamat rumahnya. Bayangan zahwa terus menemaninya, hingga fahmi terlelap sampai subuh. Terasa bosan di rumah, fahmi masih cuti untuk 3 hari kedepan dari profesinya. Bukan karna dia masih sakit, hanya saja ada sedikit yang mengganggu konsentrasinya. Profesinya sangat beresiko, tidak mungkin dia memaksakan untuk tetap masuk. Akhirnya untuk menghilangkan rasa jenuhnya, dia memutuskan untuk jalan ke taman dekat panti asuhan. Fahmi duduk dikursi yang telah tersedia ditaman, kembali dia mengingat saat menolong zahwa. Fahmi menoleh kearah panti dengan besar harapan akan melihat wanitanya. Dan tepat sekali doa nya dikabulkan. “zahwa, benarkah itu zahwa?” fahmi mulai menyeberangi jalanan yang saat itu sepi. Dilihatnya wanitanya tengah mengobrol dengan petugas panti asuhan. “terima kasih ya mbak zahwa, mbak rina sudah datang berkunjung untuk menyenangkan hati anak-anak” ucap petugas itu dengan menyalami zahwa & temannya. “kalau begitu kami pamit dulu ya bu, sebentar lagi kami ada kuliah” ucap rina teman zahwa yang kemudian beranjak dari panti menuju kampusnya. tanpa mereka sadari ada lelaki yang membuntuti mereka. Ketika keduanya nampak masuk kedalam kampus, fahmi masuk ke FO. disana sudah banyak yang mengenali fahmi, bagaimana tidak… fahmi kan juga lulusan kampus itu juga dengan nilai terbaik pula pada jamannya. Tak heran nama fahmi famous disana walau sudah terbilang cukup lama fahmi lulusnya. Namun fahmi masih sering kesana karna kerap dimintai tolong dosen yang sekaligus kepala bagian di rumah sakit tempat fahmi praktek. “mas fahmi?” panggil staff FO. “eh mbak siska, gimana kabarnya mbak?” tanya fahmi “Alhamdulillah baik mas, sy dengar mas fahmi kecelakaan ya? Sempat dengar pak Chaidar & dosen-dosen yang lain pada membicarakannya” “iya mbak, tapi sekarang uda baikan. Mbak, boleh nanyak gak?” fahmi mengetuk-ngetuk kecil meja penghalang antara dirinya & penjaga FO. “iya mas, boleh aja kok” sahutnya “boleh minta data mahasiswi sini yang namanya Adzkia Zahwa Maharani Hermansyah mbak? plissss” fahmi mulai memakai wajah melasnya. “kenapa emangnya mas sama zahwa, naksir ya?” goda si penjaga FO. “Cuma ingin tahu aja mbk” fahmi menutupi perasaannya “sebentar saya carikan” sesaat hening “dengarkan ya mas, dia mahasiswi yang sedang menempuh PPDS Obstetri dan Ginekologi mas. Dan sekarang dia ada kuliah dan akan berakhir pada jam 12 siang” “terima kasih infonya ya mbak, sy akan tunggu dia di taman kampus” fahmi berlalu “semangat ya mas ngejar cinta nya” staff itu menteriaki fahmi. “…..” Fahmi hanya melayangkan jempolnya tanpa menoleh. Jam 12 pun tiba, nampak dari kejauhan 3 sosok wanita sedang berjalan menuju parkiran kampus dengan sebuah percakapan yang menemani perjalanan mereka. “zah, cit, ngemall yuk! Aku mau beli n****+ terbaru nih di Gramed. Bisa tolong antar aku?” ajak widya. “boleh aja, aku lagi boring juga nih. Aku hari ini libur shift soalnya” sahut citra “lha kalau kamu gimana zah” tanya widya. “aku ikut, di rumah lagi sepi juga. Mama papa ke malang” jelas zahwa. Mereka terus berjalan & berhenti mendadak karna Tiba-tiba seorang laki-laki sedikit berlari menghadang perjalanan mereka. “Assalamualaikum semua” “wa’alaikum salam warahmatullah” serempak 3 gadis itu menjawab dan melihat siapa yang telah mengganggu jalan mereka. Laki-laki dengan kasa menempel dibagian ujung kepala. “tunggu, kamu bukannya mas fahmi dokter bedah yang pernah ngisi acara di seminar kampus sebulan yang lalu kan?” tanya widya. Fahmi mengangguk seraya menebar senyum kearah mereka “boleh saya pinjam zahwa?” tegas fahmi. “zah, sejak kapan kamu kenal dengan dia? Dia idaman semua wanita zah. Beruntung sekali kamu” bisik widya pada zahwa. “kamu kenal dimana sama dia?” bisik citra “tunggu-tunggu, apa dia fahmi yg kamu ceritakan yg udah nolongin kamu itu? OMG... mimpi apa kamu zah?” tanya widya “jinjja?” tanya citra heboh dan di balas dengan anggukan oleh zahwa. “boleh pinjam zahwanya nggak?” fahmi kembali bersuara & berhasil mengagetkan ke 3 wanita itu hingga membuat ketiganya saling memandang satu sama lain “zah, kalau gitu kita duluan aja ya. Kamu mau kita tunggu atau gimana?” tegas widya. “kalian berangkat aja dech, lain kali saja aku ikut dengan kalian” zahwa menjawab dengan berat hati. “ya udah, kita duluan ya zah, mas fahmi” tegas widya seraya memberi salam bersamaan dengan citra kemudian meninggalkan zahwa & fahmi. Fahmi & zahwa masih diam tanpa kata, mereka masih sama-sama dalam ke awkward-an. “zah, kita ke taman kampus yuk” ajak fahmi. Zahwa hanya mengangguk & membuntuti langkah fahmi. Mereka duduk di kursi taman dengan berjaga jarak , bukan zahwa tidak tau hukum berduaan dengan yang bukan qawwamnya, dia tidak membenarkan bahwa ketika perempuan bersama laki-laki akan ada syaitan sebagai orang ketiga. Zahwa pernah membaca kisah seorang sufistik mahabbah Karamallah Rabiah Al-Adawiyah yang menuturkan bahwa yang ketiga itu adalah Allah SWT bukan syaitan. & Zahwa yakin insyaAllah hatinya masih dalam lindungan-Nya. Hening terasa diantara keduanya, berfikir akan dimulai dari manakah percakapan mereka. Tak lama kemudian salah satu mendahului untuk mencairkan suasana. “maaf aku tidak pernah menjengukmu lagi, hingga kini kamu yang harus menemuiku” zahwa tetap menunduk seakan-akan ada ribuan emas di bawah kakinya. “kamu menghindariku?” tanya fahmi. “hhhh…” zahwa menghela nafas panjang namun tetap pada pandangannya. “tahukah kau zahwa? sejak awal aku bertemu denganmu ada getaran hati yang tak pernah aku rasakan sebelumnya terhadap lawan jenisku. Aku sulit mengartikan itu apa? Aku tak percaya dengan adanya cinta pada pandangan pertama, namun saat pertama melihatmu… kenyamanan & ketenangan merasuk dalam tubuhku. Inginku mencarimu, namun aku gak tau harus dimulai dari sudut manakah aku mencarimu. Sedangkan akupun tak tau kamu memang asli orang jakarta atau sekedar berkunjung. Untuk itu aku memilih untuk diam menunggu takdir mempertemukan kita. Setelah tiga tahun lamanya aku menunggu, takdir baik memihak padaku. Walau aku harus mempertaruhkan nyawaku untuk bisa melihatmu lagi. Hhhh” fahmi menghembuskan nafas pelan, sedangkan zahwa tetap diam membisu “dan kini, setelah yang aku tunggu telah ku temui…dia menghindariku. Ntah apa yang membuatnya ingin menghindar” fahmi ungkapkan isi hatinya. “aku hanya tidak ingin mendekati zina” wajah zahwa sudah seperti sosis bakar, mulai memerah & suhu tubuhnya langsung berubah. seakan tubuhnya menggigil seketika. Bukan karna dia sakit, tapi getaran hebat dari jantungnyalah yg membuatnya merasakan situasi seperti sekarang. Telapak tangannya seperti es, dingin & basah. “aku paham akan hal itu zah, tp hargailah aku, aku tidak berharap lebih darimu. Cukup biarkan aku untuk selalu berada didekatmu, menjagamu, & selebihnya biarkan Sang Maha Cinta yang menskenariokan yang akan terjadi”. “hhhh…” zahwa tidak ingin melanjutkan pembahasan ini & mencoba mengalihkan topik pembicaraannya “hmmm… kalau boleh tau, kenapa kamu bisa disini?” tanya zahwa Heran. “aku tidak sengaja melihatmu di depan panti, terus aku mengikutimu sampai sini” zahwa sontak melirik ke arah fahmi dengan tatapan tajam “kau menguntitku?” tuduh zahwa sinis “eits…. Jangan salah sangka nona zahwa. Tadi aku hanya bermain di taman depan panti, memang ada harapan dalam hati sih untuk bisa bertemu denganmu” fahmi jujur lalu nyengir dengan menggaruk lehernya yang jelas-jelas tidak gatal. “tapi Tuhan mendengar do’aku, aku melihatmu bersama temanmu sedang mengobrol dengan petugas panti” fahmi menjelaskan dengan sedikit bangganya karna lagi-lagi takdir baik memihak padanya. Zahwa melirik kearah fahmi “terus” tanyanya “aku cari tau tentang kamu di FO, terus aku tunggu kamu disini sampai akhirnya kamu keluar kelas bersama ke2 temanmu tadi”. Jelas fahmi tanpa beban. “kamu ikutin aku dari jam setengah 9, sampai aku keluar kelas jam 12?” benar-benar tidak berguna yg dilakukan fahmi, gumamnya. Dasar bucin. “He_eh” zahwa hanya menggeleng kepala, bisa bisanya... Kalau kata orang jawa itu Plaur. “zah, tunggu sebentar ya” zahwa menoleh ke arah fahmi yang setengah berlari. “mau kemana sih anak itu, tingkahnya aneh banget deh” gumam zahra dalam hati. Zahwa memperhatikan kuku-kuku jarinya, dan sesekali melihat para mahasiswa yang berlalu lalang didepannya. “zah, ini” zahwa menoleh ke arah fahmi yg menyodorkan es krim ke arah zahwa. “terima kasih” zahwa mengambil es krimnya dari fahmi “kamu kan baru pulang kemarin dari rumah sakit, emang sudah sehatan betul kok sudah keluyuran?” tanya zahwa yang tangannya masih sibuk membuka bugkus es krimnya. “sudah, aku bosan dirumah. Dengan begini, bertemu denganmu ada pengaruh tersendiri yg sangat baik terhadap tubuhku” tegas fahmi. “...” “enak? suka?” tanya fahmi “enak, suka” jawab zahwa yang mengulun es krimnya dengan sesekali mengayunkan kakinya. Fahmi senang bukan kepalang, zahwanya antusias menjawab semua pertanyaannya. Tidak seperti dulu saat pertama bertemu di kereta, dingin & cuek. “tadi kamu mau pergi ya dengan teman-temanmu?” tanya fahmi dengan rasa bersalah. “sebenarnya, tapi sudahlah” zahwa masih tetap mengulun es krimnya tanpa menoleh pada fahmi. “maafin aku ya zah, sudah menggagalkannya” fahmi tertunduk. Sesaat keadaan menjadi hening. “kenapa kamu ambil jurusan s.pog?” tanya fahmi dengan nada datar & menatap zahwa “aku ingin membantu wanita untuk melahirkan anak-anak hebat dari rahim mereka” tegas zahwa “kalau boleh tau, kegiatanmu apa?” zahwa sedikit menoleh pada fahmi yg kemudian kembali pada pandangan awalnya. “aku dokter bedah di RS .... “ “oh ya?” zahwa menaikkan salah satu alisnya “kenapa kamu kaget?” tanya fahmi yang tak kalah herannya. “tak ada tampang seorang dokter melekat dalam dirimu yg ku lihat” cibir zahwa “gini-gini aku lulusan terbaik dulu dikampus ini” fahmi memegang kerah bajunya yg sedikit merapikan bajunya dengan bangga. “hmmmm.... Tunggu, jadi bener kamu yg pernah mengisi acara seminar sebulan yg lalu di aula?” “yups, betul banget nona zahwa. Kamu terpesona ya dengan kajianku?” goda fahmi. “PD, aku gak ikut seminar itu. Karna aku lagi tidak enak badan. & teman-temanku menceritakannya padaku. & kamu berhasil menjadi trending topic dikampus ini lho” Fahmi merapikan rambutnya, dengan sesekali meniupkan nafas pada telapak tangannya & diusapkan kembali pada ujung rambutnya “siapa dulu... Fahmi” celetuhnya. “ujub (sifat membanggakan diri sendiri)” ucap zahwa sinis “apaan tuh ujub, macam tak pernah dengar” fahmi menaruh telunjuknya di pelipisnya tanda tak mengerti. “membanggakan diri” jawab zahwa. Fahmi nyengir malu pada zahwa. “pulang yuk” ajak zahwa. “ok, aku antar kamu ya?” “terima kasih, aku bawa mobil sendiri kok. Pulang sendiri-sendiri saja ya” tegas zahwa lantas mereka bergegas menuju parkiran dengan zahwa mengekor dibelakang fahmi. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN