bc

The Wicca Slayer (Bahasa Indonesia)

book_age16+
245
IKUTI
1.1K
BACA
possessive
mate
badboy
witch/wizard
student
brilliant
highschool
royal
another world
friends
like
intro-logo
Uraian

The Wicca Slayer

Season 1. Alec dan Letta

Amethyst dan Citrine, dua batu kelahiran yang ditinggalkan oleh Anastasia untuk Alec dan Letta, ternyata mengungkap banyak rahasia di Alam Wicca.

Ternyata bukan hanya melawan Imoreti, King Wicca yang lalim. Namun Alec sebagai Wicca Slayer. harus melawan seseorang yang selama ini dekat dengannya.

Season 2. Dark Magic

"Seventeen green road, apartemenku di sudut jalan," jawabnya sembari naik ke boncengan motor Alec.

"Wah, kita satu jalan. Pegangan, jangan sampai jatuh," kata Alec.

"Oke, Boys," jawab Dela sembari mengembuskan napas yang telah dimantrai.

Asap hijau keluar dari mulutnya, melayanga ke arah depan, dan terhirup oleh Alec.

Pemuda itu mencium bau rerumputan dan daun mint, sebelum akhirnya Alec merasa sedikit pusing. Dia menggelengkan kepala beberapa kali untuk membuat pandangannya yang sedikit berbayang kembali normal.

"Ah, aku kebanyakan kopi sepertinya,"ujar Alec.

"Tidak, kau baik-baik saja," jawab gadis itu sembari menyunggingkan senyum, yang mirip seringai.

"Sekarang, suara yang kau dengar hanya suaraku, dan permintaan yang kau turuti hanyalah permintaanku, Alec. Kau dibawah pemilikmu, Delarosa Leiznekove D'nix."

Alec terdiam seketika, menyerap perkataan yang terngiang-ngiang di kepalanya, bergema, berdengung, dan membuat logikanya tidak jalan.

Apakah Alec bisa mengalahkan pesona Delarosa? Bagaimana dengan Violetta, akankah berpaling pada Vaskha?

baca selengkapnya di Innovel/Dreame/Ringdom

chap-preview
Pratinjau gratis
Prolog
Sejak berabad-abad lalu, energi alam semesta selalu mencari keseimbangan. Tidak hanya dalam perputaran galaksi, juga di bumi. Manusia sebagai makhluk tertinggi ciptaan Tuhan, memiliki berbagai kemampuan istimewa. Manusia yang memiliki kekuatan untuk memanipulasi energi itu—sihir—disebut Wicca. Sayangnya, godaan pada sifat buruk berupa hawa nafsu yang dimiliki manusia, juga menghinggapi seorang Wicca. Keserakahan membuat ketidakseimbangan dunia, dan kebencian selalu mendatangkan kehancuran. Karena itulah, kehadiran seorang Wiccaslayer—yang merupakan manusia biasa, tapi memiliki kekuatan luar biasa di dunia penyihir— selalu menjadi kunci utama sebagai pendamping penyihir terkuat. Keduanya akan membuat keseimbangan energi dunia menjadi stabil. Memiliki relativitas waktu yang berbeda, dunia manusia dan dunia sihir akan berjalan selaras tanpa diketahui oleh manusia biasa—monadire. Seorang pemusnah, Wiccaslayer akan mengalami regenerasi setiap 1000 tahun waktu sihir. Biasanya waktunya bertepatan dengan munculnya kekuatan Penyihir Medial terkuat—Penyihir terkuat, yang mampu memanipulasi waktu dan menguasai semua jenis sihir. Jika di dunia manusia, saat tersebut adalah pada malam bulan purnama super—Bloodblue moon eclipse. Pada saat itulah, sang Penyihir terkuat akan menemukan mate—pasangan jiwa—nya yang merupakan seorang Wicca Slayer. Setelah pembunuhan King Wicca Aachivelli dan Queen Wicca Slayer Tamara, dunia sihir diperintah oleh King Wicca Imoreti yang lalim. Dia menyuruh para warlock—manusia yang mempelajari sihir jahat—pengikutnya untuk memburu sisa-sisa keturunan King Wicca Aachivelli. Bahkan, tanpa ampun membunuh semua penyihir yang menjadi pengikut setia King Aachivelli. Dunia sihir chaos, hingga banyak penyihir yang bersembunyi dan melarikan diri ke dunia manusia .... * "Kau tidak akan bisa lari dariku, Anastasia," kata seorang laki-laki sambil berkacak pinggang. Dia muncul dari dalam tanah retak hitam legam dan mengeluarkan asap pekat. Hanya tanah yang dipijak seperti bekas terbakar, tapi sekitarnya hijau gelap bagai beledu. Sepasang mata beriris hijau pria itu memicing dingin pada wanita tua yang tersungkur di hadapannya. Bibirnya terkatup rapat membentuk garis tipis tanpa lekuk, mengisyaratkan tiada belas kasihan. "Sampaikan salamku pada Imoreti," ujar wanita tua itu tanpa rasa takut sedikit pun. "Baiklah." Laki-laki berjubah hitam itu segera mengangkat kedua tangannya ke udara. Ia bergerak membentuk sebuah kode pagan rumit yang hanya bisa dilakukan oleh seorang warlock. Mantra dalam bahasa Georgia kuno terucap dari mulutnya. Bagaikan gas beracun yang terus membumbung tinggi ke udara dan akhirnya berubah menjadi kilatan cahaya yang membelah langit. Wanita itu mendongak memandang angkasa, membuat rambut merahnya yang sebagian beruban berkibar tanpa arah. Seketika itu ia tercekat! Udara di sekitarnya tersedot ke atas dan perlahan menjadi hampa. Demikian juga dengan tenaga yang seolah diserap oleh kekuatan lain. Wajahnya memerah, napasnya tersengal-sengal. Serta merta satu tangannya memegangi tenggorokan seperti tercekik. Sementara tangan lainnya mencengkeram rerumputan yang mulai layu dan menghitam seperti habis terbakar. Beberapa saat kemudian, tangan laki-laki itu seolah menggenggam erat sesuatu dan mencabutnya keras-keras ke atas. "Aaaarrgghh!" jerit wanita itu pilu. Seakan isi jiwanya telah lepas, meninggalkan sesosok tubuh lemah tak berdaya. "Selamat tinggal, Anastasia," ucapnya lirih. Laki-laki berjubah hitam itu berjongkok seraya membalikkan tubuh wanita yang tadinya tertelungkup itu. Sebuah senyuman samar terlintas setelah mendapati tak ada denyut nadi di leher wanita bergaun ungu itu. Segera dia menggambar sesuatu di tanah menggunakan jari kelingking kiri dan didorongnya gambar itu hingga melesak ke dalam tanah. Ketika telapak tangannya diangkat, muncul sebuah lubang layaknya jendela. "Setelah sekian lama,' ia bernapas sejenak, "Anastasia akhirnya tamat, Yang Mulia," lanjutnya. Sebuah debas lega terdengar dari sebuah tempat nun jauh di sana. Tempat yang hanya para Wicca dan warlock yang mengetahuinya, sisi lain dunia yang tidak dikenal manusia biasa. Tanpa menunggu jawaban, tangannya menggeser tanah tempat lubang itu berada. Seketika lubang itu menghilang dan kembali menjadi permukaan tanah yang menghitam. Laki-laki itu berdiri dan memejamkan matanya, lalu sedetik kemudian dia menghilang menjadi asap pekat yang tertiup angin. Angin itu pun berembus kencang, memporak-porandakan dedaunan hingga beguguran. Lantas, satu suara kencang terbawa dalam tiupan udara yang bergerak. "Grannyy!" Gadis itu berlari mendekati sosok ringkih yang tergeletak di tanah. Jeritnya menggema, tidak percaya peristiwa yang baru saja disaksikan. Di hadapannya kini terbujur tubuh nenek yang sangat disayanginya. Wanita tua itu terlihat sedang tidur, tidak tampak seperti orang yang meninggal dunia. Air mata gadis berambut merah itu tidak terbendung, membanjiri pipinya yang mulus dan jatuh deras melalui ujung dagunya yang tirus. Bibirnya bergetar memanggil nama nenek kesayangannya. Perasaan kehilangan yang sangat mendalam menghantamnya. Dia semakin terisak menyadari tidak punya siapa-siapa lagi. "Granny! Granny! Granny!" Usapan lembut di bahunya yang semakin kencang membawa kesadaran gadis itu kembali ke alam nyata. "Sssttt, Letta. Bangun, My Dear Violetta." Suara lembut Natia membuat gadis berambut merah itu membuka mata. Ia masih terisak. "Mimpi buruk lagi?" tanya Natia. Wanita paruh baya itu duduk di tepi ranjang lalu membelai kepala Letta. Letta mengangguk, lalu mengusap pipinya yang basah seraya menatap langit-langit kamar yang berornamen langit malam. Gadis itu tidak pernah menceritakan mimpinya pada siapa pun. Apalagi mimpi tentang Granny Anna yang berulang selama sepekan ini, benar-benar aneh. Terutama ia tidak ingin membuat Natia sedih. "I miss her, Natia," ujar Letta lirih. "Me too," jawabnya. Wanita paruh baya itu menghela napas sejenak, kemudian ia tersenyum. "Ini adalah hari pertamamu di sekolah baru. Ayo jangan sampai terlambat!" Natia sengaja bangkit seraya menyibak selimut Letta. Meskipun menggerutu tapi gadis itu bangun dan duduk di ranjang. Ia tahu, bahwa bagaimana pun hidup harus berlanjut. Perkataan Natia saat pemakaman neneknya tempo hari membuat Letta kembali semangat, "Granny tentu tidak akan tenang jika mengetahui cucu kesayangannya larut dalam kesedihan." Letta tidak menginginkan hal itu sampai terjadi. "Aku akan turun dan menyiapkan sarapan." Ucapan Natia barusan membuat Letta tersadar dari lamunannya. "Cepat mandi dan pakai seragam itu," kata Natia sambil menunjuk satu stel seragam yang tergantung rapi di kastok. "Niko akan mengantarmu, semua keperluan sekolahmu sudah siap," lanjutnya sambil keluar kamar. Letta menguap sejenak dan mengucek matanya. Ketika kedua kakinya diturunkan dari ranjang, terdengar suara denting benda logam terjatuh. Letta memeriksa kolong tempat tidurnya. Tepat di sebelah sandal kelincinya berada--pada area yang tidak ada karpet--terlihat sebuah kalung silver dengan liontin batu kuning jernih yang berbentuk seperti tetesan air. Letta memungut kalung itu dan memeriksanya. Ia seperti pernah melihat benda itu tapi lupa entah di mana. Tanpa pikir panjang dipakainya kalung tersebut, bandulnya jatuh tepat di antara dadanya. "Pas banget. Tidak akan kelihatan walau kupakai ke sekolah," kata Letta pada dirinya sendiri. Gadis itu menghela napas sejenak, sembari pikirannya mengulang kembali adegan yang terjadi dalam mimpinya. Kali ini semua terlihat jelas, kematian neneknya, dunia yang asing, juga wajah pria yang tersenyum setelah membunuh neneknya. Namun, itu semua hanya mimpi. Dokter keluarga sudah memastikan kematian neneknya adalah akibat serangan jantung saat tertidur. Natia-lah yang menemukan Granny-nya sudah terbujur kaku saat pagi hendak membangunkan majikannya itu. Letta pun sudah berusaha mengikhlaskan kepergian nenek kesayangannya yang telah dikebumikan sebulan yang lalu itu. Namun, seminggu belakangan, mimpi aneh itu selalu menghantuinya. "I Miss you Granny," bisiknya. Setelah mendoakan nenek tercinta, dia tersenyum lalu bergegas pergi ke kamar mandi. * bersambung ....

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Crazy of You, Mr. CEO

read
106.1K
bc

OBSESSED

read
90.8K
bc

(LYMPB1) LOVING YOU MY POSESSIVE BOYFRIEND

read
216.9K
bc

Sugar Baby (Bahasa Indonesia)

read
85.2K
bc

BROKEN PRINCESS

read
22.0K
bc

Bukan Pra Nikah ( Indonesia )

read
71.7K
bc

Yes Daddy?

read
802.6K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook