Kiran melangkahkan kaki pergi keluar meninggalkan ruangan si dosen killer itu dengan menggeelngkan kepala setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Devan. Ya. Kiran tidak mempedulikan apa yang diucapkan oleh si dosen killer itu dan hanya menganggap semua itu sebagai bualan semata.
“Dasar orang gila!” ucap Kiran dengan umpatannya setelah berada di tempat parkir mobil khusus mahasiswa.
Kiran memutar kemudi mobil dengan kecepatan sedang meninggalkan kampus dengan perasaan emosi yang menyelimuti di dalam dirinya akibat semua tingkah laku si dosen killer itu kepada dirinya.
“Dasar laki-laki yang sangat menyebalkan. Aku malas pulang gara-gara si dosen killer itu. Aku jalan-jalan dulu AH,” ucap Kiran lagi lalu memutar kemudi mobil ke arah pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari posisi dirinya berada saat ini.
Kiran mengelilingi pusat perbelanjaan terbesar di ibu kota dari satu tempat ke tempat lain untuk memperbaiki suasana hati yang telah dirusak oleh si dosen killer itu di kampus beberaap saat yang lalu. Kiran bahkan menghibur dirinya dengan membeli beberapa pakaian yang sesuai dengan keinginanya itu.
Suara perut yang berbunyi dengan cukup nyaring lantas membuat Kiran memutar langkah kakinya menuju ke sebuah restoran yang menjadi langganan dirinya saat sedang berada di pusat perbelanjaan itu.
Kiran memesan beberapa menu makanan untuk mengisi perutnya yang mulai merasa lapar setelah duduk di salah satu kursi favoritnya itu.
***
Suara bel pintu yang berbunyi seketika mengalihkan perhatian papa Tama dan mama Nayra yang sedang duduk santai sembari menikmati tangan televisi di ruang tengah sore hari ini. Papa Tama dan mama Nayra saling menatap satu sama lain dengan tatapan penuh tanda tanya saat mendenagr suara bel pintu yang masih terus berbunyi hingga detik ini.
“Mama buka pintu dulu iya mas,” ucap mama Nayra.
“Iya sayang,” baals papa Tama.
Mama Nayra beranjak dari temppat duduknya lalu melangkahkan kaki menuju ke arah pintu utama rumahnya untuk melihat siapa tamu yang datang berkunjung ke rumah sore hari ini.
“Assalamu’alaikum,” ucap Devan menyapa mama Nayra setelah pintu itu terbuka dengan lebar.
Mama Nayra yang masih dalam keadaan tercengang saat melihat sosok laki-laki muda tampan sedang berdiri di hadapan dirinya itu lantas menyadarkan diri dari rasa terkejutnya itu saat mendenagr suara bariton yang masih tampak asing masuk ke dalam indera pendengarannya. Sontak mama Nayra mengalihkan perhatian ke arah sumber suara di mana tampak sosok laki-laki yang amsih tampak asing dan baru pertama kali dilihat oleh dirinya sedang berdiri di hadaapn dirinya sembari mengulas senyuman hangatnya itu.
“Assalamu’alaikum tante,” ucap Devan mengulangi salamnya saat mama Nayra belum membalas salam dari dirinya beberapa saat yang lalu.
“Wa’alaikumsalam.. Sebelumnya saya mohon maaf. Anda siapa?” balas mama Nayra sembari melontarkan pertanyaan kepada Devan.
“Perkenalkan say Devan, tante. Saya salah satu dosen Kiran di kampus,” jawab Devan dengan nada dan sikap sopannya itu sembari mengulurkan tangan untuk berjabat dengan mama Nayra.
“Dosen? Kampus?” ucap mama Nayra seakan melontarkan pertanyaan dengan ekpresi terkejutnya lagi saat ini.
Devan menganggukan kepala menanggapi apa yang diucapkan oleh mama Nayra kepada dirinya. “Iya tabte.”
“Apa putri sya memiliki masalah dan melakukan kesalahan di kampus?” tanya mama Nayra dengan penuh rasa penasarannya itu.
“Tidak tante. Kiran tidak memiliki masalah di kampus. Saya datang ke sini ingin bertemu dan berbicara dengan om dan tante. SaYA mohon maaf jika kedatangan saya ke sini mengganggu om dan tante.
Mama Nayra menghela nafas lega setelah mendengar jawaban yang diberikan oleh Devan.
“Saya sebelumnya mohon maaf Pak Devan. Jika Kiran tidak memiliki masalah si kampus hari ini. Pak Devan ada perlu apa datang ke sini?” sambung mama Nayra.
“Apa Kiran ada di rumah bu?” Bukan menjawab apa yang diucapkan oleh mama Nayra. Namun Devan melontatkan pertanyaan kembali kepada mama Nayra.
“Kiran belum pulang ke rumah Pak Devan. Kiran memberi kabar kalau mau mampir ke toko buku dulu. Katanya ada buku yang harus dibeli hari ini.” Mama Nayra dengan sengaja menjeda apa yang akan diucapkan oleh dirinya untuk melihat ekpresi dosen sang putri kesayangannya itu.
Mama Nayra menghela nafas berat saat dirinya menyadari belum mempersilahkan tamunya itu masuk ek dalam rumah dan mengajak bicara di depan pintu. Mama Nayra mempersilahkan dosen itu masuk ke dalam rumah.
Devan menyambut tawaran baik mama Nayra untuk masuk ke dalam rumah. Devan mengikuti langkah kaki pemilik rumah itu untuk masuk ke dalam ruang tamu.
“Saya mohon maaf jika kedatangan saya mengganggu waktu istirahat ibu hari ini,” ucap Devan dengan nada dan sikap sopan setelah duduk di sofa ruang tamu rumah milik kedua orang tua Kiran.
Mama Nayra mengulas senyuman ramah membalas apa yang diucapkan oleh Devan.
“Tidak Pak Devan. Pak Devan tidak mengganggu waktu istirahat saya hari ini. Saya sudah santai hari ini. Kalau saya boleh tahu. Ada apa Pak Devan datang ke sini?” balas mama Nayra yang masih merasa penasaran dengan kedatangan salah satu dosen di kampus sang putri kesayangannya itu menuntut ilmu.
“Alhamdulillah.. Jika kedatangan sama ke rumah ibu tidak mengganggu waktunya. Saya sebelumnya minta maaf jika lancanv berbicara kepada ibu hari ini. Saya datang ke sini untuk melamar Kiran. Jika ibu dan bapak memberikan ijin kepada saya. Saya akan membawa kedua orang tua datang ke sini malam nanti,” sambung sebanyak-banyaknya dengan nada dan sikap sopannya.
Bagai disambar petir di siang hari dengan terik matahari yang sangat menyengat bumi, Nayra tercengang saat mendengar apa yang diucapkan oleh laki-laki muda dan tampan itu. Nayra bahkan membelalakan kedua bola mata dengan sempurna karena merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja didengar oleh dirinya.
Nayra yang masih tampak tercengang lantas diam seribu bahasa tanpa menjawab apa yang diucapkan oleh Devan kepada dirinya. Ya. Nayra masih merasa tidak percaya dengan semua ini sehingga wanita paruh baya yang masih tampak cantik di usia yang tidak lagi muda itu masih berada di dalam benaknya itu saat ini.
“Saya memberilan ijin dan restu Anda untuk melamar dan menikah dengan Kiran,” sahut Dean dengan nada tegas dan keras sembari melangkahkan kaki masuk ke dalam ruang tamu rumah mewah milik dirinya itu.
Nayra dan Devan yang sedang berada di dalam benak mereka berdua masing-masing seketika tercengang saat mendengar suara bariton berat yang masuk ke dalam indera pendengarannya. Sontak Nayra dan Devan mengalihkan perhatian ke arah sumber suara di mana tampak laki-laki paruh baya itu telah berdiri di hadapan mereka berdua saat ini.
"Kiran tidak mau menikah dengan laki-laki itu.."