Eloise, Dosen Cantik kesayanganku

Eloise, Dosen Cantik kesayanganku

book_age18+
229
IKUTI
3.7K
BACA
HE
confident
stepfather
heir/heiress
drama
bxg
bold
campus
like
intro-logo
Uraian

Noah menggagalkan usaha bunuh diri yang dilakukan Eloise. Bukannya mendapatkan ucapan terima kasih malah Noah dimaki dan dipukuli hingga digiring ke kantor polisi karena dikira warga hendak melecehkan Eloise.

Setelah kejadian, Noah tidak menyangka gadis yang pernah ditolongnya dan membuatnya harus berurusan dengan polisi ternyata seorang dosen killer di kampusnya sehingga mengubah keadaan Noah karena memegang rahasia kelam dosen dingin itu.

Eloise tidak menyangka pertemuannya dengan Noah akan membawanya menuju petualangan seru menuju masa depan seperti yang pernah ia ucapkan. Sebuah perjanjian dalam hati pada seseorang yang telah menolongnya dari upaya penculikan anak dua puluh dua tahun silam.

Akankah Eloise menemukan kebahagiaannya pada Noah yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih muda?

Eloise: “Kamu terlalu jauh untuk kujangkau, Noah.”

Noah: “Jadilah dosen kesayanganku. Cinta? Aku tidak tahu hanya saja aku merasa nyaman.”

ic_default
chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Hancur Berkeping
“Menikah atau kita bercerai saja!” Suara ibu tiri ku terdengar menggelegar sampai ke depan dimana aku baru saja masuk. Aku hanya diam berdiri mematung mendengarkan pertengkaran yang kerap terjadi di rumah ini dan biasanya semua karena diri aku. Namaku Eloise, panggil saja El. Sejak usia enam tahun, Papa sudah menikah dengan Tante yang benama Virna. Sejak itu kehidupan bahagiaku dengan papa berdua berubah menjadi rentetan penderitaan yang kualami. Aku tahu sekali semua kejadian sial yang menimpaku dulu adalah muslihat yang dipakai Mama Virna untuk menyingkirkanku dari keluargaku sendiri. Papa memiliki perusahaan peninggalan mamaku yang tidak terlalu besar namun cukup berkembang dalam dunia industri makanan. Karena takut aku akan menjadi pewaris tunggal dan menginginkan anak laki-laki bawaannya dari suami terdahulu menjadi pewaris maka Mama Virna melakukan segala hal yang disengaja untuk melenyapkanku dari papa. Menginjak dewasa, Kak Tristan yang usianya lebih tua dua tahun dariku mulai berani mendekatiku dan melakukan hal yang tidak seharusnya seorang kakak lakukan kepadaku dan membuatku menjadi risih berada di rumah ini. Menginjak masa kuliah aku memutuskan tinggal di asrama untuk menghindari kelakuan gila Kak Tristan juga adik tiri darah daging papa yang bernama Tania. Gadis kecil itu menjadi menyebalkan setelah mulutnya bisa bicara lancar. Ada saja tuduhan yang dia katakan pada papa sehingga aku dihukum. Entah sesial apa hidupku tumbuh besar dalam keluarga ini, kalau mereka tidak menginginkanku kenapa tidak aku dititipkan ke panti asuhan saja daripada harus jadi pelampiasan emosi mereka yang aku sendiri tidak pernah tahu salahku apa. “Jangan gila kamu, Vir. Eloise itu anakku kenapa kamu tidak bisa menyayanginya seperti pada Tristan dan Tania sedangkan aku saja bisa menganggap Tristan anak kandungku sendiri!” “Kalau tanpa Tristan kamu tidak akan memiliki penerus! Harusnya kamu bersyukur aku bawa dia kerumah ini! Ngak seperti anak kamu itu, ngak ada gunanya. Cuma bisanya jadi guru, mau sampai kapan dia begitu. Lebih baik dinikahkan sama duda kenalan temanku. Nikah langsung jadi nyonya kaya!” “Diam kamu, Vir! Jangan pernah kamu lakukan niatan itu!” Hatiku rasanya tercubit setiap kali mendengar Mama Virna selalu menolakku dan lebih membanggakan Kak Tristan. Mana ada ibu yang tega menikahkan putrinya dengan seorang duda yang usianya saja hampir seperti papa ku. Air mata ku luruh meski isak tangis tidak terdengar. Perlahan aku memberanikan diri masuk ke dalam rumah sambil mengeratkan kepalan tanganku. Sebenarnya hari ini aku cape sekali karena mengajar seharian sampai sore semua demi mengumpulkan tabungan untuk bisa membeli apartemen kecil milikku sendiri nantinya. Dan akhirnya mereka pun melihat kedatanganku. Mama Virna menatapku garang sambil mendekat dengan cepat sampai aku tidak siap ketika tangannya sudah menampar pipiku. “Virna!” “Awas kamu sampai berani mendekat.” Ancam Mama Virna dan kesalnya justru Papa malah mundur ketakutan. “Dasar anak ngak tahu diuntung. Sudah bagus aku besarin kamu sampai sekarang. Bukannya cepat nikah malah betah kerja murahan. Apa untungnya ngajar, percuma dikuliahin di London.” Pipiku rasanya perih dan pedas, pasti akan meninggalkan bekas bahkan bibirku saja terasa perih mungkin sedikit pecah terkena kuku tajamnya. Namun jauh lebih perih perasaanku saat ini. Ibu tiri memukulku dan ayah kandungku hanya diam menatap dengan tatapan sendu. Kalau dia peduli dan sayang padaku harusnya dia membelaku sekarang. Aku ini anak kandungnya sialann! Tapi pria itu tetap bungkam tidak berani melangkah sedikitpun. “Besok kamu ikut Mama ke rumah Pak Pramudi. Kalian akan bertunangan dan setelah itu perusahaan kita akan mendapatkan suntikan dana.” “Tapi aku belum mau nikah, Ma.” Tamparan kedua aku dapatkan kembali dan aku sudah tidak kaget lagi. Karena seperti inilah yang sering aku dapatkan setiap kali Mama Virna tidak puas dengan jawabanku sejak kecil. “Ngak ada yang nanya kamu mau nikah apa ngak! Besok kamu jadi tunangan pak Pramudi, titik!” “Mah! Apa-apaan ini! Biarin El sama dunianya. Jangan diganggu terus.” Kakak tiriku datang dan mencoba menolongku. Lebih tepatnya menolong demi kepentingannya sendiri karena dia pernah terang-terangan mengatakan mencintaiku lalu mengajakku menikah diam-diam sampai waktunya tepat. Tristan menyembunyikan tubuhku di belakang punggungnya. Meskipun aku jijik namun ini lebih baik untuk sementara daripada harus dipukuli Mama Virna terus. “b******k kamu, Tristan! Kalau kamu masih berusaha belain anak pembawa sial itu, Mama bakal tarik semua fasilitas kamu dari perusahaan. Minggir kamu!” Tristan menolehkan wajahnya ke belakang dan berbisik. “Pergi dari sini. Sekarang!” Aku menatapnya sejenak berpikir idenya saat ini ada benarnya. Akhirnya aku mundur dan berlari keluar rumah. “Mau kemana kamu! Sini kamu, berengsek! Lepas, Tris!” Rontanya setelah Tristan menghalangi Mama Virna mengejarku. Bingung harus kemana, akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke apartmen milik Reza. Bisa dikatakan kami berpacaran. Reza adalah teman kuliahku di London dan saat dia sampai di Jakarta pria itu memberanikan diri untuk mengajakku menjalin hubungan sebagai pacarnya. Kami sudah berhubungan lima tahun namun setiap kali Reza mengajaknya ke apartemen miliknya aku selalu menolak. Mama Virna juga menolak keras bahkan mengusir Reza saat datang ke rumah karena Reza hanya anak pengusaha yang memiliki beberapa adik. Katanya akan sulit buat mereka meminta uang pada Reza kelak. Seperti itu pikiran Mama Virna setiap kali ada pria yang mendekatiku. Hanya Reza yang tetap bertahan selama ini dengan syarat-syarat yang aku minta. Tidak tahu harus kemana maka aku memutuskan pergi ke apartemen Reza karena dia pernah memberikan kode pintu apartemen miliknya jika satu hari aku memutuskan untuk mengunjunginya. Saat masuk ke dalam apartemen, suasana di ruang tamu yang terkoneksi dengan dapur itu gelap hanya ada atu lampu redup di sana. Apa mungkin Reza belum pulang? Kemudian aku mencoba mencari panel lampu dan menerangi ruangan tersebut. Baru saja melangkah, aku mendengar suara desahan wanita yang membuat jantungku seperti dipukul-pukul. Aku bukan lagi anak muda yang tidak mengerti dengan pergumulan panas kaum adam dan hawa itu, tapi yang membuat air mataku luruh kembali karena desahan itu terdengar di apartemen ini, milik pria yang aku berikan kepercayaan selama beberapa tahun ini. Dari jauh aku lihat pintu kamar yang tidak tertutup, memutuskan untuk memuaskan rasa penasaranku dan berharap di dalam kamar itu bukanlah Reza maka aku memberanikan diri menghampiri perlahan. “Terus, Za. Ahhh aku mau keluar sebentar lagi.” Belum sempat melihat, hatiku semakin tercubit mendengar wanita di dalam sana memanggil Za. Tunggu dulu, aku mengenali suara wanita itu juga. Dengan cepat aku melihat adegan panas yang terjadi secara langsung itu. Bola mataku membulat melihat pergumulan Reza dangan perempuan yang ku kenal. Tanpa sadar aku berteriak dan didengar oleh mereka berdua. “El!” Teriak Reza yang keburu melihat wajahku. Cepat-cepat aku berlari keluar meninggalkan apartemen Reza dan berlari meninggalkan gedung itu sambil menangis seperti orang gila. Tangisan ini bukan karena rasa sakit hati melihat Reza dan Fani melainkan sedang meratapi naasnya nasibku. Apa benar aku memang perempuan sial, seumur hidup harus hidup dalam penderitaan. Kalau memang seperti itu jalannya, aku tidak kuat lagi. Kesialanku bahkan bertambah dengan hujan deras yang mengguyur permukaan bumi ini. Apakah surga sedang menangis meratapi kesialanku ini. Akhirnya aku terdiam di depan sebuah danau. Secara fisik dan mental aku benar-benar lelah hingga akhirnya aku hanya diam berdiri membiarkan hujan menemani tangisanku. Kalau memang kehadiranku tidak diinginkan lagi apa gunanya aku hidup lebih lama di dunia. Semuanya berengsek, kalian semua jahat. Aku hanya ingin disayang, ingin diperhatikan, apa sesulit itu kalian mengerti. Aaarghh!! Teriakan keras melampiaskan rasa sesak menjadi pilihan terakhirku melepas segala beban. Setelah puas, aku menaiki trotoar yang menghubungkan jalan raya dengan danau itu. Hujan baru saja berhenti bahkan pantulan cahaya lampu jalanan begitu indah dalam genangan air danau tenang dihadapanku. Perlahan kaki ini mendekat menuju akhir batasan trotoar ini. “Kalau gua jadi loe, gua mikir lagi buat lompat.” Aku menoleh menatap pemuda yang berdiri menghadap danau dengan wajah dinginnya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Terjebak Asmara Majikan

read
10.4K
bc

Beautiful Pain

read
12.4K
bc

Oh, My Boss

read
384.5K
bc

Revenge

read
32.2K
bc

MY LITTLE BRIDE (Rahasia Istri Pengganti)

read
17.9K
bc

Penghangat Ranjang Tuan CEO

read
28.4K
bc

The CEO's Little Wife

read
669.7K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook