KEDATANGAN MAS MOONDY

1043 Kata
"Ngi ... " "Kenapa Lan ?" "Kayanya ada yang sudah mulai jatuh cinta sama kamu." "Maksudmu ?" "Siapa pria yang mengantarmu pulang kerja tadi malam ?" "Kok kamu tau ? Cepet banget ya mas Moondy cerita. Dia Amir, temanku. Kerja di toko baju sebelah toko roti tempatku bekerja." "Moondy marah-marah tadi malam saat tau kamu diantar pulang oleh pria lain." "Kenapa harus marah ? Bukannya selama ini dia gak pernah perduli kepadaku ?" "Mungkin dia cemburu." "Itu sangat tidak mungkin." "Tidak ada yang tidak mungkin Ngi. Percayalah padaku, suatu saat nanti Moondy pasti akan mencintaimu." "Aku sudah tidak berharap untuk itu. Akupun sekarang sudah mulai terbiasa hidup seperti ini. Lebih baik kamu ajak mas Moondy untuk kembali tidur denganmu. Tidak perlu berusaha adil padaku. Aku tidak akan menuntutnya." "Ngi ... " "Sekarang hal yang paling kuharapkan adalah bercerai dari mas Moondy." "Ngi ! Tolong jangan bicara seperti itu." "Bulan, tidakkah kamu ingin memiliki mas Moondy seutuhnya ? Biar aku yang pergi. Toh aku sama sekali tidak diharapkan oleh mas Moondy untuk menjadi istrinya." "Aku bahagia menjalani ini Ngi. Sungguh ini aku ucapkan dari hatiku yang paling dalam. Aku tidak ingin kamu bercerai dari Moondy. Tolong jangan lakukan itu." "Entahlah. Yang jelas aku hanya ingin segera mengakhiri semua. Aku capek. Kamu bisa bicara seperti itu karena kamu gak pernah ngrasain gimana rasanya jadi aku." Aku beranjak pergi meninggalkan Bulan. Ku pikir Bulan sudah mulai tak waras. Dia ini malaikat atau manusia sebenarnya ? Bagaimana bisa dia mau bertahan dengan pernikahan poligami ? Tidakkah dia cemburu saat mas Moondy tidur denganku ? Aku saja yang belum pernah merasakan tidur dengan mas Moondy kadang tidak rela jika dia bersama Bulan. "Ngi .... Aku nanti malam akan pulang ke rumah orang tuaku." Ucap Bulan menghentikan langkahku. Aku berhenti. "Berapa lama ?" "Sampai habis lebaran. Mungkin H+3 aku baru kembali." "Aku titip Moondy ya ? Aku yakin selama kalian bersama, Moondy akan semakin memahami kamu." "Kamu gak sama mas Moondy ?" "Tidak Ngi, Moondy kan harus pulang juga kerumah orangtuanya, bersama kamu. Nanti mereka bisa curiga. Karena kan setau orangtua Moondy kamu adalah menantu mereka." "Apa orangtuamu tidak akan menanyakan keberadaan penting mas Moondy di moment seperti ini ?" "Nanti setelah lebaran. Aku sudah membicarakan ini pada Moondy, dan orang tuaku juga sudah cukup memahaminya." "Kenapa tidak segera membuat pengakuan kepada orangtua mas Moondy ?" "Tidak semudah itu Ngi." "Oh .... Kamu berangkat kapan ?" "Aku akan berangkat sore nanti. Aku sekalian pamit ya Ngi. Aku sangat berharap di pertemuan kita setelah lebaran nanti hubungan kita bertiga semakin menjadi lebih baik." Bulan memelukku. Kurasakan kesungguhan yang begitu mendalam dari dalam dirinya. "Iya. Kamu hati-hati ya ?" *** Jam sudah menunjukkan jam 9 malam. Seperti biasa toko kami tutup. Setelah semuanya beres kami semua pada bersiap untuk pulang. Pekerjaan hari ini cukup membuat kami lelah karena banyak yang order untuk persiapan lebaran. Aku beranjak untuk pulang, namun ada pemandangan aneh di depan toko. Mobil pajero hitam dengan kokohnya terparkir rapi di area parkir kami. Seorang pria turun dari dalam mobil. Menggunakan kaos berkerah warna hitam, celana cargo selutut semakin membuat pria itu tambah tampan. Ya dia adalah mas Moondy. Mataku membulat lebar melihat mas Moondy datang ke tempat kerjaku. "Selamat malam. Mohon maaf toko kami sudah akan tutup. Adakah yang bisa kami bantu ?" Tanya Arini menyambut mas Moondy. Mas Moondy melepas kaca mata dan tersenyum manis pada Arini, selanjutnya dia berjalan ke arahku. "Halo sayang." Sapa Moondy dengan senyum manisnya kepadaku. "Mas Moondy ngapain kamu disini ?" Tanyaku sedikit berbisik. Aku kaget. Kurasa hari ini tidak ada perubahan cuaca, kenapa bisa dia datang ketempat kerjaku ? "Weladalah sopo iki Ngi, bagus banget masnya, kaya artis Feri Salim lho. Kamu kenal ?" Puji Arini di depanku. "Hai, saya Moondy." Ucap mas Moondy sambil mengulurkan tangannya pada Arini. "Saya Arini." Balas Arini. "Saya suami Pelangi." Lanjut mas Moondy sambil melepaskan tangan Arini dan merangkul pinggangku. "Hah ?" Arini kaget. Spontan dia langsung menoleh kepadaku. Aku tersenyum kecut melihat Arini yang sedang bingung. Aku menatap heran pada mas Moondy. Kugerak-gerakkan pundakku agar tangan mas Moondy menyingkir dari pundakku. Sedang memiliki rencana apa dia kepadaku. Kemarin-kemarin dia tak pernah memperdulikanku, tapi malam ini dia ke tempat kerjaku dan memperkenalkan diri bahwa dia suamiku di hadapan teman-temanku. "Pelangi." Amir tiba-tiba saja mendatangi kami. Aku hanya memberikan senyuman pada Amir. Kulirik mas Moondy. Dia menatap Amir penuh dengan selidik. "Ngopo Mir ?" Tanya Arini. "Aku cari Pelangi. Mau tak ajak pulang bareng kaya kemarin, barangkali mau." Jawab Amir polos. "Tidak perlu !" Sahut mas Moondy. "Sopo koe ?" Tanya Amir balik. "Saya Moondy AlSegara pemilik restauran Segara Grub, suami Pelangi." "Hah ?" Amir kaget. Dia memandangku tak percaya. Sama juga dengan Arini. Kuyakin mereka berdua sekarang penuh tanda tanya kepadaku. Dan sekarang yang aku fikirkan adalah apa yang terjadi setelah ini. "Sayang, bosmu masih disini ?" Tanya Mas Moondy sambil merengkuh bahuku. Manis sekali sikapnya. "Kenapa ?" "Sekalianlah minta ijin besok untuk tidak masuk, kita akan pulang besok pagi ke Solo." "Hah ?" Kali ini aku yang kaget. "Bu bos sudah pulang mas, tadi sekitar jam 8." Arini menyahut. "Oh begitu. Yaudah besok nitip ijin ya untuk Pelangi. Atau biar besok saya telpon langsung saja." "Mas Moondy memang kenal?" Tanyaku penuh heran. "Bu Sonya kan bos kamu ? Kenal dong sayang kita pernah beberapa kali menjalankan projek bersama." Jawabnya. Aku menggelengkan kepalaku. Betapa sempitnya Semarang ini. Kepalaku semakin pusing melihat Amir yang masih berdiri membatu di depan kami dengan wajah bengongnya. Aku yakin telah menyakiti hatinya karena hal ini, sementara dia menaruh harap padaku dan aku membohonginya tentang pernikahanku. "Yaudah kalau gitu, ini toko mau tutup jam berapa ?" "Ini udah beres kok mas. Tinggal nutup toko aja mas. Kalau mau pulang duluan ga pa-pa mas sama Pelangi." Kata Arini. "Yasudah kalau begitu kami pamit dulu ya. Ayo sayang kita pulang." Gandeng mas Moondy. "Dan kamu bro, dia istriku. Dia sudah bersuami, tidak perlu repot-repot untuk mengantar dia pulang, paham !" Kata Mas Moondy sambil menepuk bahu Amir. "Ayo sayang kita pulang." Ajak mas Moondy. "Mas Moondy duluan saja, aku pamitan dulu sama teman-teman." "Oke sayang, jangan lama-lama ya, kamu harus istirahat dulu buat persiapan perjalanan kita besok." Mas Moondy masuk mobil duluan. "Aku pamit dulu ya Mir, Rin." Pamitku. "Iya Ngi, ati-ati yaa."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN