Monica's Angry

1201 Kata
Angel turun dari atas motor William dengan hati-hati. Lelaki itu kembali lagi datang ke kafe tempatnya bekerja hanya untuk menjemputnya pulang. Manis bukan? Namun sayang sama sekali tidak menggugah hati Angel. Ketika kedua kaki Angel sudah menapaki tanah, langsung saja dia melempar tatapan tajam pada William. "Jangan tatap aku seperti itu Ella, bukannya takut aku malah semakin terpesona dengan mata bulat mu." William berbisik menggoda di depan wajah Angel. "Sebenarnya apa yang ada dalam pikiran mu. Kenapa kau malah datang lagi hanya menjemput ku? Bisa kau jelaskan maksud mu padaku?" dengan wajah teramat kesal, Angel melipat kedua tangannya di depan d**a. William terkekeh pelan. "Aku tidak tahu bahwa kau semanis ini jika sedang marah? Membuatku.... semakin suka." ujarnya sengaja memperlambat kalimat terakhir. Tanpa di undang rona merah tiba-tiba menjalar di kedua pipi Angel. Dengan kulit pucatnya, membuat rona merah itu menyatu dengan sempurna sehingga melahirkan kecantikan yang tiada tara. Andaikan detak jantung William bisa bersuara mungkin saat ini, dia akan berteriak betapa cantiknya seorang malaikat mungil yang berdiri dihadapannya. "Kenapa kau selalu saja cantik. Dan... selalu membuat jantung ku berdetak tak menentu." William memandang dalam wajah Angel. Angel menyipitkan kedua matanya. "Aku.. tidak tergoda dengan rayuan mu. Telinga ku sudah bosan akan hal itu." ujarnya terkikik geli. "Ah sudahlah. Aku terlalu letih mengungkapkan padamu bahwa rasa ini bukanlah permainan semata. Biar waktu yang kelak nanti meyakinkan mu." ditariknya nafas putus asa berkali-kali, William sudah kehabisan akal untuk meyakinkan Angel. "Baiklah, lebih baik kita sudahi topik bodoh ini. Sekarang pulanglah, sang fajar akan segera bangun dari tidur." dengan lembut Angel mendorong bahu William. "Astaga, hatiku sakit sekali. Kau mengatai perasaan ku bodoh. Kejam sekali kau, rasanya aku ingin menangis saat ini juga." seakan tidak ingin kedekatan mereka cepat berakhir, William sengaja membuka topik baru. "Kau ini, selain pintar merayu kau juga ternyata hebat menjadi aktor. Sekarang pergilah, aku sama sekali tidak tertarik dengan topik barumu." balasan menohok Angel membuat William langsung salah tingkah. Sial! Rencana ku gagal total. Padahal, baru saja topiknya manis sekarang sudah harus menelan kenyataan pahit. Gadis lugu ini, benar-benar tidak peka sama sekali. Dasar Ella bodoh! Untung saja aku sayang, jika tidak, sudah ku lempar tubuh kurusnya jadi makanan peliharaan ku. "Ayo pergilah. Apalagi yang kau tunggu?" suara lembut Angel menyentak William dari angan singkatnya. William memberi balasan datar sebentar sebelum kemudian kaki panjangnya memanjat diatas motor. "Masuklah, aku harus memastikan kau selamat terlebih dulu baru aku pergi." perintahnya lembut. "Tidak. Kau yang harus pergi dulu, aku sudah berada di depan rumah ku. Dan aku pastikan, aku akan selamat sampai kedalam rumah. Sekarang, pergilah." sambung Angel kemudian. William menarik nafas pelan. "Baiklah, jika itu yang kau inginkan." lanjutnya lagi. "Ella?" William menatap lekat wajah Angel yang sedang menanti kalimat selanjutnya. "Selamat malam. Jangan lupa bawa Liam dalam mimpi indah mu." Seketika motor itu melaju kencang meninggalkan Angel yang berdiri tegang bersama detak jantung yang berirama keras. Begitu keras hingga membuat Angel tak kuasa menahannya. Angel menatap jalan yang baru saja meninggalkan jejak William, senyum indah terlukis di wajahnya. Selamat malam juga Liam. Semoga mimpi indah. Angel mulai melangkah walau sesekali dia melirik ke arah belakang, tepatnya dimana mereka berdua berdiri tadi. Meskipun hanya sekedar jejak yang tak terlihat namun, berhasil membuat hati Angel bergetar bahagia. Tak ingin terlalu lama larut dalam suasana itu, Angel menarik nafas panjang sebelum kemudian membuka pintu. "Kau sudah berani menantangku rupanya Upik Abu?" suara tajam Monica langsung saja menyapa pendengaran Angel. Angel menelan ludah gugup saat melihat sepasang ibu dan anak itu sudah duduk di sofa. Seringai mengerikan terlihat jelas di wajahnya. "Apa... apa maksudmu Monica?" Angel bersuara terbata-bata, tidak bisa dibohongi seketika rasa bahagia lenyap terganti dengan rasa takut. Rose yang memang sudah tahu bahwa Angel mulai ketakutan, mulai terusik walau hanya sekedar menggoda. "Kenapa sayang? Kenapa kau gugup begitu? Duduklah terlebih dulu, jangan sampai kaki kecilmu itu patah karena terlalu lama berdiri di sana." kalimat terakhir dari Rose yang penuh ancaman membuat bulir-bulir keringat ketakutan berjatuhan di pipis Angel. "Apa kau tidak dengar Upik Abu!" Monica menggeram marah saat melihat Angel sama sekali bergeming. Kedua bahu Angel sontak menegang, kedua jemarinya salin meremas seperti sedang berbagi kekuatan. Perlahan, Angel mendongak. "Aku... aku... ingin istirahat. Badanku... letih sekali." dengan suara bergetar Angel berucap. Ketika melihat kedua wanita itu hanya diam, Angel bergerak pelan membawa kakinya menaiki gundukan tangga. Dan tanpa disadari Monica pun turut mengikutinya. Di detik kemudian kepala Angel mendongak bersamaan dengan rasa sakit. "Tolong... lepaskan... ini sakit sekali." rintihan kesakitan lolos dari bibir Angel saat merasakan tarikan kuat di rambutnya. "Sakit hah? Sakit katamu? Kau... sudah berani menantangku dan aku sangat marah saat ini. Jadi, hanya kau yang bisa meredakan amarahku." desis Monica tajam lalu tanpa perasaan dia menarik tubuh Kesya ke arah gudang tanpa melepas jambakannya. "Monica.. tolong lepaskan aku. Aku mohon, jangan lakukan ini padaku." suara tangisan menyayat hati terdengar dari Angel. "Diam! Tutup mulutmu! Atau aku akan semakin bernafsu untuk menyakitimu!" ancam Monica penuh kepastian yang langsung membuat Angel membungkam mulutnya dengan telapak tangan. Kedua mata Angel melebar saat Monica membawanya berhenti di sebuah gudang yang sudah lama tidak pernah dipakai. Ribuan pikiran buruk mulai menghantuinya, rasa sakit di kepala Angel sudah tidak lagi di rasakan. Pikirannya hanya tertuju pada gudang itu. "Monica... a..apa.. apa yang ingin kau lakukan? Ke...kenapa kau membawaku kesini." Angel tak lagi bisa menyembunyikan rasa penasarannya, walah masih dengan berderai air mata Angel berusaha sekuat tenaga menyuarakan ketakutannya. "Kenapa? Takut? Kau takut adik kecil?" Monica membalas dengan tatapan tajam. "Jangan takut sayang? Aku hanya memberi sedikit pelajaran, supaya kau tidak lagi berani untuk menantangku!" kertak gigi Monica terdengar begitu menakutkan. Angel menggelengkan kepala cepat, air matanya semakin jatuh deras. "Monica kumohon jangan lakukan ini. Tolong, jangan lakukan ini padaku. Aku mohon Monica! Jangan lakukan ini!" Monica tersenyum miring, tanpa memperdulikan jeritan permohonan Angel, dia segera melempar tubuh Angel ke dalam gudang lalu menguncinya dari luar. Angel berteriak sekuat tenaga, gudang itu begitu menyeramkan. Dia sangat membenci kegelapan, dengan sempoyongan Angel berdiri, memukul-mukul pintu gudang berharap Monica akan membawanya keluar dari sana. "Monica! Monica! Tolong keluarkan aku! Aku mohon Monica! Kau sangat tahu, aku takut gelap! Ku mohon, keluarkan aku dari sini Monica! Keluarkan aku! Aku bilang keluarkan aku! Keluarkan aku Monica! Monica.....!!!!" suara Angel tenggelam di keheningan malam. Tubuhnya meluruh di lantai, dengan bersandar kepala di badan pintu, Angel menangis terisak-isak. Dia sama sekali tidak berani membuka mata, kegelapan itu begitu menakutkan. Ditelungkupkannya wajah yang sudah bersimbah air mata di kedua lututnya. Masih dengan menangis, Angel bersyukur setidaknya suara tangisnya jauh lebih menenangkan daripada harus berdiam di dalam kesunyian seorang diri. Ayah, aku ketakutan saat ini. Tidakkah kau sudi untuk turun dari surga sebentar saja dengan membawa sinar di tengah kegelapan ini? Aku benar-benar ketakutan Ayah, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa. Tolong bisikkan padaku sepenggal kalimat yang mampu membuatku tidak lagi merasakan takut ini. Inikah akhir dari segalanya ayah, diriku yang selalu menderita dan hanya berteman sepi. Ayah bilang mencintaiku, lalu kenapa kau tidak membawa ku pergi bersama mu. Liam? Ku mohon tolong aku. Tolong keluarkan aku dari sini. Hai... terimakasih karena sudah Sudi membaca n****+ receh ini. Jangan lupa kasih komentar dan dukungan lainnya yah say.... Loph you guyss
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN