Saling Memandang

1695 Kata
Yudit kemudian mengikuti langkah Fazran melihat lebih dekat setiap karyawan yang sedang melakukan tugasnya. Sampai kemudian dia berada dekat dengan Danita yang kelihatan lelah tapi juga antusias dengan apa yang dia lakukan. Rambut wanita itu sampai basah oleh keringat tapi sepertinya tidak ada niat untuk menguncirnya. Hal itu membuat Yudit mengingat lagi saat dia dan Danita sama-sama penuh peluh setelah melakukan percintaan panas. Wajah Danita yang kelihatan lelah tapi puas, kemudian rambut berantakan tapi menambah kesan seksi. Juga titik keringat yang membuatnya hilang kosenterasi. Danita dalam keadaan itu memang sempat membuat Yudit terpana, Danita yang terlihat sangat cantik setelah pelepasannya. “Istirahat dulu, guys. Kita makan malem dulu.” Kata Inez berseru, manager bagian divisi desain yang menjadi ketua panitia untuk event besar nanti. Seruan dari Inez tadi disambut desahan lega dari banyak karyawan yang akhirnya bisa berintirahat. Inez tertawa saja melihat anak buahnya yang sudah kelaparan. Untuk makan malam kali ini akan ditalangi oleh direktur utama mereka sendiri yang tadi saat rapat sudah mengatakan akan mentraktir semua yang terlibat dalam acara ini di salah satu restoran all you can eat paling dekat dengan kantor. “Ayok, Ta. Kenapa masih ngukur aja.” Riah menegur Danita yang tetap mengukur baju-baju. Danita menoleh pada Riah, “kayaknya gue nggak ikut deh. Ini kan buat kalian. Aku cuma nimbrung doang di sini.” Mendengar apa kata Danita, seketika Riah menjentikan jarinya di dahi Danita yang tanpa poni. “Nggak usah sok nggak enak. Ini pak bos langsung yang traktir, nggak bakal bangkrut kasih makan elo sekali doang, paham?” Tanpa persetujuan dari Danita, Riah sudah menarik tangan Danita dan membawa serta tas milik Danita agar temannya itu akhirnya pasrah untuk mengikutinya. “Ih, pelan-pelan kali. Ini gue jalannya susah!” Danita protes dengan Riah yang masih menarik tangannya. Saat mereka sampai di sepan pintu ruangan dimana di sana berdiri Fazran, direktur utama mereka. Baik Riah atau Danita kemudian merubah sikap mereka menjadi sopan. Mereka melewati direktur mereka sambal menyapa. Tapi mata Danita sempat bertemu pandang lagi dengan Yudit yang berdiri di belakang Fazran. Danita bersikap biasa saja walau dia sempat menyunggingkan senyum. Ibarat itu hanya senyum saling menyapa saja untuk menunjukkan keramahan. Yudit memang mencari mata Danita hingga kemudian mereka saling pandang. Dia tetap diam saat wanita itu tersenyum kecil padanya yang dia tahu maksudnya hanya untuk menyapa saja. Tapi matanya tetap mengkuti Langkah Danita sampai tidak terlihat lagi karena masuk ke dalam lift sementara dirinya masih harus menunggu Fazran yang tengah berbicara dengan manajer pemasaran. Yudit tiba di restoran tempat Fazran akan mentratir pegawai untuk event besar mereka setelah selama 15 menit para pegawai menunggu. Setelah Fazran mengatakan kalau boleh mulai mengambil makanan, para karyawan mulai berpencar ada yang ke toilet, ada yang langsung memburu piring pertama di prasmanan, ada yang memilih untuk mengambil minuman dulu. “Elo yakin bakal ngabisin itu semua, Pril?” tanya Danita pada April yang pirirngnya sudah seperti tumpeng. April, salah satu desainer menambahkan banyak makanan ke atas piringnya seperti nanti dia harus melakukan pekerjaan super berat sehingga dia harus mengisi banyak tenaganya. “Bisa, dong. Badan gue doang yang kecil, tapi mulut gue gede. Kalo makan porsinya kayak elo, dua jam lagi gue bakal laper.” Kata April yang menunjuk porsi makan Danita yang memang tidak banyak. “Pak bos kalo traktir elo tiap hari bakal bangkrut beneran keknya.” April dan Riah tertawa mendengar Danita yang memikirkan keuangan bos mereka. “Bia raja dah, Ta. Ini anak kalo ditraktir emang suka ngelunjak. Lu jangan sekali-kali ngajak dia jalan makanya. Pajak jalannya banyak!” Riah menimpali. “Asem lu! Gue juga tahu diri kali!” Danita menggelengkan kepalanya merasa heran. Danita sendiri tidak diet tapi dia memang tidak bisa makan banyak-banyak. Semangkuk mie ayam saja kadang membuat Danita kewalahan menyantapnya sampai habis. Saat semua kembali ke tempat duduk. Posisinya sudah berubah lagi, kini posisi Yudit berhadapan dengan Danita dan hanya dibatasi oleh meja di tengah mereka. Danita sedikit terkejut dengan hal itu karena tadi dia yakin di depannya duduk karyawan cowok dari marketing yang bisa buat cuci mata. Tapi sekarang berubah menjadi Yudit, si pria one night stand—walau tidak begitu kenyataannya, karena mereka melakukannya berkali-kali—namun sekarang sudah menjadi stranger lagi. Danita mengedikkan bahunya tidak peduli. Ini cuma kebetulan. Sedangkan Yudit juga memakan makanannya dengan tenang. Dia bisa merubah posisi duduknya karena mengikuti Fazran. Dia juga mengambil porsi kecil karena nanti Fazran akan menemui klien dan pasti mereka akan disuguhi makanan lagi. Setelah menghabiskan makan malamnya, dia menghabiskan dengan fokus pada tab yang dia bawa. Tab itu berisi semua kegiatan dari Fazran yang akan dia teliti lagi sebelum dia berikan pada Fazran setiap paginya. Tapi yang Yudit tidak sadari adalah beberapa karyawan perempuan tampa terpesona dengannya. Meski sudah lama Yudit bergabung di perusahaan ini, mengikuti Fazran. Tapi tidak banyak hal yang diketahui oleh karyawan lain soal Yudit. Bahkan karyawan laki-laki pun merasa demikian. Yudit kelihatan tertutup walau tetap bertindak baik juga kalau seseorang butuh bantuan. Hanya saja untuk bergaul Yudit tampak kelihatan pemilih itu yang ada di benak mereka. “Asisten bos kalo diem aja ganteng banget, ya.” April yang duduk di sebelah kanan Danita berbisik. Danita yang masih mengunyah makanannya sedikit tersedak namun pada akhirnya dia bisa mengendalikannya. “Elo suka dia?” kata Danita menanggapi. “Ya kalo engga suka Namanya rabun. Suka kan bisa berarti apa aja, gue sih suka karena style dia simple tapi keliatan trendi. Dia nggak pernah salah kostum dan dandanannya keren banget dan nggak ngebosenin.” Sebagai desainer, April tentu memperhatikan style pakaian berbagai orang untuk dia pelajari dan tidak akan menghujat karena setiap orang punya gaya sendiri. Walau dia kadang gemas ketika melihat padu padan yang kadang terlalu nabrak dan nyeleneh meski sekarang trend itu tengah berlangsung. Nah penampilan Yudit ini dia suka karena sangat menyegarkan untuk dilihat. Rambutnya terkadang di tata menutupi jidat atau diangkat ke atas tergantung pakaian yang digunakan. Menurut April juga, Yudit ini tahu banyak soal merek pakaian dan tidak melulu soal jas mahal tapi juga kesesuaian dan kenyamanan. Dia acungi jempol untuk Yudit soal ini. Danita jadi ikut-ikutan memperhatikan Yudit dan penampilan pria itu hari ini. Yudit mengenakan setelah hitam tapi dengan kemeja cokelat muda di dalamnya. Tapi kalau tidak salah sepatunya juga berarna cokelat. Kemudian yang paling membuat penampilan Yudit bersinar adalah dahi pria itu yang terlihat karena rambutnya di tata ke atas. Pokoknya Danita memang tidak akan membantah soal Yudit memang ganteng juga menawan. “Ekhm.” Danita pura-pura berdehem saat Yudit tiba-tiba mendongakkan kepalanya dan dirinya ketahuan sedang memperhatikan pria itu. April yang melihat itu sudah terkekeh mengejek pada Danita. “Ke gep deh leo.” “Ck! Elo sih yang mule!” decak Danita kesal. “Yaelah kan elo tahu sendiri, di grup karyawan cewek asisten pak bos itu jadi topik terpanas yang tidak pernah tergoyahkan.” Mereka berdua masih mengobrol sementara teman-teman lainsudah beberapa kali bangkit dari kursi untuk menambah makanannya. April juga demikian, dia meninggalkan Danita dan bergabung dengan Riah yang mengantri di meja prasmanan. Kini bangku di kanan dan kiri Danita kosong dan membuatnya meras akikuk karena kini dia yang mendapati Yudit sedang memperhatikannya. “Dengan kak Danita?” Danita menoleh saat tiba-tiba seorang pelayan menyapanya. “Eh iya, benar. Ada apa ya?” tanya Danita bingung. “Ini, ada makanan penutup untuk kakak.” Si pelayan itu menyajikan cake berukuran sedang ke hadapan Danita. Cake yang berlumur cokelat. “Loh kok. Tapi saya nggak pesan apa pun loh, kak.” Danita tidak mengerti tiba-tiba pelayan restoran memberinya desert yang tampak mahal dan dia yakin restoran ini tidak menjualnya. “Iya, kak. Kakak memang tidak memesan tapi ada seseorang yang menitipkan pada kami untuk memberikannya pada kakak.” Jelas si pelayan yang kemudian pamit dan meninggalkan Danita yang masih bingung. Danita menatap pada kue cokelat yang dia yakin harganya mahal. Dan sepertinya dia familiar dengan kue ini karena pernah memakannya. Tapi dia tidak yakin apakah kue yang sama. Beberapa orang yang menyadari Danita mendapatkan kue itu pun heboh, mereka sudah memerintah Danita untuk memotong kue dan membagikan. “Sabar, guys. Gue nggak tahu ini siapa yang kasih, lho... kalian mau keracunan nanti kalo ternyata ada yang nggak beres?” Danita  kesal kerena teman-temannya tidak sabaran. “Whoaaa!! Elo beli dimana itu?” Riah kembali bersama April dan langusng berseru melihat ada cake cokelat di hadapan Danita. “Wah wah! Elo punya pengagum rahasia nih, fix!” kata April setelah Danita menceritakan kronologi bagaimana dia mendapatkan kue ini. “Jangan ngaco! Nanti kalo gue mati abis makan ini gimana?” timpal Danita. “Ya itu takdir.” Celetuk Riah yang langsung mendapatkan tabokan dari Danita yang kesal. “Pengen gue cekek, ya?” Danita akhirnya memutuskan untuk memotong kue itu dan melihat dalamnya untuk memastikan. Setelah mengambil satu slice, Danita baru menyadari kalau ini adalah cheesecake dengan bagian luarnya yang dibalut cokelat. Dan dia akhirnya ingat kalau dia pernah makan desert ini saat dia sedang berdua dengan Yudit di apartemennya. Dia memesan lewat ojol kala itu. “Eh ini mall apa sih?” Tanya Danita. “Lah elo tiba-tiba ilang ingatan?” April bertanya balik. “gue duah tahu... Cuma memastikan.” “Kalau gitu nggak usah, karena mallnya belum ganti nama.” Danita mendengus kesal pada April dan kini dia mendongakkan kepalanya agak ragu. Tapi sekali lagi dia mendapati Yudit dengan menatapnya. Mereka bersitatap kali ini, dan lewat ini Danita sedang memastikan kalau Yudit lah pelaku di balik cake yang tiba-tiba ada di hadapan Danita. Kenapa Danita menganggapnya demikian? Sebab cuma Yudit yang tahu kalau Danita pernah makan ini. Danita waktu itu memesan karena penasaran saja dan kebetulan jadi suka tapi belum pernah order lagi untuk kedua kalinya karena harus membeli minimal ukuran sedang. Jadi dari situ Danita menyimpulkan Yudit lah yang membelikannya cake ini dan sepertinya toko kuenya juga ada di dalam mall tempat mereka makan saat ini. Dari tatapan Danita seolah dia sedang bertanya: “apa kamu yang membelinya?” Dan Yudit menganggukkan kepalanya seperti bisa membaca pikiran Danita. Walau begitu Danita terkejut juga. Dia tidak mengerti Yudit bersikap begini setelah mereka saling menjauh. Membelikan makanan seperti ini bisa berpotensi membuat perempuan terbawa perasaannya. Namun Danita yang sudah memutuskan untuk mengakhiri interaksi dia dan Yudit pun malah memberikan cake itu pada teman-temannya. Mereka langsung kegirangan diberi makanan penutup yang kelihatan enak itu. Sedangkan Danita tersenyum lebar seolah itu tindakan yang biasa saja. Dan saat mereka untuk kesekian kalinya saling bertatapan, Danita bisa melihat wajah Yudit yang berubah keruh. Pria itu tampak tidak suka dengan tindakan Danita. Tapi sekali lagi Danita menekankan pada dirinya sendiri kalau interaksinya dengan Yudit memang harus dihentikan. Mereka sudah selesai sejak Yudit keluar dari apartemennya pagi itu.   /// Instagram: Gorjesso Puwokerto, 10 September 2020 Tertanda, . Orang yang lagi dengerin lagunya BTS yang Dynamite Oh iya, aku juga mau kasih info kalau ada yang nggak sinkron antara cerita Yudit sama Fazran. Iya, memang aku nggak sinkronkan, agak susah dan akhirnya aku bikin setting time baru lagi. huhu.. semoga kalian tetep suka sama ceita ini ya, kak..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN