Yudit berhasil mengobati lukanya sendiri sampai membuat Danita keheranan. Sejak tadi Danita tidak berani mendekati Yudit yang dengan lihainya menggunakan peralatan yang biasanya dia lihat di rumah sakit itu. “Kamu beneran nggak mau ke rumah sakit?” tanya Danita dengan kalimat yang sama untuk kesekian kali pada Yudit. Yudit yang baru saja selesai menempelkan plester untuk merekatkan kain kasa pun menoleh pada Danita. Pria ini mengangguk sebagai jawaban. “Tapi nanti kalau—“ “Aku baik-baik saja,” potong Yudit, karena wanita yang duduk terpisah di sofa single itu terus membujuknya untuk pergi ke rumah sakit. Danita memajukan bibirnya karena kesal. Dia ‘kan cuma khawatir kalau Yudit infeksi. Lukanya bukan luka biasa. Itu melintang panjang dan untungnya tidak melebar juga tidak membutuhkan