11. Mister Ed

1252 Kata
Lima tahun menjalin hubungan asmara bersama Kenandra, sehingga teman-teman Tisa pun sudah mengenal dengan baik sosok lelaki tampan yang malam ini menemani Tisa mendatangi acara pesta ulang tahun pernikahan salah satu pengusaha terkenal di kota ini. Dengan posesif Ken melingkarkan tangan di pinggang Tisa, menunjukkan kepemilikan atas diri si wanita. Tisa sendiri pun selama ini juga sangat membanggakan Ken. Bagi Tisa, memiliki kekasih seorang pria tampan dan pekerja keras seperti Ken adalah anugerah terindah yang dimiliki setelah sang suami meninggal dunia enam tahun silam. Ken memang tidak sekaya keluarganya, juga bukan golongan pengusaha besar seperti mantan suaminya. Tapi Ken adalah lelaki hebat yang mampu mencintainya dan juga mencintai Chiko dengan tulus. Bagi Tisa akan sangat sulit mendapatkan pria yang mau penerimanya apa adanya yang seorang janda dengan satu orang anak. Oleh karena itulah Tisa tidak keberatan meski hingga berjalan lima tahun Ken masih juga menggantung hubungan mereka. Ada alasan kuat kenapa Ken melakukan itu semua karena perbedaan keyakinan di antara mereka. Tisa tidak mendapat ijin dari keluarga besarnya jika harus mengikuti keyakinan Ken, pun halnya dengan Ken. Sebenarnya pria itu tidak keberatan mengikuti keyakinan yang di anut Tisa. Tapi yang jadi masalah besar adalah mamanya Ken. Tisa tahu betul betapa Ken sangat mencintai mamanya karena pria itu hanya memiiki mama dalam kehidupannya. Papa Ken telah meninggal dunia dan Ken adalah anak tunggal. “Cel, happy anniversary, ya." Tisa dan Celine saling berpelukan dan mengecup pipi masing-masing sementara Ken mengulurkan tangan mengucapkan hal yang sama pada suami Celine. Mereka terlihat akrab. Banyak obrolan tak hanya dengan si pemilik acara tapi juga para tamu undangan yang datang dan sebagian besar adalah teman teman Tisa. Hingga kedatangan seorang lelaki menarik perhatian semua. Lelaki yang begitu saja memeluk Celine dan mereka tahu jika lelaki itu adalah kakak lelaki Celine. “Sory terlambat datang.” “Kau ini kak ke mana saja? Jangan sibuk dengan kerjaan terus. Ingat usia. Bahkan aku saja sudah setahun menikah dan kamu masih betah jadi jomlo. Mana datang sendirian dan tidak membawa pasangan. Seenggaknya bawa seorang wanita untuk kamu kenalkan sebagai kekasihmu.” Omelan sang adik hanya ditanggapi Edward dengan kekehan. Adiknya memang secerewet itu sama dengan nenek dan ibunya. Para wanita di keluarga Johnson memang selalu mengoloknya karena di usia kepala tiga masih betah juga melajang. "Kau tenang saja. Dalam waktu dekat, aku pasti akan membawanya ke hadapan kalian semua." "Wow! Rupanya kau sudah menemukan wanita yang sesuai kriteria?" "Ya seperti itulah. Wanita yang tidak hanya cantik wajahnya. Tapi juga terlihat sederhana dan auranya mampu memikatku. Sosok wanita biasa dan baik hatinya yang kelak akan menjadi ibu dari anak-anakku." Meski belum kenal secara dekat, Edward sudah seyakin itu bahwa wanita yang baru satu kali ditemuinya adalah sosok wanita yang sesuai dengan kriterianya sebagai calon istri. Wanita biasa, sederhana, tak hanya cantik wajahnya tapi juga hatinya. Hanya dengan mengingat bagaimana wanita itu yang malu-malu kala tak sengaja beradu pandang dengannya, sudah membuat Edward senyum-senyum sendirian. Dan itu sangat menggelikan. "Segera bawa dia ke hadapan keluarga sebelum kau benar-benar jadi gilaa!" seru Celine yang tidak tahan melihat ekspresi menjengkelkan kakak lelakinya. ••• Satu minggu berlalu. Selama itu pula kehidupan Ana kembali tenang karena Kenandra tidak pernah lagi menampakkan batang hidungnya. Ana juga kembali merasakan kenyamanan tinggal sendirian di apartemen. Tidak seperti saat ada Ken, yang meski hanya satu hari tapi sanggup membuat Ana mati gaya karena tidak bebas berkeliaran di luar kamarnya. Dan pagi ini, ponselnya berdering membuat kening Ana mengernyit saat melihat nama ibu mertuanya yang menelepon. Gugup, tentu iya. Jarang-jarang mertuanya ini menghubungi dan mungkin baru dua kali ini mama Arum meneleponnya semenjak dia resmi menjadi menantu. Setelah menenangkan dirinya, barulah wanita itu berani menjawab panggilan telepon tersebut. "Assalamualaikum, mama." Ana menyapa dengan nada lembut dan penuh kesopanan. "Waalaikumsalam, Ana. Bagaimana kabar menantu mama?" "Alhamdulillah saya baik. Mama sendiri?" "Mama juga baik dan akan lebih baik lagi jika bertemu kalian. Mama rindu dengan kalian berdua. Setelah menikah, kalian berdua melupakan mama dan tidak mau mengunjungi mama." Ungkapan yang sama juga kerap dilontarkan oleh mama kandungnya sendiri, yaitu mama Kartika. Bukan Ana tidak ingin pulang. Ana yang tidak terbiasa jauh dari keluarga tentu saja sempat merasakan kerinduan yang sangat besar pada keluarganya. Mama, ayah dan kakak lelakinya yang tinggal di kampung halaman. Hanya saja, Ana sengaja tidak pernah pulang kampung karena takut diberondong banyak pertanyaan oleh keluarganya seputar kehidupan rumah tangganya dan juga suaminya. Akan sangat aneh jika dia pulang seorang diri tanpa sang suami, sementara Ana sendiri tidak pernah tahu di mana keberadaan Kenandra. Sehingga Ana memutuskan untuk menahan diri sampai waktunya tiba ketika dia berhasil membawa Kenandra pulang kampung suatu hari nanti. "Bukan begitu, Ma. Kami memang sedang sibuk dengan pekerjaan. Apalagi saya yang masih terbilang karyawan baru. Kemungkinan baru bisa pulang kampung di saat liburan sekolah tiba." "Berarti keputusan mama sudah tepat. Mama ingin ke kota saja mengunjungi kalian berdua. Apakah Ken sudah pernah mengatakan padamu, Ana?" "Oh, sudah kok, Ma." "Ana tidak keberatan kan jika mama datang?" "Tentu saja tidak. Saya pasti akan senang karena ada mama itu berarti saya akan ada teman." "Kamu memang menantu mama yang baik." "Kapan rencananya mama akan datang?" "Rahasia. Biarlah akan menjadi kejutan untuk kalian berdua." Tidak tahu saja jika Ana langsung panik dibuatnya. Bahkan setelah Mama Arum menutup panggilan teleponnya, Ana kebingungan karena dia tidak tahu bagaimana caranya menyampaikan hal ini pada Kenandra. Nomor ponsel Kenandra saja dia tidak tahu. Bagaimana cara menghubunginya andai suatu hari nanti mama mertuanya beneran datang ke apartemen lalu tidak mendapati Kenandra pulang. "Lelaki itu benar-benar merepotkan saja," gerutu Ana di tengah rasa frustasinya. *** Berada di sekolah, Ana yang harap-harap cemas siapa tahu saja Chiko diantar oleh Daddy-nya sehingga dia ada kesempatan untuk berbicara dengan suaminya. Sayangnya apa yang Ana harapkan sia-sia karena Chiko datang ke sekolah hanya dengan susternya saja. “Selamat pagi Miss Ana!” sapa bocah itu seperi biasanya engan wajah ceria. Ana pun mengulas senyuman pada anak didiknya. “Pagi Chiko. Eum, Chiko hanya dengan suster hari ini?” Dengan polos bocah tu menjawab, “Iya. Daddy sedang diluar kota dan sudah beberapa hari tidak pulang. Mommy lagi sibuk karena harus ke kantor gantiin Daddy. Jadi aku sekolah hanya dengan sus.” Ana mengangguk. Informasi dari Chiko cukup membantu setidaknya dia jadi tahu bahwa Ken sedang tidak ada di sini. Jadi ketika nanti Mama mertuanya datang, lalu tidak mendapati keberadaan Ken di apartemen, Ana bisa memberikan alasan. “Ya sudah ayo Chiko masuk kelas.” “Siap Miss!" ••• Pulang bekerja, sengaja Ana menyempatkan diri mengunjungi pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari apartemen. Wanita itu ingin berbelanja kebutuhan dapur sekaligus kebutuhan rumah yang memang sudah menipis. Sekalian dia akan memanfaatkan kartu debit yang Ken berikan. Setidaknya dia bisa mengambil keuntungan dari pernikahan mereka. Seorang diri mendorong troli menuju beberapa rak makanan. Ana tampak serius sekali sembari mengingat-ingat sekiranya apa yang harus dia beli. Mama mertua akan datang. Jangan sampai kena omelan karena isi apartemen kosong melompong. Kulkas harus Ana penuhi dengan buah, sayur dan aneka bahan makanan agar mertuanya betah saat datang. Saking semangatnya berbelanja, Ana sampai kalap hingga isi trolinya menggunung. Kesusahan mendorong karena berat. Memutuskan untuk menyudahi acara belanjanya. Pada saat membelokkan troli menuju kasir, bisa-bisa dia malah menabrak seseorang hingga hampir terjengkang. Seorang pria yang langsung berpegangan pada bagian depan troli belanja Ana menyebabkan sebagian isi trolinya berjatuhan. "Maaf saya tidak sengaja," ucap Ana merasa bersalah karena kurang berhati-hati dan kurang menjaga keseimbangan saat mendorong troli. Wanita itu lalu berjongkok untuk memungut belanjaan yang terjatuh. Saat Ana mendongak, kedua netranya membulat sempurna. "Mister Ed!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN