Bab 11 Cemburu yang menakutkan

1024 Kata
Usai dengan makan sarapan sekaligus makan siangnya. Jessi segera menuju kearah mesin cucinya. Ia mengambil semua pakaiannya yang tadi ia cuci. Lalu membawanya menuju ke temoat jemuran yang ada di balkon rumah kontrakan tersebut. Rumah dua kamar tidur dengan satu kamar mandi yang ada diluar kamar. Dan tempat jemuran yang ada di balkon atas. Jessi segera menjemur beberapa potong pakaiannya itu. Lalu ia bersantai sesaat duduk di kursi yang ada disana dengan penghalang tembok yang teduh dan tidak panas, menatap pakaian-pakaian yang baru di jemurnya tadi. "Yang..." tiba-tiba panggilan seseorang yang akrab itu Jessi dengar disana. Ia segera menoleh dan menatap kearah sumber suara. "Nathan... kenapa kamu bisa masuk kesini sih?" tanya Jessi tiba-tiba. Nampak lelaki itu berjalan mendekat kearahnya. "Emb... aku malah malah mau tanya kamu masalah itu. Bisa-bisanya kamu membiarkan pintu rumah kamu terbuka tanpa terkunci hemz...? lalu kamu disini, kalau ada maling masuk gimana?" tanya Nathan saat itu pada sang kekasih. "Kamu malingnya!" ucap dalam hati Jessi. "Emb... masak sih aku lupa nggak ngunci pintunya tadi yang?" tanya balik Jessi disana. "Emangnya aku bohong? nggak lah... buktinya aku bisa masuk loh yang..." ucap Nathan saat itu yang lalu turut duduk di samping kursi yang jessi gunakan. Nathan duduk lesehan di bawah. Membuat Jessi segera turun dari kursinya dan turut duduk di lantai saat itu. Nathan tiba-tiba saja mengambil satu jemari Jessi lalu menciumnya. Lelaki itu seakan menyesapnya disana. "Kenapa?" tanya Jessi lagi. "Kamu habis nyuci baju ya?" tanya lelaki itu. "Emb... bukan aku sih... tapi mesin cuci... aku hanya ngeringin tuh di jemuran." Ucap Jessi jujur. "Iya yang, pantas aja wangi pelembut pakaian." Ucap Nathan disana. Lalu lelaki itu menyusupkan satu tangannya ke bagian perut gadis itu. Keduanya duduk dengan kaki bersila disana. Satu tangan Nathan seakan menekan saat itu. "Emb... ada apa lagi yang?" tanya Jessi disana. Namun gadis itu tidak menolak tangan kekasihnya apa lagi menghindar dan protes. Jessi sadar karena tubuhnya itu adalah milik Nathan hingga satu bulan ke depan. "Emb... mau denger perut kamu keroncongan apa enggak yang... eh, enggak dong." Jawab enteng Nathan sembari menarik tangannya dari sana. "Emang aku nggak lagi lapar yang, aku kan udah makan tadi." Jawab Jessi jujur. "Ya... tega amat yang... aku aja belum makan... tuh... beli dua mie ramen tuh tinggal masak." Ucap Nathan disana. Ia memang sudah beli mie ramen jadi dengan toping lengkap dan tinggal masak saja. "Kok gitu sih... tega apanya... aku makan juga tadi sekalian sarapan ama makan siang. Kalau ntar jelas nggak ada waktu. Pulang kuliah juga langsung ke rumah sakit yang." Ucap jujur Jessi saat itu. "Emb... kalau gitu ntar temani aku makan ramen ya... aku belum makan siang soalnya." Ucap Nathan disana. Jessi pun segera mengangguk sebagai jawabannya. Gadis itu lalu mengambil satu tangan Nathan dan menatap jam yang melingkar di pergelangan kekasihnya itu. "Emb... udah jam dua belas lebih yang... aku buatin sekarang aja gimana? jam setengah satu ntar siap-siap ke kampus." Ucap Jessi saat itu. "Nggak bisa pemanasan dong yang?" tanya Nathan jujur. Sembari menahan salah satu tangan jessi disana agar gadis itu tidak beranjak dulu dari tempatnya. "Mau pemanasan gimana? bentar lagi aja sudah setengah satu... butuh setengah jam aku ke kampusnya yang..." ucap Jessi disana. Namun Nathan segera menarik tubuh itu mendekat kearahnya. Sembari mendaratkan kecupannya beberapa kali saat itu. "Emb... kalau naik kendaraan umum emang setengah jam yang... jadi nanti ke kampusnya sama aku aja ya... hanya lima belas menitan... kita punya waktu untuk b******u sebentar." Ucap Nathan disana. "Tapi yang..." ucap Jessi tertahan karena lelaki itu sudah menghujani bibirnya dengan ciuman lembut yang menghanyutkan. Jessi pun segera larut dalam ciuman itu. Hingga ia tersadar jika keduanya tengh berada di balkon atas. Jessi terpaksa menyudahi ciumannya disana. "Tunggu yang... kita masuk dulu, nggak enak disini, nanti ada yang liat." Ucap Jessi yang langsung mendapat anggukan dari lelaki itu. Keduanya pun memutuskan masuk dan turun. "Aku rebus air dulu buat mie nya... kamu tungguin di dalam ya... abis naruh keatas kompor ntar aku datang." Ucap Jessi disana. Lalu dengan segera Nathan masuk kedalam kamar. Lelaki itu lalu duduk diatas pembaringan. Menunggui Jessi yang sibuk di dapur untuk merebus mie ramennya. "Tring...!" tiba-tiba ponsel Jessi bergetar lalu berbunyi. Awalnya Nathan.tidak ingin tahu. Namun lama-lama lelaki itu pun menjadi penasaran karenanya. Ia pun mengambil ponsel itu dari sisinya dan menatap pada layar ponselnya. "Kak Hendra?" ucap bibir lelaki itu dengan menyipitkan kedua matanya disana. Lalu Nathan pun membuka pesan itu segera. "Jess... nanti setelah pulang dari kuliah, cepet datang ya..." ucap pesan Hendra yang Nathan baca. "Dia bilang... setelah kuliah mau ke rumah sakit. Lalu apa ini? siapa si Hendra ini? pakai "kak" pula lagi nyimpan namanya." Dengus kesal Nathan tiba-tiba. Lalu dengan segera lelaki itu beranjak dari tempatnya dan keluar dari kamar untuk menuju ke arah dapur. Nathan segera mengalungkan kedua tangannya ke pinggang Jessi. Menenggelamkan wajahnya dalam tengkuk gadis itu. Menciuminya merata hingga bermuara ke samping leher Jessi dan memberikan sedikit sengatan kecil yang nikmat untuk gadis itu. Hingga meninggalkan bekas disana. Sengaja Nathan melakukannya. "Kenapa kamu tiba-tiba menandai ku? kita mau masuk kuliah yang..." ucap Jessi dengan rengekannya. Tapi Nathan tidak peduli lagi. Lelaki itu segera memeluk erat tubuh Jessi.dari belakang dan merayap kan kedua tangannya ke atas dan bermuara ke bawah dagu dan di atas pusar Jessi. Lelaki itu meremasnya kuat disana. Seakan memerasnya. Jessi.yang merasakannya pun segera menggelinjang tidak karuan. "Kenapa dengan lelaki ini? pasti ada yang membuat Nathan marah." Ucap dalam hati hati Jessi saat itu. Lalu ia pun berusaha untuk menghadap kearah Nathan. Agar lelaki itu melepas remasan tangannya disana. "Ada apa yang?" tanya gadis itu. Lalu Nathan segera mematikan kompornya disana. Lelaki itu merasa kenyang seketika. Yang ada ia hanya ingin memberi pelajaran pada Jessi saat itu. Karena seumur-umur ia belum pernah di duakan oleh lawan jenisnya. Ia benar-benar merasa cemburunya sudah memuncak saat itu. Namun Nathan belum menyadarinya. Jika dirinya saat itu tengah cemburu. "Ada apa kamu bilang?" ucap Nathan yang saat itu segera melepas kemeja yang menjadi luaran yang ia kenakan. Membuangnya asal-asalan. Lalu menarik keatas hingga terlepas kaus putih yang menjadi dalamannya. Melepasnya lalu melemparnya keatas sandaran kursi di meja makan. Tatapannya nanar saat itu ketika melihat wajah Jessi disana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN