fahran dan Fahri adalah anak dari ustad Hadi yg disegani di desa tempat mereka tinggal, Fahri kerjany selalu mengikuti sejak Abi ny sebagai guru mengaji, sedangkan Farhan kerjany mabuk,judi, dan n*****a.
suatu ketika mereka di sekolah kan di pondok pesantren, Farhan lari, dan dia ikut bandar n*****a, wajah mereka sangat mirip sehingga susah membeda kanny, Farhan sudah kehabisan uang, udah ngak tau lagi mau minta sama siapa, sementara bos yg dia ikuti menyuruh dia untuk menyiapkan dana yg begitu besar tuk modal n*****a mereka, Farhan pulang ke kampung ny, untuk mencuri sertifikat rumah, di obrak-abrikny lemari uminy, seketika itu abiny pulang dan melihat kelakuan Farhan. Farhan lalu cepat- cepat mengambil sertifikat itu langsung mendorong abiny hingga jatuh, d**a abiny sakit, mungkin karena jantungny kumat, Farhan langsung pergi begitu saja, tidak dipedulikanny lagi abiny itu, hingga akhirnya abiny meninggal dunia. Umi melihatny langsung histeris menangis.orang-orang kampung pada datang ber ramai-ramai kerumah umi, untuk takziah, Fahri yang di kasih kabar bahwa abiny meninggal, langsung pulang dari pondok pesantren saat itu juga, Fahri tak habis pikir dengan kelakuan kembaranny, gara-gara kembaranny Abi mereka meninggalkan. ke esokkan hariny datang pak Jumadi kerumah umi, Farhan menjual rumah itu kepada pak Jumadi. pak Jumadi menyuruh umi dan Fahri untuk mengosongkan rumah itu, Pak kasi lah waktu kami seminggu disini nnti malam masih malam kedua tahlilan armahum suami saya, ucap umi sambil menangis, warga disana sedih melihat nasib mereka, ada yang menawarin untuk tinggal dirumahny sampai mereka dapat rumah sewa. memang Farhan ngak punya hati, udah nyebabkan abiny meninggal, rumah warisan satu-satunya dari kakek Farhan pun dijual, kata salah satu warga disana.
" Ya Allah begini kah ujian yang engkau berikan kepada kami sampai-sampai kami ngak bisa tahlil Abi ngak bisa kami laksanakan dirumah ini sampai malam ke tujuh, Fahri bergumam sendiri sambil merutukin kembaranny, mas Farhan sampai hati kau buat hidup kami seperti ini, air mata tak henti mengalir di pipi Fahri.