Aku Gak Apa-Apa Kok

1635 Kata
Farhan keluar dari mobil dan menghadapi keempat preman itu. Sebenarnya, Farhan harus segera sampai ke masjid. Namun karena keadaan tidak memungkinkan, Farhan terpaksa harus melawan preman-preman itu. “Maaf, ada apa ya? Kenapa kalian menghadang mobil kami,” ucap Farhan. “Lo lagi lo lagi. Ini kan mobilnya dokter itu kenapa lo yang bawa,” ucap preman 1. Kebetulan saya dan dia sedang ada tugas bersama. Jadi saya naik mobil dia,” ucap Farhan. “Kemarin lo boleh menang. Tapi kali ini kita pas menang,” ucap preman 2 sambil menunjukkan celurit di tangannya. “Abang-abang semuanya. Daripada kita bertengkar, lebih baik kita damai saja. Lagipula, sebentar lagi kan adzan dzuhur. Alangkah baiknya kita sholat terlebih dahulu,” ucap Farhan. “Hahaha preman lo ajak sholat? Ngaco!” ucap preman 3. “Bang, sholat itu wajib bagi umat muslim. InsyaAllah, sholat bisa memperbaiki kehidupan kita bang,” ucap Farhan. “Malah ceramah! Udah deh kalau lo mau selamat, mending lo pergi sana. Katanya lo mau sholat kan? Yaudah sana sholat,” ucap preman 4. “Yuk kita sholat sama-sama di masjid bang. Biar hati adem, bicaranya gak kasar, dan gak suka begal orang,” ucap Farhan menyindir preman-preman itu. “Kayaknya dia nyindir kita bos,” ucap preman 4 ke preman 1. “Biar dia gak nyerocos terus. Mending kita lawan dia,” ucap preman 1. “Sebenarnya kita gak tega melukai elo karena sebenarnya sasaran kita bukan elo. Tapi karena lo menghalang-halangi kita, kita gak segan-segan bikin lo celaka!” ucap preman 3. “Serang!!!!!” ucap preman 4. Keempat preman itu menyerang Farhan dengan celurit yang mereka bawa. Dengan kelincahan dan kemampuan bela diri yang mumpuni, Farhan berhasil menghindar dari pukulan dan serangan celurit itu. Preman-preman itu tak henti-hentinya menyerang Farhan. Saat mereka sedang berkelahi, polisi yang dipanggil Syifa akhirnya datang dan melerai perkelahian itu. Mengetahui kedatangan polisi, para preman itu langsung kabur. Namun sebelum kabur, salah satu dari preman itu berhasil membuat tangan kanan Farhan terluka hingga berdarah. “Polisi woy! Polisi,” ucap preman itu panik. “Kabur..kabur..” ucap preman lainnya. “Sreettttt,” salah satu preman itu melukai pergelangan tangan atas Farhan dengan celurit hingga membuat bajunya juga robek. “Aduhhhhh!” ucap Farhan kesakitan sambil memegangi pergelangan tangan atas. “Farhan!!!” teriak Karina dari dalam mobil kemudian keluar untuk membantu Farhan. “Bang Farhan!!!” ucap Syifa yang sama paniknya. Sesampainya di TKP (Tempat Kejadian Perkara), para polisi tidak berhasil meringkus preman-preman itu. Meski begitu, Karina sudah merekam aksi kejahatan mereka sehingga mempermudah penangkapan para preman itu. “Kita kehilangan jejak,” ucap Polisi. “Pak, saya punya barang bukti. Saya sudah merekam mereka dan wajah mereka terlihat jelas di video yang saya ambil,” ucap Karina sambil memperlihatkan video yang ia rekam tadi. “Baik, kami akan segera melakukan memburu para pelaku,” ucap Polisi. “Tolong kirimkan videonya ke handphone saya. Selanjutnya saya akan meneruskan ke tim saya untuk melacak pelaku,” ucap Polisi. “Boleh Pak. Silahkan,” ucap Karina. Setelah mengirimkan video preman itu, para polisi akan segera melakukan pelacakan terhadap para pelaku. Polisi sudah melihat kondisi Farhan dan menawarkan bantuan untuk membawa Farhan ke rumah sakit tapi Farhan menolak. Farhan lebih memilih pulang dan mengobati lukanya sendiri. “Mas mau kita bawa ke rumah sakit? Luka masnya cukup parah,” ucap Polisi karena melihat darah segar terus mengalir dari pergelangan tangan atas Farhan. “Tidak perlu Pak. Saya mau pulang saja, kamu bisa bantu aku kan Rin?” tanya Farhan ke Karina. Karina menganggukan kepala, “Syifa kamu bantu kakak kamu jalan ke mobil ya. Biar aku yang nyetir mobilnya,” “Iya kak,” jawab Syifa. “Pak, kami permisi dulu. Terima kasih sudah membantu kami,” ucap Farhan dengan sopan. “Baik. Kami akan segera menghubungi kalian lagi jika ada perkembangan dari kasus ini,” ucap Polisi. Ketiganya langsung pulang ke rumah. Syifa duduk di belakang bersama Farhan. Sementara Karina yang menyetir mobil. Panik? Jelas itu yang Karinna rasakan karena Karina tahu sebenarnya yang preman itu incar itu dia bukan Farhan. Para preman itu tak main-main dengan ucapannya waktu. Mereka benar-benar datang lagi dan ingin mencelakai Karina. Di Rumah Sesampainya di rumah, Karina langsung mengobati luka di tangan Farhan. Sebagai dokter, Karina tahu bagaimana cara mengatasi luka yang dialami Farhan dengan tepat. Setelah melakukan beberapa pertolongan pertama dalam menangani luka, kemudian Karina menutup luka itu dengan perban. “Aduh..aduh..” ucap Farhan karena merasa tangannya sakit dan perih. “Sakit ya? Maaf ya. Aku lebih pelan lagi nih,” ucap Karina. “Alhamdulillah. Sudah selesai,” ucap Karina. “Makasih ya. Kamu udah nolongin aku,” ucap Farhan. “Justru aku yang makasih sama kamu karena kamu udah nolongin aku. Para preman itu yang nyerang aku malam-malam. Aku pikir mereka gak datang lagi tapi ternyata mereka beneran mau bikin aku celaka,” ucap Karina. “Emangnya mereka siapa sih kak?” tanya Syifa. “Aku juga gak tahu Syif. Pas pertama kali aku ketemu mereka, mereka cuma ngancem aku buat gak jadi dokter di kampung ini. Aku tahu itu bisa berbahaya buat aku tapi kan aku gak bisa seenaknya putus kontrak gitu aja. Semua udah ada prosedurnya,” ucap Karina. “Kemarin aku udah lapor pak Lurah tapi aku belum tahu itu udah disampaikan ke atasan atau belum,” imbuhnya. “Astagfirullahaladzim,” ucap Farhan melihat jam sudah menunjukkan pukul 13.00. “Kenapa Far? Tangan kamu sakit lagi?” tanya Karina yang sangat panik jika terjadi apa-apa lagi terhadap Farhan. “Enggak.. aku gak apa-apa. Aku baru ngeh ternyata udah jam segini tapi aku belum ngejalanin tugas dan kewajiban aku. Aku belum bersih-bersih masjid dan aku juga belum sholat dhuhur,” ucap Farhan. “Kamu lihat kondisi kamu sekarang dong. Tadi kamu habis ngadepin preman, terus sekarang tangan kamu luka. Kamu tenang aja, nanti biar aku yang kasih tahu Ustadz Shadiq kalau kamu lagi sakit,” ucap Karina. “Pokoknya kamu harus sembuh dulu minimal sampai luka di pergelangan tangan kamu itu kering,” imbuhnya. “Ci..cii..ciieeee… Kak Karina perhatian banget sama Bang Farhan uhuy,” ucap Syifa malah menggoda Farhan. “Ini lagi abangnya lagi sakit malah di cie-ciein,” ucap Farhan. “Abisnya kalian romantis sih. Kan aku juga pengen kayak gitu,” ucap Syifa. “Kamu mau sakit? Udah gak usah berharap yang aneh-aneh,” ucap Farhan. “Ih.. bukan sakitnya tapi romantisnya. Gini ya kalau ngomong sama orang yang udah lama gak pacaran, gak ngerti bahasa keromantisan yang hakiki,” ucap Syifa. “Abang malah nyesel dulu pernah pacaran. Pacaran itu dosa dan dilarang dalam Islam,” ucap Farhan. “Nanti kalau abang mau nikah, abang gak mau pacar-pacaran tapi langsung abang lamar,” ucap Farhan dengan tegas. “Gegayaan ngomong kayak gitu. Kayak udah ada pasangan aja,” ucap Syifa. Sementara itu, Ibu Farhan yang baru pulang dari masjid langsung khawatir melihat sang anak terluka. Ternyata benar kekhawatiran yang Ibunya rasakan tentang Farhan. “Farhan, tangan kamu kenapa?” tanya ibunya yang sangat khawatir dengan keadaan Farhan. “Farhan gak apa-apa kok Ma. Cuma luka dikit aja,” jawab Farhan. “Apa benar Syif?” tanya Ibuya pada Syifa. “Iya Ma. Bang Farhan gak apa-apa kok. Tadi Bang Farhan cuma kena celurit aja,” ucap Syifa malah membuat ibunya semakin khawatir. “Astagfirullahaladzim. Kena celurit kamu bilang gak apa-apa? Itu bahaya loh,” ucap Ibunya. “Bukan aku yang bilang Ma tapi bang Farhan,” ucap Syifa. “Kamu ngapain ngasih tahu Mama sih Syif,” ucap Farhan. “Mama tanya sih. Berarti gak salah dong kalau aku jawab,” ucap Syifa. “Kok kamu bisa kena celurit? Siapa yang udah bikin kamu kayak gini? Biar Mama omelin,” ucap Ibunya. “Udah Ma, gak perlu diperpanjang lagi. Toh pelakunya udah dicari polisi dan Farhan yakin sebentar lagi pasti mereka ketangkep,” ucap Farhan. “Ngomong-ngomong Mama kenapa baru pulang dari masjid?” tanya Farhan melihat ibunya menenteng tas berisi mukena. “Tadi Ustadz Shadiq nanyain kamu karena kamu belum ada di masjid. Ustadz Shadiq minta kamu bersihin lantai soalnya lantainya kotor. Karena Mama gak tahu kamu dimana, jadi Mama yang bersihin lantainya. Perasaan Mama gak enak, Mama khawatir kamu kenapa-napa karena kamu belum sampai-sampai juga di masjid,” ucap Ibu Farhan. “Maafi Farhan ya Ma. Gara-gara Farhan, Mama yang jadinya bersihin masjid,” ucap Farhan. “Kamu gak usah pikirin Mama. Yang harus kamu pikirin itu diri kamu sendiri tuh yang lagi sakit. Lain kali kalau ada yang ngajak berkelahi gak usah kamu ladenin,” ucap Ibunya. “Ma, sebenarnya itu…” ucap Syifa tapi dipotong oleh Farhan. “Syifa, sudah ya jangan diperpanjang lagi,” ucap Ibunya. “Ma, Farhan sholat dhuhur ya,” ucap Farhan lalu berdiri. “Tapi tangan kamu kan masih sakit Far? Kamu yakin bisa sholat?” tanya Karina. Farhan tersenyum lalu berkata, “Sholat itu wajib bahkan orang yang sakit pun tetap diwajibkan untuk mendirikan sholat,” Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam bersabda: “Shalatlah sambil berdiri, jika kamu tidak mampu sambil duduk, dan jika kamu tidak mampu, sambil berbaring miring.” (HR. Bukhari No. 1117). “Aku itu cuma sakit sedikit di tangan. Aku masih bisa ambil wudhu dan aku juga masih mampu shalat dengan berdiri. Jadi, gak ada alasan untuk aku gak sholat,” ucap Farhan. “Jadi begitu. Maaf ya aku gak tahu. Aku pikir kalau sakit boleh gak sholat,” ucap Karina. “Ya udah aku sholat dulu ya,” ucap Farhan lalu meninggalkan ruang tamu. “Kak Karina udah sholat belum?” tanya Syifa. “Belum,” jawab Karina. “Kita sholat bareng yuk,” ucap Syifa. “Yuk,” jawab Karina. “Ini pakai mukena Tante aja Rin,” ucap Ibu Syifa memberikan mukena untuk Karina. “Makasih ya Tante,” ucap Karina mengambil mukena itu lalu sholat bersama Syifa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN