Bab 1 Kesan pertama yang menggoda

1024 Kata
"Woe...ngelamun aja bro?" ucap Jack sembari menyenggol lengan tangan teman disampingnya, saat itu memang Jonathan tengah menatap seorang gadis yang baru masuk kedalam ruang kuliah yang ia tempati. Sontak sosok gadis yang terlihat tengah menatap kesegala penjuru arah di depannya itu seketika menarik perhatiannya. Lalu terlihat gadis itu duduk di bangku paling depan, didepan deretan bangku yang Nathan dan Jack tempati saat itu. "Dia siapa?" tanya Nathan pada teman disampingnya. "Akh...dia siswi pindah jurusan yang baru. Jessica." Ucap Jack menerangkan, namun saat itu tatapan Nathan tidak bisa berpaling dari gadis itu. "Cari info tentangnya, gue kasih bonus buat lo." Ucap Nathan pada lelaki disampingnya. "Bukannya lo baru ngedapetin si Vera? mau lu kemanain tu cewek?" tanya Jack yang penasaran. "Buat lo aja deh, bosan gue." Balas Nathan lagi dengan sedikit senyuman yang tersungging di bibirnya. Hingga kelas dimulai. Saat itu semua ada di jurusan seni lukis, dan saat itu pula tengah membahas tentang lukisan dan karya lukis. Jonathan adalah salah satu mahasiswa berbakat di bidang seni lukis, bahkan lelaki itu sudah memiliki galerinya sendiri. Semua tidak lepas dari campur tangan orang tua tentunya. Dan di usianya yang baru menginjak ke dua puluh satu tahun itu, Nathan sudah memiliki pemasukan sendiri dari hasil lukisannya, bahkan karya lukisnya sering sang Dosen pinjam untuk menyulut minat para mahasiswanya di bidang seni lukis. Sampai saat kelas yang di ikuti Nathan dan Jack sudah usai, namun terlihat Jessi masih belum beranjak pergi dari tempatnya. Gadis itu masih sibuk dengan ponsel di tangannya. Sedangkan Jack yang sedari tadi hanya melihat Nathan yang melukis gadis di ujung bangku depannya hanya bisa memperhatikan saja. Jack pun tahu jika sedari Dosen pembimbing masuk kedalam ruang kuliah, lelaki itu tidak mendengarkannya sama sekali. Nathan sibuk menatap Jessica. "Lo tunggu gue di luar saja." Ucap Nathan pada lelaki disampingnya. Dan Jack pun hanya bisa menuruti apa yang temannya itu katakan. Segera saja Jack beranjak pergi meninggalkan Nathan sendiri disana. Hingga lukisan yang ia torehkan diatas kertas bergaris hitam putih itu usai, segera saja lelaki itu beranjak menuju kearah gadis yang masih ada disana. Tepat didepan bangku gadis itu Nathan menghentikan langkah kakinya, lalu menoleh dan menghadapkan tubuhnya menatap gadis yang tengah mendongak menatap kearahnya. Sesaat keduanya saling menatap satu sama lain disana. Nathan segera mengulurkan satu tangannya dan memberikan secarik kertas yang ada ditangannya pada gadis itu. Nathan meletakkan kertas itu tepat diatas meja depannya. Tanpa sepatah katapun lelaki itu hanya menyunggingkan senyumannya dan pergi dari sana. Sedangkan gadis itu hanya menatap kearah punggung lelaki aneh yang berlalu dari hadapannya. Jessi menganggap lelaki itu tengah kehilangan akal sehatnya. Namun saat ia melihat kearah kertas bergambar sosok gadis yang terlihat dari samping yang ternyata mirip sekali dengan dirinya, membuat Jessi melupakan apa yang ia pikirkan tentang cowok itu tadi. "Jonathan, cukup menarik!" ucap Jessica saat ia tengah membaca sebuah nama di baris ujung pojok paling bawah lukisan pensil tersebut. "Gila! aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya!" ucap dalam hati Nathan sepanjang perjalanannya menuju keluar ruang kuliah. Saat ia merasakan degup jantungnya yang kian terpacu disertai gugup yang mendera lidahnya hingga kelu untuk melontarkan satu kata saja pada gadis itu, ia tidak mampu, dan hanya memaksakan senyumannya saja sebagai salam perkenalan keduanya. Seketika itu pula, ia merasa bergidik dibagian lengan tangannya, sehingga satu tangannya lagi mencoba mengusap-usapnya untuk menghilangkan perasaan merinding disana. Nathan jelas sadar bahwa itu adalah kali pertamanya merasakan hal yang belum pernah ia rasakan, bahkan saat ia mengenal semua gadis yang sudah pernah dikencaninya. Sampai... "Nathan..." panggilan seseorang dari arah belakang lelaki itu yang membuatnya kian mempercepat langkah kakinya. Karena Nathan tahu saat itu yang tengah memanggilnya adalah Vera. Pacar yang baru genap satu minggu di kencaninya. Nathan segera pergi sembari berlari meninggalkan gadis itu yang terlihat tengah mempercepat langkah kakinya. Nathan jelas tahu jika Vera tidak akan bisa mengejarnya saat itu, karena lelaki itu tahu persis heels yang gadis itu selalu kenakan setiap pergi ke kampus. Dan benar saja, Vera sudah tertinggal jauh dibelakangnya saat itu. Nathan segera bersembunyi dibawah tangga bertingkat yang menghubungkan lantai dasar dengan lantai dua perpustakaan. Disana Daniel mengambil ponselnya dan ingin menghubungi temannya, yaitu Jack. Lelaki itu ingin memberitahukan bahwa keberadaannya saat itu tidak memungkinkan untuk menyusul ke kantin kampus. Karena Nathan begitu malas untuk bertemu Vera, lelaki itu memilih untuk bersembunyi saja. Namun belum sampai ia menghubungi Jack, lelaki itu sudah mendengar suatu pembicaraan seseorang yang berada di tangga atasnya. Saat itu Nathan tidak menyangka bahwa yang tengah menerima panggilan atau tengah berbicara disana adalah Jessi. Gadis yang sudah membuat jantungnya berdetak tidak beraturan. Dengan telinga yang ia peka kan sedekat mungkin untuk mendengarkan. Nathan berusaha mendengarkan apa yang gadis itu tengah bahas dengan lawan bicaranya di telephon. "Baiklah...saya akan segera kesana sekarang, tolong temani nenek saya sebentar." Ucap Jessi saat itu, lalu menutup panggilan telephonnya dan segera bergegas menuruni anak tangga, tanpa sengaja saat itu tengah berpapasan dengan Nathan disana. Sesaat keduanya hanya saling melirik satu sama lain, namun hanya sekilas karena Jessi tidak menggubrisnya. Atau bisa dibilang jika hati Jessi tidak pernah sedikitpun terkesan dengan pertemuan pertamanya dengan lelaki itu. "Hah...dia melewati ku begitu saja? semudah itu kah wajah tampanku ini dilupakan?" gerutu Nathan saat ia merasa gadis itu begitu mudah melupakannya, bahkan Nathan merasa dirinya sudah memberi kode pada gadis itu, dan ia ingat betul bahwa belum ada satupun gadis yang bisa membuat jari-jarinya melukis dengan suka rela. Baru Jessi lah yang bisa membuatnya seperti itu. Nathan pun akhirnya tidak bisa menerima perlakuan gadis itu, ia pun segera menyusul dan mencari keberadaannya. Hingga ia menemukan gadis itu tengah menyetop taksi dan masuk kedalamnya. Setelah itu taksi yang ditumpangi gadis itu pun pergi meninggalkan tempat. Nathan pun tidak bisa diam saja, ia segera ikut menyetop taksi yang pas berjalan mendekat kearahnya, lelaki itu lalu masuk kedalam. Meski Nathan membawa mobil sendiri, namun saat itu ia tidak memiliki cukup waktu untuk mengambil mobilnya. Karena tujuan lelaki itu adalah untuk mengikuti kemana gadis itu pergi. Dan untuk memastikan gadis yang sudah di incar nya tidak akan lepas dengan mudah dari genggaman tangannya. "Pak, tolong buntuti mobil taksi yang ada di depan kita pas ya!" ucap Nathan pada pak supir yang tengah menyupiri mobil taksi yang ia tumpangi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN