Bab 7 Tidak ada pilihan.

1035 Kata
Jessi terdiam menatap lelaki itu ketika berbicara mengenai seorang gadis yang bernama Vera disana. "Ih aku tanya beneran yang..." sahut Jessi saat itu. "Belum aku putus sih... dia nggak masuk kuliah! gimana mutusnya? lewat pesan singkat? nggak akh... aku bukan tipe cowok yang kek begitu ya..." ucap Nathan saat itu. "Nggak apa sih... tapi kalau di kampus... kamu jangan deket-deket aku deh." Ucap Jessi yang membuat lelaki itu mengalungkan salah satu tangannya ke leher gadis itu. "Kenapa? kamu pacar aku!" ucap Nathan lagi. "Heh... kamu tu ya! kalau nikah... namanya poligami. Kalau pacaran... namanya serakah tahu nggak! maruk! nggak ah! aku nggak mau di bilang ngrebut kamu dari si... siapa sih tadi?" ucap Jessi yang hanya begitu saja namun bisa membuat Nathan terkikik. "Vera, Jes... kamu ini cemburunya aneh banget tahu nggak! masak iya ampe gaya kelupaan nama segala! temen satu kampus loh Jess... akh..." dengus Nathan saat itu, sembari jemari tangan yang merangkul ke pundak gadis itu sesekali mengusap pipi lembut Jessi. "Pulang ke rumah kamu yuk..." ajak Nathan saat itu. Sembari menarik mendekat tubuh gadis itu kedalam pelukannya. Tangan kekar Nathan mengapitnya disana dengan gemas. "Nathan... tahu nggak kalau aku disini jagain nenek malam ini... besok malam deh ya... oke?" ucap rengek Jessi pada lelaki itu. "Ini cewek sok jual mahal banget sih! biasanya dia nggak tidur emang sama pacar-pacarnya? giliran gue yang jadi pacarnya, udah bayar banyak... mahal... masih aja mau ngeles!" gerutu Nathan saat itu di dalam hatinya. Ia merasa Jessi sama seperti gadis kebanyakan. Memang ia tidak melayani tamu bar. Namun seorang Jessi yang berpakaian minim dan terkesan seksi itu pikir Nathan pasti sudah bergonta ganti pasangan. Tidak mungkin tidak. "Emb... oke... kalau itu mau kamu. Emb... tapi sekarang... aku masih lapar! gimana?" tanya Nathan yang berusaha mengejar. "Astaga Nathan! kamu abis makan loh... akh... gimana ntar kalau perut kamu yang rata itu jadi sedikit ada gelombangnya hemz?" ucap Jessi jujur saat itu. Gadis itu mengira jika kekasihnya itu lapar sungguhan karena ingin makan makanan lagi. Namun tidak bagi Nathan. "Sayang kamu polos atau pura-pura sih?" tanya balik lelaki yang masih mengapitnya disana. "Apaan sih? katanya laper tadi? kan aneh yang kamu abis makan loh barusan!" jawab Jessi disana. Dan seketika itu pula. Salah satu tangan Nathan yang mengapitnya memegangi erat dagunya hingga gadis itu mendongak keatas disana. Dan dengan leluasa Nathan mengecup lalu mendaratkan ciumannya. Seolah melahap habis dengan rakusnya. Dan saat lelaki itu menyudahinya. Nampak bibir Jessi yang kian merona menggoda bagi Nathan. "Kamu ih... ini di tempat umum Nathan!" dengus kesal Jessi disana. "Bodo amat!" ucap balasan santai lelaki itu disana. Namun Jessi malah menatap kearah lain sembari celingukan menatap kesana kemari melihat apakah ada orang yang melihatnya tadi. Nampak gadis itu sedikit kesal disana. "Aku kan udah bilang yang! kalau aku masih laper... sekarang pun pengen nambah lagi!" ucap Nathan saat itu. Lalu membuat Jessi menoleh kembali menatap wajah kekasihnya yang ada disana. "Yang!" panggil Jessi. "Hemz..." sahut lelaki disampingnya. Sembari sesekali salah satu tangan Nathan mengusap lembut kulit lengannya. "Kamu masih belum putuskan sama si itu... emb..." ucap Jessi yang tertahan karena lupa lagi nama gadis yang masih berstatus sebagai kekasih Nathan. Namun saat lelaki di sampingnya itu akan menyahut. Jessi segera menempelkan salah satu jari telunjuknya di ujung bibir Nathan saat itu. "Stop Nathan! aku ingat kok namanya. Emb... si Vera! kamu masih pacaran kan sama dia?" tanya Jessi saat itu. "Ya... kenapa?" balas Nathan singkat. "Kenapa... kamu nggak minta servis aja sama dia malam ini? kan lumayan tuh kamu untung yang!" ucap Jessi pada lelaki itu. Yang seketika membuat Nathan geleng-geleng kepala karenanya. "Hebat ya pacar aku! mask iya rela berbagi pacar! cuma kamu doang nggak sih yang se tega ini sama aku! pacar aku yang lain nih, yang dulu-dulu... nggak rela tahu nggak aku duain! nah kamu! akh... hemz... nggak tahu deh! ni otak isinya apaan!?" ucap Nathan pada gadis itu. "Ya kan mumpung yang! mumpung belum putus... kalau udah putus... biasanya sih nyium aja kena gampar!" ucap Jessi serius. "Ya... kamu ada benernya yang! cuman... cuman nih ya... cuman setelah bibir aku ngerasin bibir kamu... tuh semua bibir cewe ma nggak ada rasanya yang! paham nggak sampai sini?" balas jawab Nathan saat itu. "Ya... ya... kamu emang jago yang kalau soal muji cewek. Aku ma nggak bisa komentar lagi deh!" ucap Jessi disana. "Yang... ayo dong! mojok bentar gitu!" ucap rengekan Nathan disana. Sembari satu tangannya merayap ke atas pusar gadis itu. Membuat Jessi sedikit geli disana. Namun ia tidak bisa menolak pelecehan itu karena ia sudah menjadi kekasih Nathan. Dan terlebih lagi ia juga memiliki kontrak selama satu bulan lebih satu minggu untuk bersama. "Kemana yang? nggak mungkin keluar dari rumah sakit yang! lagian udah malem juga, bakalan di tutup pintu gerbangnya." Ucap jujur Jessi saat itu. Mengingat pukul sepuluh malam rumah sakit itu akan tutup. Namun... saat Nathan akan melanjutkan kata-katanya, "bres!" tiba-tiba hujan turun saat itu. Sontak Nathan melepas jaket levis yang di kenakan nya untuk menutup kepala Jessi disana. Nathan mengajak gadis itu beranjak pergi dari temoatnya untuk mencari tempat berteduh. "Yang kamu basah? nanti bisa kena flu gimana?" tanya Jessi saat melihat kaus putih yang Nathan kenakan seakan sudah melekat ke kulit tubuhnya karena basah terkena guyuran air hujan. "Udah nggak usah crewet! nggak usah sok perhatian! lagian tadi juga kamu nyuruh aku makan si Vera! kenapa sekarang kamu kelihatan khawatir? harusnya kamu malah seneng dong kalau aku sakit! kan nggak bakalan aku nyamperin kamu!" ucap Nathan di sela-sela larinya. "Iya, iya maaf yang... nggak ada maksud kok!" ucap balasan Jessi disana. Hingga keduanya sampai di teras koridor rumah sakit. Nampak lelaki itu lalu menurunkan jaketnya dari atas kepala gadis itu dan berusaha mengibas-ngibaskan jaketnya sampai beberapa kali disana. Jessi hanya melihatnya lalu menyunggingkan senyuman. Entah mengapa gadis itu merasa lelaki di depannya baik bukan di buat-buat. Tapi sungguh baik dari hati. Meski Jessi tahu jika lelaki itubsedikit b******k. Karena sering berganti pasangan dan seakan mempermainkan wanita. "Aku berharap kamu tidak mempermainkan wanita lain lagi setelah putus denganku. Dan aku harap kelak jauh ke depan... kamu akan selalu jadi orang baik. Karena aku tahu kalau aslinya kamu baik... meski playboy... tapi pasti mereka para gadis yang mengejarmu duluan karena ketampanannmu. Mungkin itu yang membuatmu jadi b******k.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN