mengapa sejauh ini

1001 Kata
keesokan harinya aku langsung pergi menuju kampus, seperti biasa aku selalu menggunakan kendaraan umum jarak kampus dan rumahku cukup jauh 10km dan jarak antara kampus dan kantor panji sekitar 25km haha. hari ini aku merasa berbeda, partikel kejadian semalam membuat aku tersenyum lebar, tidak jelas dan tidak tahu alasannya apa? hanya saja panji kurasa melengkapi kekosongan ku. aku merasa dia cukup menjadi seseorang yang bisa aku andalkan untuk saat ini. namun aku tahu dengan pasti pacar panji sungguh sangat menyebalkan dia lebih egois dari pada aku, sejauh yang aku ingat panji tidak bisa menolak apapun yang di minta laras. ya laras adalah pacar panji. ah tiba tiba aku merasa kesal membahas laras. MK hari ini sangat menyebalkan statistik ini pelajaran yang sangat menguras pikiran, kurasa semua yang ada dikelas setuju dengan pendapatku. "ah sialan otak gue panas" teriak aku dalam kelas mata semua orang tertuju kepadaku, aku hanya tersenyum mereka kembali asik dengan kertas kalkulator dan pinsil ditangan. "ma nomer 6 udah?" tanya dini kepadaku "ga usah tanya gue pusing a***y ga ada yang masuk otak gue!" kataku "sebentar gue nyontek yg lain nnti hasilnya bagi ke lo" dini adalah satu satu nya teman yang tahu segalanya tentang aku, dia tau semuanya tentang aku bahkan dia tau siapa saja yang mendekatiku bahkan yang menjadi pacarku. kadang kami ngedate bareng lalu menyewa villa untuk tidur bersama pasangan masing-masing dini sama liarnya dengan aku bahkan jauh lebih liar, dia punya om om yang bisa kapan saja di telfon saat butuh dan feedback nya dia harus mau kapan aja saat si om om ini lagi kepingin. aku sudah menasehatinya untuk berhenti menjadi simpanan suami orang tapi dia dengan santai membalikan pernyataan ku. katanya sudah rusaklah aku ini, sana sini mau, deket laki orang dapet duit ya biarlah toh, ngga semua orang gue layani. aku yang mendengarnya tidak bisa berkata kata. dia memang sangat bebas, hidup merantau dan sendirian, baginya asal dia bisa bertahan hidup ya selesai, ga ada masalah hebat yang perlu di pikirkan. "ma lo langsung balik apa mau mampir kost ku?" "mau maen gue?" "maen apaan?" tanyanya "maen becek becek an" kataku "sialan serius sama siapa?" "lo tau gue punya temen cowo yang rumahnya di belakang rumah gue itu?" "oh yang cakep itu bukan yang kerja di PT. yang waktu itu gue bilang ke lo kalau gue mau ngedeketin dia karena mayan ganteng itu kan?" "hahaha iya din, gue lagi mulai intens sama dia, tapi dia punya pacar" "eh stop beb stop. keknya dia tipe orang yang udah jatuh cinta kek udah ga bakalan sama yang lain" katanya "gue sama dia semalem ML" bisik ku "serius? sialan enak ga?" tanyanya "b*****t gue kira lo bakalan nasehatin gue panjang lebar" kataku "ga bisa gue nasehatin orang yang kaya lo, lagian mayan lah ya dia cakep gitu okelah" katanya aku dan dini lanjut berbincang, mk statistik selesai, waktu sudah menunjukan pukul 16.00 sore. aku ingin mengiriminya pesan bahwa aku sudah selesai dan siap untuk di jemput panji. ternyata ponselku lebih dulu berdering sebelum sempat aku mengetik pesan untuk panji. gue ke laras dulu ya, dia minta tolong buat anterin ke rumah bibi nya aku langsung terpaku membaca pesan yang mengembang di ponselku, tiba tiba aku merasa sesak, mataku panas dan berair. aku menarik nafas, sengaja untuk menahan air mata yang ingin jatuh membasahi pipi. oh oke balasku hanya sebatas itu saja. lo marah? balasan panji mengembang di layar ponselku. lo pikir gue berhak marah? balasku kali ini air mataku membasahi pipi lo tau gue punya cewek, jadi jangan marah jangan ngambek nanti malem gue kerumah lo nemenin lo bobo lagi. aku menelan ludah suaraku tertahan di tenggorokan, sesak dan menyakitkan. ga usah yaaaa, gue biasa tidur sendiri. aku klik kirim dan langsung memasukan ponselku ke dalam saku. aku menuruni tangga demi tangga kampus sengaja menggunakan tangga agar waktuku berkurang lebih cepat dari biasanya. aku berjalan sangat lambat. aku cukup tersia-sia kan kali ini. padahal kurasa aku bisa menjadi apa saja yang dia minta. ah sialan kenapa? aku memutuskan mematikan ponselku, waktu menunjukan pukul 21.00. pikiranku sangat tak bisa berpikir jernih. "si panji ngapain aja di sana?" "panji udah balik apa belom" "panji kapan pulang?" otak ku dipenuhi oleh pikiran tentang panji. aku meraih ponselku segera ingin menyalakannya, namun sesaat aku mengurungkan niatku, aku tak ingin kecewa lagi, takut ternyata panji tidak sama sekali menghubungiku. entah akan sehancur apa hatiku ini saat mendapati kenyataan yang tak sejalan dengan harapan ku. aku langsung berbaring di ranjang ku, mencoba memejamkan mataku namun aku tak bisa. "alma" suara dari depan rumah terdengar tak asing di telinga "maaaa, gue pinjem buku dong buat referensi gue penting banget" katanya lagi saat inginku buka pintu rumahku panji sudah tidak ada di sana. namun suaranya samar samar terdengar sedang mengobrol di samping rumah. "ini mau ngerjain kerjaan kantor ma, dirumah berisik mamah lagi nonton film andin jadi aku mau ngerjain di si alma aja palingan mumpung belum malem banget"kata panji kepada uda di samping rumahku "iya ji istri gue juga sama andin terus sampe mabok gue, yaudah sono keburu malem" jawab uda tersebut panji bergegas masuk kerumah ku, sengaja pintu rumah ku buka, supaya dia bisa langsung masuk ke dalam. aku tidur dikamar. panji meletakan laptopnya di ruang tamu, lalu masuk ke kamarku. dia langsung tidur di sampingku, dia memeluk menciumi pipiku, dan dia mencium leher ku. tangannya masuk ke dalam bajuku lalu memainkan dadaku. "kamu tahu? gue menahan ini dari jam 5 sore tadi, pikiran gue cuma tertuju ke lo ditambah lo ga bisa dihubungi gue kesel, gue marah" katanya berbisik di telingaku dan berakhir dengan gigitan kecil di daun telingaku. "lo fikir gue ga marah? gue marah lo lebih mementingkan dia ketimbang gue?" aku mengisyaratkan panji ingin berbalik tidur terlentang. panji meregangkan tubuhnya namun tetap masih memelukku. dia mencium bibirku dengan kasar, mengigit bibir bawahku lalu berhenti. "kaki lo coba regangkan" katanya aku menuruti omongan panji. "gue pengen banget maaaa" katanya yang sudah bersiap aku menikmati semua sentuhan yang panji berikan kepadaku. "mau main?" tanya panji "belum malem?" "gapapa aman"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN