bc

Pelit vs Mata duitan

book_age12+
9.0K
IKUTI
65.1K
BACA
FBI
doctor
K-pop
drama
sweet
like
intro-logo
Uraian

Vano segalanya bagiku. Kehadirannya menjadi penyemangat hidupku. Aku akan selalu bersamanya dan tidak akan ku biarkan wanita itu mengambilnya kembali. Aku akan melakukan apapun untuknya, asal dia bahagia.

Anastasya Himawan

Dasar wanita pelit, beberapa kali bertemu dengannya aku selalu saja mengalami kerugian. Pekerjaanku sebagai Dokter dan Polisi membuatku hidup di dua dunia.

Bramantyo Dewala Dirgantara

chap-preview
Pratinjau gratis
Awal
        Perjalanan hidupku tak semulus yang aku inginkan. Bertubi-tubi Masalah yang datang memerintahkan dan membuat hatikku menjadi rapuh. Aku merindukan kedua orang tuaku yang telah tiada. Mi, Pi Sasa kangen kalian, jika kalian Masih ada aku ingin sekali tidur dipangkuan kalian, dengar cerita Papi tentang kisah cinta Papi dan Mami yang bertemu disaat SMA. Aku meneteskan air mataku, jika mengingat kedua orang tuakku dan aku ingin sekali berteriak dan mengatakan jika aku rindu mereka.          Hidupku ini, menjadi berarti karena mengundang adik tiriku. dia adalah semangat untukku, dia adalah malaikat kecilku. Aku membesarkanya dan merawatnya tanpa bantuan. Saat ini usiaku tujuh belas tahun dan aku harus kehilangan Papiku dan jatuh miskin karena ibu tiriku. Aku dan bayi yang menghabiskan sembilan bulan harus hidup terlunta-luta di usir oleh ibu tiriku. Jangankan untuk merawatku, melahirkan yang Masih bayipun besarannya serahkan kepadaku.         Aku membesarkan diri di rumah kontrakanku yang sangat ketat. Vano, adikku satu-satunya. Hanya dia keluargaku dan hanya senyumannya yang membuatku bahagia. Aku akan berjuang demi dia dan hanya dia yang membuatku bertahan didunia ini. Aku berhasil menabung SMAku dengan nilai yang membuatku Bangga.         Aku mendapatkan beasiswa di universitas Alexsander. Aku memilih jurusan hukum agar suatu saat nanti aku bisa mengambil hakku atas harta peninggalan Papiku yang bisa dia bawa ibu tiriku Tante Mely. Meskipun saya mendapatkan beasiswa, tetapi saya harus meminta cara agar kebutuhan adikku tercukupi. Dalam kurun waktu 3,5 tahun ini saya melakukan banyak pekerjaan agar dapat mencukupi kebutuhan kami. Adikku Vano sekarang setuju 4 tahun dan aku harus bisa memberikan kehidupan yang layak untuknya.         Saya bekerja di berbagai tempat. Pagi hari jadwal senin sampai kamis, dari pukul 8 pagi sampai jam 3 sore adalah jadwalku kuliah. Hari sakit jam 5 sampai jam 9, aku bekerja menjadi pelayan kafe. Jumat, sabtu dan minggu dipagi hari aku tukang parkir disalah satu pasar tradisional sampai jam 1 siang dan jam 3 sampai jam 5 sore aku mengajar les privat. Waktuku ku habisakan dengan bekerja. Kamu titipkan di persetujuan anak dan adik kecilku itu, tidak setuju sama sekali.         Aku tidak bisa berharap bertemu dengan Tante Mely, ibu tiriku dan ibu kandung Vano saat ini. karena aku ingin bertemu, saat aku bisa mengangkat kepalaku dan bisa menujukan dukungan jika aku berhasil membesarkan Vano dengan baik. Tapi, jika saat aku bertemu, keinginanku hanya satu yang memintanya diterima sebagai kepemilikan rumah. Karena ada banyak sekali kenanganku bersama Mami dan Papi.         Hari ini aku berhasil membujuk Kamil untuk menggantikannya menjadi supir taxi. Aku membutuhkan uang untuk membelikan Vano tas. Vano ingin sekali memiliki tas Ben ten. Karena uang yang kupunya harus ku tabung untuk pendidikan Vano dan untuk membayar kontrakkan kami. Aku memutuskan dalam tiga hari ini, aku  harus  bisa mengumpulkan uang dua ratus lima puluh ribu, untuk membeli Tas Vano tanpa menggunakan uang yang ada di dalam tabunganku.         Semua orang yang berada dilingkungan  ini, menggosipkanku hamil diluar nikah dan diusir orang tuaku. Mereka juga memanggilku jalang karena Masih muda aku telah memiliki seorang anak. Ini juga karena Vano memanggilku Bunda. Aku hanya belum siap mengatakan padanya, jika aku adalah saudaranya dan bukan Bundanya yang melahirkanya. Mungkin jika Vano sudah berumur 8 tahun dan cukup mengerti aku akan memintanya memanggilku Mbak dan mengatakan kepadanya secara perlahan jika aku adalah saudaranya. Autor         Siang ini Anatasya Himawan, yang akrab dipanggil Sasa sedang menunggu penumpang di salah satu Mall. Sasa menggantingkan Kamil beberapa jam agar bisa mendapatkan uang untuk membelikan Vano Tas. Sasa sangat rajin bekerja sehingga menjadi supir Taxi pun tidak Masalah baginya. Tak lama kemudian seorang laki-laki tampan meMasuki taxinya. "Jalan pak...ke Mabes ya pak!" Ucapnya.         Tanpa menjawab, Sasa segera mengemudikan taxinya. Mobil berjalan dengan kecepatan santai. Suara ponsel penumpang tiba-tiba berbunyi. Laki-laki itu segera merogoh saku celananya, ia segera mengambil ponselnya dan menjawabnya.         "Kampret...apa lagi Bima???, ini semua gara-gara lo gue jadi bahan lelucuan orang-orang nih! Kenapa lo upload foto gue menjilati loliPop arghhhhhh...!" Kesalnya. "Santai...Boy ini hanya lelucuan jadi karena ini lo ngambek dan langsung pulang tanpa ingin gue antar?". "Gila...lo Bim...jijik gue..." "Tapi lo taukan gue tampan?" "Iya gue tau lo tampan! Puas?"         Sasa  bergidik ngeri karena penumpangnya ternyata seorang gay. ia tidak mengerti kenapa ada laki-laki yang suka sesama jenis. Kalau bicara Masalah s*x batang ketemu batang oh...no.... Apalagi perempuan sama perempuan apa enaknya. Sasa pernah bertengkar dengan teman lelakinya, karena Masalah ini. Kamil salah satu teman kampusnya dan juga bekerja sebagai supir taxi ternyata seorang gay. Banyak perdebatan yang mereka lakukan jika membahas Masalah gay. Gila ni cowok cakep-cakep gay, kayak enggak ada lagi wanita sampai-sampai mau sama lelaki...huh...jeruk makan jeruk mana enak....             Laki-laki penumpang itu adalah Bram, cowok tampan yang seharusnya berkulit putih, tapi demi menghilangkan pemujaan wanita kepadanya, ia rela menggosongkan kulitnya agar terlihat jelek. Namun ternyata ia salah, meski berkulit coklat Bram Masih  dikejar-kejar perempuan yang menyukainya. Bram sebenarnya tidak ingin menjadi Aktor seperti keinginan Momynya itu. Bram merupakan mantan penyanyi cilik yang cukup terkenal. Alasan itulah yang membuatnya menjahui Momynya yang terobsesi menjadikannya Aktor.         "Pak...bisa cepatan sedikit nggak?" ucap Bram kesal karena Sasa mengendarai mobil itu dengan lambat. "Iya pak, ini saya juga sudah cepat!" Ucap Sasa.         Mendengar suara lembut Sasa membuat Bram terkejut. "Muke gile lo perempuan?"  Bram memegang bahu Sasa. "Apa-apan lo,  jangan pegang-pegang gue!" Kesal Sasa "Ye...gitu aja kok marah, gue cuma penasaran sama wajah lo selembut suara lo nggak?" Tanya Bram penasaran ingin melihat wajah Sasa. "Lo kira gue adonan pakek lembut-lembut segala!" Teriak Sasa. "Suara lembut bak bidadari, tapi s***s juga ucapan lo! Untung wajah lo sebelas dua belas sama suara lo!" Puji Bram.             Tak dapat dipungkiri, Sasa merupakan wanita yang menarik walaupun pendek, tapi wajahnya begitu imut dan menggemaskan. Hidung mancung dan mungil, bibir kecil dan bewarna merah jambu, bola mata hitam dan cemerlang. Siapapun yang melihat Sasa pasti menatapnya kagum. Tapi Sasa berkelakuan tomboy, dia menutupi kecantikannya dengan topi yang selalu dipakainya disaat ia bekerja, kecuali menjadi pelayan restoran. "Berisik lo gue turunin lo disini!" Kesal Sasa         Bram mengedikkan bahunya dan fokus melihat jalanan. Sepertinya membangunkan macan cantik lebih mengerikan  dan ia  lebih memilih untuk tidak menganggunya. Sasa menghentikan mobilnya tepat di depan Mabes. Ia segera turun dan meraba kantong celanannya.  Namun ternyata apa yang ia cari tidak ditemukan.  "Kampret...dompet gue tinggal, ini semua gara-gara Bima!" Kesal Bram. Sasa memutar bola matanya. Banyak sekali penumpang yang mengaku dompetnya tinggal sehingga tidak membayar ongkos Taxinya. Mungkin jika Kamil yang mengemudi, laki-laki yang ada dihadapanya ini cukup memberikan ciuman maut dan selesai, tidak perlu membayar ongkos taxi.         Sasa segera keluar dari Taksi dan menghampiri Bram. Tampang Bram  saat ini memang bukan seperti seorang polisi. Bram memakai jeans robek dan kaos polos bewarna putih. Bram memang sedang menyamar menjadi seorang preman muda yang suka memalak orang yang sedang lewat.             Sasa menatap Bram dari atas hingga ujung kaki. "Lo kira lo bisa nipu gue? Kalau nggak ada uang nggak usah sok pakek naik Taksi segala!" Kesal Sasa         Mendengar ucapan Sasa, Bram menggenggam tangannya karena kesal. "lo tenang aja, gue bakal bayar ongkos taksi gue tapi lo nggak usah nyolot ya!!" "Dasar preman bermulut wanita lo! Cepat mana uangnya gue kejar setoran nih!" Ucap Sasa.             Bram akhirnya bernafas lega, ketika ia meraba kantong depan jeansnya, ia menemukan uang 40 ribu. Ia menyerahkan uang tersebut ke tangan Sasa. "Nih...uangnya!! Dan gue bukan preman ya! Gue ini Aktor yang sedang syuting film, tahu lo!" Ucap Bram.             Sasa melihat uang yang berada ditangannya lalu ia segera menarik tangan Bram. "Tuh lihat 41.500 kurang seribu lima ratus! Sini mana uangnya!"  Sasa menujuk argo di dalam taksi.         Bram menggaruk kepalanya"Woy...pelit amat lo cuma seribu limaratus  doang! Dasar cewek pelit kuburan sempit!"         "Apa kata lo? Mungkin bagi lo seribu lima ratus itu bukan apa-apa! Tapi bagi gue yang miskin itu sangat bearti!" Sasa menatap Bram tajam.         Bram membuka jam tangannya. "Ambil ini!" Ucap Bram menyerahkan jam tangannya. "Jualah dan terimakasih!" Bram mengangkat tangannya dan berlalu dari hadapan Sasa.         "Woy gila jam tangan ini paling 10 ribu kalau aku jual! Lagian siapa juga yang mau beli!!! Untung-untung laku" Sasa menghentak-hentakan kakinya. Bram tidak mempedulikan ucapan Sasa, ia berlalu dan segera Masuk kedalam kantor.                  

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Mafia and Me

read
2.1M
bc

Karena Kamu (Indonesia)

read
37.4K
bc

Si dingin suamiku

read
497.4K
bc

Penjara Hati Sang CEO

read
7.1M
bc

CIA

read
82.5K
bc

I'm Not Rapunzel

read
83.3K
bc

Gadis Kartu Kredit

read
199.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook