13. Kenyataan Beruntun

1899 Kata

Hampir petang aku sudah sampai rumah. Teh Ida dengan sigap membantu membawakan barang-barangku ke dalam rumah. Seperti biasa, rumah ini tetap sepi meski ada Ayah dan Bunda di dalamnya. Saat memasuki rumah, aku lihat Bunda duduk si sofa panjang sedang serius menonton televisi. "Bunda ...," sapaku sambil mencium punggung tangan kanan dan kedua pipinya. "Kamu tuh! Salam kek kalau masuk rumah," tukas Bunda tanpa memindai pandangannya dari televisi. Aku hanya terkekeh pelan lalu menyodorkan satu kantong plastik berlogokan sebuah nama toko batik. Bunda terlihat semringah menerima bungkusan itu. Setelah dibuka isinya dua buah daster batik dengan model kelelawar berbeda motif. "Tau aja kamu kalau Bunda lagi pengen daster. Makasi ya ...." Aku tertawa lepas melihat ekspresi Bunda kali ini.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN