Bab 108

1338 Kata

Ia berlari, terus berlari dengan air mata berderai. Menanggung rasa sakit teramat dalam di hatinya, melepas meski tak rela. Meninggalkan meski hatinya masih tertinggal. Meski napasnya tersengal ia tetap berlari. Mengingkari perasaan yang ada. Takut hatinya melemah ketika melihat bulir bening menghiasi wajah tampan itu. Sakit, sungguh sakit ketika ia sengaja menyakiti hati orang yang paling ia cintai di dunia ini. Gubrakk. Gadis itu jatuh tersungkur. Tersandung karena air mata yang mengganggu penglihatannya. Hingga batu sekecil itu tak tampak di matanya. Lututnya lecet dan bedarah. Minah meringis nyeri. Begitu perih meski tak seperih hatinya saat ini. Ia merasa dunia tak adil. Selalu memberinya beban yang begitu berat. Bahkan ia merasa alam pun tak bersahabat dengannya. Sebutir batu k

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN